Belajar dari pengalaman sendiri, dan juga pengalaman orang-orang terdekat saya, juga dari pengalaman orang yang saya baca di artikel-artikel walaupun saya tidak kenal mereka, ternyata yang namanya "perubahan" adalah sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Terkadang kita sudah terlalu nyaman dengan zona aman kita masing-masing, sehingga perubahan sekecil apapun akan sangat menggaggu. Perubahan paling fundamental dan menurut saya pribadi paling sulit dilakukan, adalah merubah diri sendiri. Merubah kepribadian kita, atau merubah hal-hal tertentu dari dalam diri kita yang menurut orang lain, terlebih menurut diri kita sendiri adalah hal yang sudah sepatutnya di rubah. Seperti contohnya, kebiasaan-kebiasaan jelek seperti suka menunda-nunda sesuatu alias prokrastinasi, atau suka menggunjingkan orang lain alias gibah, dan lain sebagainya yang lebih banyak mudharatnya ketimbang manfaatnya buat diri sendiri.
Satu hal yang sangat ingin saya rubah dari diri saya adalah sifat terlalu sensitif dan suka berfikiran aneh-aneh. Apalagi menjelang datang bulan, disaat-saat sedang PMS, sifat buruk ini bertambah parah 10x lipat. Saya jadi mudah terganggu bahkan oleh hal kecil sekalipun. Misalnya saya tidak suka dengan seseorang, lalu orang tersebut batuk, itu bisa menjadi sesuatu yang membangkitkan emosi jiwa saya. Sungguh sangat idiot bukan. Tapi itulah kenyataannya. Membuat saya sendiri jadi dipenuhi aura negatif. Saya sepatutnya tidak menyalahkan setan PMS, saya juga tidak boleh mengkambinghitamkan siapa-siapa. Masalahnya bersumber hanya dari diri saya sendiri. Rasanya saya lebih mudah melawan orang lain ketimbang diri saya sendiri. Maka dari itu saya mencoba menemukan solusi dari masalah saya sendiri. Meskipun dari artikel yang saya baca, emosi wanita saat PMS banyak dipengaruhi oleh hormon-hormon tertentu, yang mana artinya saya sebagai wanita tidak bisa berbuat banyak untuk mengendalikan apa yang terjadi di tubuh saya. Tapi lalu saya berfikir, saya memang tidak bisa mengendalikan struktur kerja tubuh saya termasuk hormon-hormon whatsoever didalamnya, tapi, saya masih bisa mengendalikan perilaku saya. Maka saya menemukan kuncinya, yaitu kesabaran. Ya, saya harus belajar sabar. Intinya hanya itu, disaat si setan PMS mulai memunculkan tanduknya, saya lebih baik harus berkelit menghindari hal-hal apapun yang bisa memancing emosi, lalu bersabar menghadapi situasi penuh emosi yang tidak jelas juntrungannya. Yang terkadang terlahir dari dalam pikiran aneh-aneh saya sendiri. Saya lalu mencoba untuk menerapkan ilmu kesabaran, dan kalian tahu apakah buah dari kesabaran??? KEBERUNTUNGAN!
Menjadi orang yang sabar ternyata menjadikan saya orang yang beruntung. Ini bukan hanya kebetulan saya sering mengalami hal-hal tak terduga dalam keseharian saya. Pernah saya hendak makan di restoran fast food, lalu ternyata pada saat mau membayar, uang saya kurang. Yang terjadi berikutnya adalah si mas kasir membayar kekurangannya. Lalu pernah juga, saya lapar mendadak ditengah-tengah pekerjaan dan si boss tiba-tiba memberikan makan siang. Atau pernah juga saya mau beli gorengan. Niatnya beli 5 buah ternyata mamang gorengan memberikan saya 8 buah gorengan, katanya yang 3nya gratis. dimana-mana gratis itu cuma 1 kan biasanya? dan yang ini, yang paling lucu. Saya sedang membeli makan siang untuk take away, lalu sambil bayar saya iseng bertanya soal harga es krim yang ada di situ. lalu si mas nya malah bilang, "
kamu mau coba? mau rasa apa? ambil aja satu. gratis". Oh My God. Saya speechless, tapi lalu saya mengambil es krim rasa kelapa. hahahaa..
Nah itu hanya sebagian kecil dari keberuntungan yang saya dapatkan, buah dari kesabaran. Sebenarnya saya juga belum jadi perempuan yang benar-benar penyabar. Buktinya saya masih suka membuat pasangan saya, Diko Ardila, jengkel bukan kepalang gara-gara tingkah laku saya yang gampang marah-marah kalau dia tidak memberikan kabar secepat yang saya mau, atau kalau dia tidak melakukan hal-hal konyol dan sepele yang saya minta dari dia. Tapi saya beruntung, dia adalah lelaki yang sabar. Yang walaupun saya marah-marah dan terkadang jadi bertindak konyol, dia tetap tenang, sabar dan tidak membalas sama sekali. Sebaliknya malah sering dia menanggapinya dengan tersenyum. Saya jadi malu sendiri.
Tapi setelah marah-marah tidak jelas terhadap dia, dan mendapati dia tidak melakukan hal yang sama terhadap saya, membuat saya jadi ingin berubah menjadi perempuan yang lebih baik lagi setiap harinya. Perubahan itu memang sulit, tapi bukan berarti tidak mungkin. Apalagi berubah untuk kebaikan diri kita dan orang-orang disekeliling yang menyanyangi kita. I wanna be a better person for you...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H