Mohon tunggu...
Diyan Ahmad
Diyan Ahmad Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

yakusa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ayah dan Kenangan Tentang Kopi

19 Mei 2015   02:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:51 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kopi, siapa yang tak kenal dengan minuman hitam satu ini. Dimana pun kita berada, saat berpergian maupun hanya sekedar nongkrong, kopi menjadi kekasih yang setia menunggu kita menghabiskan waktu. Pagi, siang ataupun malam hari tidak menjadi masalah untuk sang kopi. Tua, muda tak menjadi ukuran penikmat sang kopi.

Dunia yang semakin tua semakin modern, kopi pun tak lekang ditinggalkan pecintanya. Bahkan lahirnya soft drink pun tak menjadikan sang kopi hilang. Karena apa ? kopi sudah menempatkan space tersendiri di memori otak manusia.

Penulis ingin berbagi cerita bagaimana sang kopi tak pernah pergi di memori nya. Sejak kecil aku sudah menggemari minuman berasa aneh ini. Ayahku merupakan pecinta kopi berat. Setiap pagi sebelum berangkat ngajar di Sekolah Dasar selalu kopi dengan ditambah sebatang rokok menjadi sarapannya. Karena penasaran aku selalu mencuri waktu untuk dapat menikmati walau takut dimarahin. Sebenernya ayahku bukan melarang aku meminumnya. Katanya tidak baik untuk kesehatan anak-anak. Namun aku tetap meminum minuman yang berasa aneh ini.

Biasanya ayahku selalu menyisakkan kopi pagi nya untuk diminum disiang hari. Tapi terkadang akulah yang menghabiskan secangkir kopi hitam ayahku. Hingga kini, tradisi ayahku meminum kopi tersebut dilanjutkan oleh anaknya. Penulis selalu meninggalkan sedikit kopi didalam gelas sebelum berangkat kekampus. Sepulangnya pertama yang aku cari adalah dimana secangkir kopi tadi pagi ? Akan kuhabiskan sembari menunggu masak air untuk menyedu kopi part selanjutnya.

Saat ingin menulis pengalaman dengan secangkir kopi ini. Penulis teringat sempat memiliki pengalaman tentang sang kopi. Karena kebiasaan jika melihat ayahku duduk dengan secangkir kopi, tangan gatal ingin memegang gelas dan menikmati sang kopi. Beberapa sendok kopi sudah melewati kerongkongan dan penulis sadar sebelumnya telah minum obat.

Sepercik ingatan lama memutarkan memori otak. Teringat kata ibuku kalau tidak boleh mengkombinasi kopi dan obat dengan jarak waktu yang berdekatan. Panik melanda, karna ingat kata-kata tersebut.

Pusing dan mata terasa berat dirasakan mungkin effek dari kombinasi keduannya. Khawatir dan was-was singgah sejenak takut jika terjadi yang tidak-tidak. Penulis langsung tidur dan berdoa jika besok bisa bangun maka selamat lah jiwa ini. Benar atau tidak terkait itu, ternyata jiwa ini masih ditempatnya. Dari kejadian itu tak membuat penulis berhenti menyeruput sang kopi hitam pekat.

Penulis memiliki tips tersendiri untuk meminum secangkir kopi. Penulis selalu mengupayakan menggunakan gelas bening sebagai wadah sang kopi. Karena gelas mampu menjaga panas sang kopi lebih lama dari pada cangkir plastik. Setelah itu, masukkan gula satu seperempat sendok makan terlebih dahulu. Kemudian masukkan kopi satu setengah sendok makan. Memasukkan kopi terakhir ini tujuannya saat dituangkan air panas mengurangi ampas kopi lebih baik dari pada gula dituangkan terakhir setelah kopi.

Setelah dituangkan air panas, aduk kopi searah jarum jam. Aduk hingga anda melihat busa kopi berwarna coklat berkumpul ditengah tengah gelas, dan aduk sekitar 10 kali baru kemudian angkat sendok dan hirup aroma kopi anda, Sensasi nikmat bertambah sebelum di seruput. Tapi jangan langsung diminum, tahan sebentar hingga air di dalam gelas berhenti. Dengan komposisi kopi dan gula seperti itu, anda dapat melihat langsung kepekatan kopi seperti sedang menyedu secangkir coklat. Dan anda akan meminum kopi dengan rasa kopi bukan rasa gula.

Satu hal lagi, menggunakan kopi yang dibuat secara tradisional memiliki rasa kopi yang khas dan alami. Dan tentu anda harus coba kopi dari Lampung. Sampai saat ini hanya Kopi Lampung yang menjadi prioritas utama penulis.

Biasanya kopi belum sempurna tanpa batangan rokok di sampingnya. Agar lebih nikmat lagi, ambil ampas kopi dan oleskan di rokok baru kemudian keduanya dinikmati. Ide dan gagasan seperti muncul dihadapan kita dengan sendirinya setelah menikmatinya.

Kebiasaan penulis selalu meminum sang kopi setelah bangun tidur ataupun sesudah makan. Apalagi sedang ingin menggerakan jari-jari diatas keybord laptop, ide dan gagasan tak terbendung mengalahkan kecepatan jari tangan.

Itu lah sepenggal pengalaman dan tips menikmati sang kopi dari penulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun