Mohon tunggu...
Dizartika
Dizartika Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPIT IQRA' Kota Bengklu

Hobi Traveling, Mengajar dan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 3.3 Pendidikan Guru Penggerak

14 November 2022   11:15 Diperbarui: 14 November 2022   11:15 12478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Koneksi Antar materi - Modul 3.3

“Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid”

Dizartika, S.T.Gr

CGP Angkatan 5 Asal Kota Bengkulu

Banyak hal menarik yang saya dapatkan dari pembelajaran modul 3 Pendidikan Guru Penggerak , diantaranya adalah perubahan paradigma dalam pengambilan keputusan dari yang selama ini dilakukan pendekatan berbasis masalah (defisit based) sekarang sudah bergeser kepada pendekatan berbasis aset. Sebelum saya mengikuti Pendidikan Guru Penggerak, dalam pengambilan keputusan kita selalu memprioritaskan hasil evaluasi dan sudah menjadi sebuah kebiasaan yang menjadi pokok permasalahan sebuah evaluasi adalah kekurangan atau kesalahan.  Sehingga untuk memutuskan tindakan kedepannya  pendekatan yang digunakan adalah pendekatan berbasis masalah. Namun setelah saya mempelajari modul 3 masalah tidak lagi menjadi focus utama dalam pengambilan keputusan. Karena disetiap masalah juga ada aspek positifnya. Karena dibalik masalah pasti adalah kelebihannya yang bisa dijadikan menjadi suatu aset. Dan kita harus bisa memandang semua hal kearah yang positif.  Dan setelah saya menerap ini, saya merasa kekuatan yang saya miliki untuk merancang sebuah keputusan atau program yang berdampak positif pada murid itu sangat mudah karena kita selalu berpikir positif tentang suatu kelebihan yang menjadi aset kita.

Suatu komunitas pendidikan harus optimis mengelola sumber daya dan aset yang dimiliki sebagai suatu kekuatan / potensi sekolah. Masalah atau kekurangan yang dimiliki oleh suatu sekolah tidak lagi menjadi hambatan untuk memajukan pendidikan dan mewujudkan visi misi dan tujuan sekolah yang berpihak pada murid. Namun focus suatu masalah adalah kebiasaan yang sudah membudaya dan untuk mengubah sebuah kebiasaan bukanlah suatu hal yang mudah, sehingga butuh proses belajar, butuh kolaborasi dan pemahaman yang matang antar civitas akademik sekolah. Jika pola pikir yang positif sudah tertanam antar civitas akademik sekolah maka sebuah perubahan yang postif juga akan mudah direalisasikan. Dan program yang berdampak positif pada murid akan mudah terlaksana.

Dan dalam mengambil keputusan guna merancang semua  hal yang berpihak murid, hendaknya kita menerapkan prinsip-prinsip pengambilan keputusan dan menerapkan 9 langkah pengujian. Sehingga keputusan yang diambil dapat menghasilkan sebuah keputusan yang bijak dan berpihak pada murid. Selain itu, dalam merancang program sekolah yang berdampak pada murid secara matang kita harus menerapkan manajemen perubahan dengan model inkuiri apresiatif BAGJA (Buat pertanyaan utama, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi)  serta menerapkan manajemen resiko dan untuk keberlanjutan program perlu menerapkan MELR (Monitoring, Evaluation, Learning dan Reporting ). Dengan demikian, program diharapkan dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Pemetaan aset atau sumber daya yang ada di sekolah, baik sumber data fisik maupun non fisik juga sangat penting untuk mengoptimalkan keterlaksanaan sebuah program yang berdampak pada murid. Setelah pemetaan dilakukan, langkah berikutnya adalah mendayagunakan potensi sekolah sesuai tujuan untuk mewujudkan merdeka belajar dan terciptanya profil pelajar pancasila dan budaya positif di sekolah.

Modul 3.3 adalah modul penghujung dari serangkaian modul dalam Diklat calon guru penggerak. Modul 3.3 mengajak saya untuk kembali mereview kegiatan dan rutinitas yang saya lakukan dalam menjalani pengabdian dan peran menjadi seorang guru.

Modul 1.1 membahas filosofi Ki Hajar Dewantara, bahwa guru mempunyai peran strategis untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak sehingga mereka dapat bahagia dan selamat sebagai individu dan masyarakat. Adapun dalam mengelola program sekolah yang berdampak pada murid hendaknya melibatkan murid dan memperhatikan pengembangan potensi atau kodrat murid. Dalam modul ini juga dibahas bahwa murid adalah pribadi yang unik dan utuh, sehingga guru sebaiknya dapat menuntun murid sesuai dengan kodratnya. Dengan kita memahami kodrat murid maka kita akan lebih mudah dalam merancang program yang berdampak positif pada murid.

