Apakah guru harus buka jasa Open Booking Online juga di media sosial?Â
Saat ini marak guru-guru pro-kontra terhadap pernyataan Menteri Pendidikan Nadiem Makarim terkait pembukaan marketplace untuk guru. Pro-kontra ini merajalela setidaknya yang saya lihat di tiktok. Banyak guru yang merasa mereka seperti barang yang harus dijual. Ada pula ketakutan dari para sarjana S.Pd muda ketika masa perekrutan, sekolah hanya mementingkan sanak famili daripada kinerja dari guru yang sudah ada.Â
Seharusnya kebijakan ini disambut gembira oleh masyarakat. mengapa? pasalnya setiap sekolah membutuhkan guru baru, mereka langsung bisa menempatkan di bidang terkait. Apalagi sekolah misalnya ada guru yang hamil, cuti melahirkan, atau sakit keras, bisa setidaknya digantikan oleh guru yang tersedia di marketplace ini. Hal ini harusnya ditanggapi positif oleh masyarakat sehingga tidak ada kelas kosong di sekolah.Â
Adapun ketakutan akan sekolah mengambil orang dalam, memprioritaskan sanak famili, itu hal lain. Pastinya ada pengambil kebijakan di sekolah yang akan mengetes kembali apakah orang ini benar-benar capable mengajar di posisi tersebut. Selain itu hal ini juga memudahkan, guru tidak perlu untuk merantau keluar kota, adanya market place sekolah akan mencari guru mana yang satu kota dengan sekolah, sehingga ini juga mengurangi jumlah pemudik nantinya ketika Idul Fitri.Â
Cobalah pikirkan hal ini sebagai muhasabah bagi guru untuk meningkatkan personal branding dan cara mengajarnya. Banyak kita lihat guru yang hanya sekadar masuk saja, paham atau tidak yang penting dompet berisi. Bagaimana masa depan Indonesia jika gurunya seperti itu? bahkan ada guru yang tidak memakai media papan tulis, hanya mengatakan semua ada contohnya di buku. Kalau mengajar mahasiswa tidak apa begitu, tapi untuk di tingkat SMP/SMA? mereka masih perlu untuk disuapi dan diberikan guru yang berkualitas sehingga kualitas generasi masa depan lebih terjamin.Â
Ini adalah kesempatan emas bagi Indonesia untuk meningkatkan taraf pendidikan yang lebih berkualitas bukan hanya menambah kuantitas, apalagi dibarengi dengan rasa kasihan. "Kasihan guru ini tidak ada kerjaan lagi kalau ia berhenti" , "Kasihan guru ini kalau dia menganggur". Coba kita pikirkan lagi, lebih kasihan mana, satu orang yang kurang berkualitas tetap mengajar di sebuah institusi tapi murid yang jadi korban atau berhentikan guru itu, ganti guru baru yang berkualitas dan proses belajar mengajar berjalan lancar? Coba kita pikir logis usulan menteri pendidikan kita. katanya Indonesia mau maju kan? pastinya ada gebrakan baru dong! tinggal kita ubah mindset kita, mau jadi dinosaurus yang punah atau menjadi manusia yang terus meningkatkan kualitas mengajarnya. Inilah merdeka belajar sesungguhnya, sekolah merdeka memilih guru yang berkualitas, murid merdeka mendapat guru yang asyik, orang tua yang merdeka melepaskan masa depan anaknya di sekolah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H