Seorang pendidik juga harus memahami tentang posisi-posisi control sebagai pemimpin perubahan di dalam kelas. Memahami posisi control akan menjadikan kita sebagai pendidik untuk merefleksikan praktik-praktik disiplin yang selama ini kita lakukan dikelas sebagai penghukum, pembuat rasa bersalah, teman, pemantau atau manajer. Posisi control yang kita pahami akan memberikan dampak terhadap tumbuh kembang siswa khususnya pada kesehatan mental mereka ke depan, tentang persepsi mereka dalam menaggapi masalah pada diri mereka sekaligus terbentuknya motivasi instrinsik pada diri mereka. Memilih posisi control yang tepat akan dapat memebntuk siswa menjadi seorang yang bertanggung jawab. Guru diharapkan dapat menerapkan posisi control sebagai manajer, dimana anak-anak dikuatkan lagi akan keyakinan pada nilai-nilai kebajikan dengan menerapkan segitiga restitusi pada penyelesaian awal masalah atau pada konflik yang timbul dengan tujuan proses menciptakan kondisi bagi peserta didik untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat. Adapun langkah segitiga restitusi dapat dilakukan dengan tahapan ; 1) menstabilkan identitas 2) validasi tindakan yang salah 3) menyakan keyakinan.
Emosi yang dirasakan
Pada pembelajaran modul 1.4 ini saya sebagai guru merasa disadarkan bahwa penting sekali menjaga mental peserta didik kita sehigga mereka akan menjadi generasi tangguh, berdaya dan tanggung jawan pada versi terbaik mereka sebagai seorang pribadi, warga masyarakan dan warga negara maupun dunia. pepatah jawa mengatakan bahwa pusaka paling sakti dudu tombak, pedang lan keris, pusaka paling sakti yaku dumunung jati diri. Nasehat itu memberikan penguatan kepada kita bahwa konsep diri anak-anak harus dibangun dari kecil, dibangun dengan hubungan yang positif, saling menghargai dengan prinsip among dan momong. Dalam penyelesaian masalah sebaiknya kita senantiasa bersikap netral, mencoba menyelami pada diri siswa, apa yang mereka rasakan, mencoba menjadi diri mereka untuk menstabilan identitas mereka dari identitas gagal menjadi identitas yang berhasil. Dari modul ini ada paradigma baru tentang bagaimana kesadaran terhadap prilaku itu harus ditumbuhkan melalui penyelesaian masalah dengan komunikasi subtantif dan reflektif. Pentingnya komunikais yang senantiasa dibangun oleh guru dan siswa akan membangkitkan motivasi instrinsik pada peserta didik untuk tumbh menjadi anak-anak yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebajikan yang jika dilaksanakan dengan terus menerus dan konsisten, hal ini akan menjadi disiplin positif.
Hal-hal baik yang dipupuk
Hal-hal baik yang sudah pernah saya lakukan adalah saya memperbanyak diskusi reflektif dengan peserta didik terkait dengan pembelajaran, kesulitan mereka dalam memahami materi serta dalam menyeleasikan konflik yang terjadi antar siswa. saya juga melakukan segitiga restitusi tapi belum dijalankan secara optimal. Pelaksanaan P5 di dalam kelas juga menjadi bagian menumbuhkan budaya postif untuk dapat berkolaborasi dalam membangun empati antar sesama siswa, membangun kemnadirian, komunikasi dan kolaborasi.
Menguatkan nilai-nilai kebajikan universal juga biasa saya lakukan dengan read a loud. Mereka mungkin bisa membaca dengan baik, tapi mereka perlu diberikan pertanyaan pemantik untuk memperkaya pemahaman akan suatu nilai, konteks, dan konten pada sebuah cerita. Dari nilai-nilai itu siswa merefleksi dengan menuliskan pada literasi tracer atau jurnal membaca mereka.
Dalam kegiatan pembelajaran saya juga mengapresiasi setiap pencapain mereka, misalkan dengan kalimat-kalimat sederhana yang memang sesuai dengan kebutuhan mereka. Seperti; hebat, bagus, maupun menuliskan kalimat-kalimat saran di buku catatan mereka, hal ini juga dapat dilakukan sebagai bentuk komunikasi dengan orang tua.
Hal-hal yang perlu diperbaiki
Hal-hal yang peril diperbaiki adalah bagaimana saya sebagai seorang guru harus senantiasa memiliki persepsi positif terhadap siswa, memberikan afirmasi positif dan senantiasa mensosilisasikan nilai-nilai kebajikan yang sudah kita sepakati dan yakini bersama.
Oleh karena itu kita sebagai guru juga harus terus berkemabng, mempunyai growt mindset sebagai modal kita untuk terus mendampingi dan membersamai proses pendidikan dan pembelajaran kita terhadap peserta didik sesuai dengan kondrat alam dan zaman mereka.
Seperti yang kita tahu issue bullying menjadi hal yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental peserta didik kita. Hal-hal baik ucapan atau prilaku kita bisa jadi menjadi obor semangat memunculkan banyak potensi siswa, bisa juga mengkerdilkan bahkan mematikan potensi besar dimiliki siswa kita. Oleh karena itu tugas kita adalah bagaimana proses pembelajaran ini dilakukan dengan bahagia, aman dan tetap menantang untuk memaksimalkan potensi terbaik mereka.