Modul 1.2 membahas nilai dan peran guru penggerak. Adapun nilai-nilai dari seorang guru penggerak yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Nilai dan peran dari guru penggerak tidak terlepas dari cita-cita mulia untuk mewujudkan profil pelajar pancasila dan merdeka belajar. Dalam menjalankan perannya, seorang guru tidak hanya cukup sebagai pemimpin pembelajaran di kelas, namun juga memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin dalam pengelolaan program sekolah yang berpihak pada murid.

Modul 1.3, Dalam merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid dilakukan dengan menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif BAGJA (Buat pertanyaan utama, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi), dengan terlebih dahulu memetakan aset atau sumber daya sekolah, dan mengembangkan aset atau potensi yang bisa dikembangkan untuk merencanakan program sekolah yang berdampak pada murid. Dengan pendekatan inkuiri apresiatif BAGJA kita dapat dengan  mudah merancang program yang berdampak positif pada murid, karena kita  melibatkan semua pihak dan melihat semua aset yang ada.

Modul 1.4, membahas tentang budaya positif, berupa lingkungan yang mendukung perkembangan potensi, minat dan profil belajar murid terutama kekuatan kodrat pada anak-anak. Ibarat petani, guru hendaknya dapat mengoptimalkan sumber daya lingkungan yang positif dan mengembangkan budaya positif agar anak-anak dapat tumbuh sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman dan mendukung program yang berdampak pada murid. Dn dengan pembiasaan budaya positif akan tercipta profil pelajar pancasila

Modul 2.1, pada modul ini membahas tengang pembelajaran berdifernsiasi. seorang guru  dapat menggunakan pembelajaran berdiferensiasi untuk memberikan pelayanan terbaik yang berpihak pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi ini merupakan solusi atas beragamnya karakteristik dan kecerdasan murid. Sebelum merencanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru hendaknya melakukan pemetaan terhadap kebutuhan belajar, minat dan profil belajar murid. Hal ini dilakukan untuk mengetahui aset atau kekuatan yang dimiliki oleh murid. Dengan penerapan pembelajaran berdiferensiasi kita memberi ruang kenyamanan dan kebahagian untuk murid dalam belajar dan ini akan membuat guru nyaman dan bahagia dalam mengajar. Sehingga terciptalah merdeka belajar.

Modul 2.2, Pada modul ini, seorang guru dilatih dan diasah untuk mampu mengembangkan kompetensi sosial dan emosional pada diri murid. Dengan penerapan pembelajaran KSE kita mengembalikan kesadaran diri secara penuh pada murid, sehingga mereka tenang, focus, berempati, termotivasi dan bertanggung jawab. Teknik mindfullness menjadi strategi pengembangan lima kompetensi sosial emosional yang didasarkan pada program yang berpihak pada murid dan mewujudkan merdeka belajar dan budaya positif di sekolah.

Modul 2.3, membahas tentang praktik coaching yang merupakan sebuah teknik atau strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk menuntun anak dan menggali potensi yang dimiliki oleh anak. Coaching juga memberikan keleluasaan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir. Dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid, coaching dapat digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan sumber daya murid, mengembangkan kepemimpinan murid, menggali potensi murid untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu keselamatan dan kebahagiaan anak setinggi-tingginya.

Modul 3.1, membahas tentang pengambilan yang berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin.  Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, seorang guru harus dapat mengambil keputusan secara bijak, yaitu keputusan yang berpihak pada murid. Dasar, prinsip serta paradigma atau nilai dalam pengambilan keputusan harus konsisten , terutama berkaitan dengan dilema etika atau bujukan moral. Dan dalam mengambil keputusan kita harus memperhatikan paradigma, prinsip dan 9 langkah pengujian sehingga keputusan yang kita ambil tepat, cerpat dan berpihak pada murid.

Modul 3.2 Membahas tentang pengelolaan sumber daya, bahwa seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran maupun pengelola program sekolah harus dapat memetakan dan mengidentifikasi aset-aset yang ada di sekolah, baik aset fisik maupun non fisik. Pendekatan berbasis aset akan lebih dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh sekolah sebagai komunitas belajar, dibandingkan dengan pendekatan berbasis masalah. Paradigma berpikir harus melihat sisi positif yang dimiliki oleh sekolah. Dengan berfokus pada aset yang dimiliki, maka pengelolaan program yang berdampak pada murid dapat terencana dengan baik.

Modul 3.3 membahas  tentang pengelolaan program yang berdampak pada murid. Dengan memahami dan menerapkan semua modul dalam pendidikan guru penggerak maka akan terciptalah program sekolah yang berdampak positif pada murid.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun