Selanjutnya saya masuk ke bangunan utama rumah bulat yang ternyata masih dihuni oleh beberapa orang. Di sini terdapat benda-benda adat yang digunakan untuk upacara, baik perang, panen, maupun upacara adat lainnya. Bila kita perhatikan, rupanya terdapat beberapa bangkai binatang seperti kelelawar dan cicak besar yang menempel di dalam atap. Tidak jelas untuk apa mereka menaruh bangkai tersebut, mungkin buat nakut-nakutin nyamuk kali ya. Sebelum meninggalkan rumah bulat, saya mengisi buku tamu terlebih dahulu serta meninggalkan sumbangan seikhlasnya.
Setelah itu saya berkeliling benteng sambil mencari obyek foto yang menarik seperti rumah bulat kecil yang terdapat di sekitar bangunan utama dan anak-anak kecil yang berlarian menemani. Puas berkeliling benteng, perjalanan dilanjutkan kembali menuju kendaraan yang diparkir di halaman rumah penduduk yang ternyata masih kerabat kerajaan. Sepatu kerja penuh dengan lapisan tanah yang lengket sehingga terpaksa harus dibersihkan dulu sebelum masuk mobil. Mobilpun ternyata juga sulit mendaki setelah keluar dari halaman karena tanahnya masih licin, sehingga terpaksa minta bantuan anak-anak kecil yang sedari tadi menemani untuk mendorong. Dengan susah payah akhirnya mobil dapat mencapai bibir jalan lintas Timor dan perjalanan kembali dilanjutkan hingga ke Kota So'e.
Lokasi benteng ini sebenarnya sangat strategis karena terletak di pertengahan jalan lintas Timor dan tidak jauh dari tepi jalan. Hanya sayangnya akses masuknya perlu diaspal sehingga tidak menyulitkan wisatawan untuk masuk, serta perlu dikelola secara profesional agar tampak cantik dan terawat. Untuk itu dalam rangka menyemarakkan Indonesia Travel, perlu dukungan pemerintah dan swasta dalam menyempurnakan obyek wisata di pulau Timor, khususnya benteng None ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H