Mohon tunggu...
dianpurwanti
dianpurwanti Mohon Tunggu... Guru - individu biasa

Kita hanya perlu lebih baik dari hari kemarin, bukan lebih baik dari orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Green Economy Solusi Inovatif untuk Tantangan Lingkungan Global

2 Desember 2024   10:07 Diperbarui: 2 Desember 2024   10:25 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Green economy atau ekonomi hijau merupakan sistem ekonomi yang berfokus pada penciptaan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, meningkatkan efisiensi sumber daya, dan menciptakan lapangan kerja hijau. 

United Nations Environment Programme (UNEP) mendefinisikan ekonomi hijau sebagai sistem kegiatan ekonomi yang memperhatikan dampak lingkungan terhadap generasi mendatang. 

Dalam era modern ini, tantangan besar yang dihadapi oleh dunia semakin kompleks, salah satunya adalah dampak perubahan iklim yang semakin merugikan. Emisi gas rumah kaca, deforestasi, polusi udara, dan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan telah menyebabkan degradasi lingkungan yang mempengaruhi kualitas hidup manusia dan keberlanjutan ekosistem bumi.

Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC, 2021) memperingatkan bahwa jika tidak ada perubahan signifikan dalam cara kita memproduksi, mengonsumsi energi, dan mengelola sumber daya alam, suhu global dapat meningkat lebih dari 1,5C di atas tingkat pra-industri pada pertengahan abad ini, yang akan menyebabkan kerusakan lingkungan yang tidak dapat diperbaiki.

 Peralihan menuju green economy merupakan solusi untuk mengatasi tantangan ini. Ekonomi hijau tidak hanya menekankan pada perlindungan lingkungan, tetapi juga berusaha untuk mendukung kesejahteraan sosial dan ekonomi. 

Konsep ini memerlukan pendekatan yang holistik dan kolaboratif antara sektor pemerintah, swasta, dan masyarakat. Masyarakat, sebagai aktor penting dalam ekosistem sosial dan ekonomi, memegang peran strategis dalam transisi menuju ekonomi hijau.

Menurut siaran pers Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesaia Nomor  HM.4.6/234/SET.M.EKON.3/07/2024 Proses transformasi perekonomian Indonesia menjadi ekonomi hijau yang berkelanjutan harus menyeimbangkan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan, kemudian sejalan dengan SDGs, Paris Agreement, Visi Indonesia Emas 2045, serta mampu mencapai target Net Zero Emissions (NZE) di 2060. 

Ekonomi hijau juga menjadi penting dalam mewujudkan transformasi ekonomi menuju negara berpendapatan tinggi setara dengan negara maju, dan keluar dari middle income trap.

Terdapat dua peluang yang bisa dimanfaatkan dalam pengembangan ekonomi hijau yaitu pertama adalah transisi aktivitas ekonomi eksisting. Pada sektor energi, upaya transisi diarahkan melalui penerapan energi baru dan terbarukan, seperti energi surya, angin, hidro, dan biomassa. 

Kedua, yaitu memunculkan pusat pertumbuhan ekonomi baru melalui pengembangan sektor dan aktivitas sirkular yang inovatif, termasuk industri berbasis sumber daya alam hayati berkelanjutan atau bio-ekonomi, ekonomi biru, dan industri pemanfaatan limbah.

Untuk mewujudkan ekonomi hijau tentu saja membutuhkan partisipasi aktif masyarakat dalam mengadopsi gaya hidup ramah lingkungan, berpartisipasi dalam kebijakan lingkungan, serta mendukung penggunaan teknologi hijau sangat penting untuk mewujudkan tujuan ini. 

Oleh karena itu, peran serta masyarakat bukan hanya sebagai pengguna atau konsumen, tetapi juga sebagai agen perubahan yang dapat mendorong implementasi prinsip-prinsip ekonomi hijau pada tingkat individu dan komunitas.

 Tulisan ini bertujuan untuk menyampaikan peran strategis masyarakat dalam mendukung dan mengimplementasikan prinsip-prinsip green economy. Fokus utama adalah bagaimana masyarakat dapat berkontribusi melalui kesadaran, perubahan perilaku, dan partisipasi dalam kegiatan ekonomi yang ramah lingkungan, yang pada gilirannya dapat mempercepat transisi menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan.

A.  Peran Masyarakat dalam Mewujudkan Green Economy

a. Kesadaran dan edukasi lingkungan

Kesadaran lingkungan adalah langkah pertama yang krusial untuk mewujudkan ekonomi hijau. Pendidikan lingkungan memainkan peran penting dalam meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya perlindungan alam. 

Di Indonesia, ini tercermin dalam berbagai inisiatif seperti Gerakan Indonesia Bersih, yang mengedukasi masyarakat tentang pengelolaan sampah dan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle), serta Sekolah Adiwiyata, yang mengajarkan siswa dan guru tentang perilaku ramah lingkungan. 

Di kota-kota besar seperti Bandung dan Surabaya, kampanye penggunaan transportasi ramah lingkungan dan energi terbarukan juga dilaksanakan untuk mengurangi emisi karbon. Melalui berbagai program ini, masyarakat didorong untuk mengadopsi gaya hidup ramah lingkungan, yang merupakan kontribusi nyata dalam mewujudkan ekonomi hijau.

b. Perubahan gaya hidup

Dalam peralihan menuju ekonomi hijau, masyarakat memainkan peran penting melalui perubahan gaya hidup ramah lingkungan, seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, beralih ke kendaraan ramah lingkungan, dan mendaur ulang limbah. Di Jakarta, penerapan Peraturan Gubernur No. 142 Tahun 2019 yang mengenakan biaya untuk kantong plastik telah mendorong masyarakat beralih ke tas belanja ramah lingkungan. 

Di Surabaya, program "Surabaya Bebas Plastik" aktif mengedukasi masyarakat untuk mengurangi plastik sekali pakai melalui kampanye dan pembatasan penggunaan plastik di pusat perbelanjaan. Di Bali, program kendaraan listrik (EV) memberikan insentif bagi masyarakat untuk beralih dari kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan ramah lingkungan. 

Selain itu, gerakan pengelolaan limbah seperti di Yogyakarta dan Bandung, seperti Komunitas Zero Waste, mendorong pemisahan sampah dan pengurangan limbah. Perubahan gaya hidup ini berkontribusi pada pengurangan dampak lingkungan dan mendukung ekonomi berkelanjutan.

c. Partisipasi dalam program ekonomi hijau

Peran masyarakat dalam mendukung ekonomi hijau dapat dilakukan melalui partisipasi dalam pengelolaan limbah, daur ulang, dan penggunaan energi terbarukan. Program Bank Sampah mendorong warga memisahkan dan mendaur ulang sampah, memberikan penghasilan tambahan dan mengurangi limbah. 

Di sektor energi, proyek mikrohidro di Sungai Bengkulu melibatkan masyarakat dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga air yang ramah lingkungan dan menciptakan lapangan kerja. Di Bali, petani beralih ke pertanian organik melalui sistem Subak untuk menjaga kelestarian alam dan meningkatkan ketahanan pangan.

 Di Sumbawa, proyek pelestarian hutan mangrove melibatkan komunitas pesisir dalam melindungi ekosistem sambil mendapatkan manfaat ekonomi. Keterlibatan masyarakat ini penting untuk menciptakan ekonomi berkelanjutan, mengurangi dampak lingkungan, dan menciptakan lapangan kerja hijau.

d. Penggunaan teknologi ramah lingkungan

Teknologi ramah lingkungan berperan penting dalam mendukung peralihan menuju ekonomi hijau dengan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya.

 Di Indonesia, penggunaan panel surya semakin berkembang, terutama di daerah dengan potensi sinar matahari tinggi, seperti program Solar Power for Rural Communities di NTB, yang menyediakan energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil. 

Teknologi irigasi efisien, seperti irigasi tetes dan pintar, juga diterapkan di Jawa Timur untuk menghemat air dan meningkatkan hasil pertanian. Selain itu, aplikasi digital seperti Trash Hero dan Recycle Now memudahkan masyarakat dalam pengelolaan sampah dan daur ulang, dengan contoh sukses di Bandung melalui Smart Waste Management. Adopsi teknologi ramah lingkungan ini membantu menciptakan gaya hidup lebih berkelanjutan dan mendukung ekonomi hijau.

B. Tantangan dalam mewujudkan Green Economy

Mewujudkan ekonomi hijau menghadapi berbagai tantangan bagi masyarakat, baik dari aspek pengetahuan, ekonomi, sosial, maupun infrastruktur. Berikut adalah beberapa tantangan utama yang dihadapi masyarakat dalam transisi menuju ekonomi hijau:

1. Keterbatasan Pengetahuan dan Informasi

Salah satu hambatan terbesar adalah kurangnya pemahaman masyarakat mengenai konsep ekonomi hijau dan keuntungan yang dapat diperoleh. Banyak orang yang belum memahami bagaimana ekonomi hijau dapat berdampak langsung pada kehidupan mereka, seperti penghematan biaya energi, pengelolaan sampah yang lebih baik, atau peningkatan kualitas lingkungan. 

Tanpa adanya pendidikan yang memadai dan kampanye yang jelas, masyarakat seringkali melihat ekonomi hijau sebagai konsep yang abstrak dan tidak relevan dengan keseharian mereka.

2. Hambatan Ekonomi dan Sosial

Meskipun ekonomi hijau menawarkan keuntungan dalam jangka panjang, peralihan menuju gaya hidup ramah lingkungan sering dianggap mahal, terutama pada tahap awal. Contohnya, investasi pada teknologi ramah lingkungan seperti kendaraan listrik, panel surya, atau perangkat efisiensi energi membutuhkan biaya awal yang tinggi.

 Di sisi lain, perubahan gaya hidup seperti mengurangi penggunaan plastik atau beralih ke produk ramah lingkungan juga sering dianggap lebih mahal, terutama bagi masyarakat dengan pendapatan terbatas. Kendala ekonomi ini membuat sebagian orang enggan mengadopsi solusi yang lebih ramah lingkungan meskipun mereka menyadari pentingnya keberlanjutan.

3. Kurangnya Infrastruktur dan Dukungan Kebijakan

Tantangan lainnya adalah terbatasnya infrastruktur yang mendukung penerapan ekonomi hijau. Misalnya, di banyak daerah, transportasi umum ramah lingkungan masih terbatas atau tidak memadai, sehingga masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi berbahan bakar fosil.

 Selain itu, sistem daur ulang sampah yang belum terintegrasi dengan baik di berbagai kota menghambat upaya pengelolaan sampah secara efisien. 

Kurangnya kebijakan yang mendukung, seperti insentif untuk penggunaan teknologi ramah lingkungan atau peraturan yang mendorong keberlanjutan, juga menjadi hambatan dalam mewujudkan ekonomi hijau. Tanpa adanya kebijakan yang kuat dan infrastruktur yang mendukung, adopsi ekonomi hijau akan sulit dilakukan secara luas.

C. Solusi dan Strategi untuk Meningkatkan Peran Masyarakat

Untuk mendorong tercapainya ekonomi hijau, diperlukan pendekatan yang menggabungkan pendidikan, kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta, serta keterlibatan aktif masyarakat dalam perumusan kebijakan lingkungan. Program pendidikan dan penyuluhan yang diselenggarakan di sekolah, komunitas, dan melalui media sosial sangat penting untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya keberlanjutan dan dampak dari perilaku sehari-hari terhadap lingkungan.

Di sisi lain, kerjasama antara pemerintah dan sektor swasta dalam memberikan insentif bagi individu yang mengadopsi gaya hidup ramah lingkungan dapat mempercepat transisi menuju teknologi ramah lingkungan, seperti energi terbarukan dan kendaraan listrik.

 Pemerintah dapat memberikan subsidi atau potongan pajak, sementara sektor swasta berperan dalam menyediakan pilihan produk ramah lingkungan yang lebih terjangkau. Tak kalah penting, partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan lingkungan di tingkat lokal hingga nasional perlu didorong agar kebijakan yang dihasilkan lebih relevan dan efektif, serta menciptakan ekonomi hijau yang inklusif dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun