Suasana Ramadhan siang itu panas dan berangin. Saya pun memarkir motor di sebelah Musholla Baitussalam desa Pucungkidul Kecamatan Boyolangu. Tampak beberapa perempuan berjilbab dan berseragam hijau berjalan hilir mudik. Tak berapa lama seorang laki-laki berkumis dan berseragam khaki menyapa saya. Kami pun berjabat tangan dan sedikit berbincang mengenai latar belakang tujuan saya menemuinya.
“Program ini cukup bagus, terkhusus dengan keberadaannya di Kecamatan Boyolangu. Desa Siaga berorientasi pada kebutuhan masyarakat agar masyarakat mampu mengidentifikasi apa yang ingin mereka ingin ketahui dan lakukan, membuat keputusan dan pilihan mereka secara mandiri sesuai kebutuhan, khususnya di bidang kesehatan. Kecamatan Boyolangu sendiri telah memiliki dua Puskesmas pembantu di desa Boyolangu dan Beji. Terkait dengan hal itu, tenaga kesehatan dari Puskesmas berperan sebagai fasilitator untuk membantu mengidentifikasi kepedulian masyarakat, serta memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan agar memungkinkan terjadi perubahan dalam kesehatan yang lebih baik”, ungkap Chanief Djatmika Nugroho, S.Sos., Sekretaris Camat Boyolangu. Selang berapa menit kemudian laki-laki itu pamit untuk kembali ke tempat kerjanya di Kantor Kecamatan Boyolangu, Jln. Boyolangu Nomor 1 Tulungagung. Kemudian saya melanjutkan perjalanan untuk menemui ketua PC Fatayat NU Tulungagung.
Awal kegiatan berdasar MoU pengembangan desa siaga aktif dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) antara PP Fatayat NU bekerjasama dengan Pusat Promosi Kesehatan (Promkes) Kementrian Kesehatan RI tahun 2011. Pelaksanaan di daerah baru terlaksana tahun ini, terkhusus di Jawa Timur dipilih 2 Kabupaten sebagai pionir program, yakni kabupaten Nganjuk dan Tulungagung. “Salah satu indikasi bahwa kader kami dinilai cukup berperan aktif dalam pemberdayaan, sehingga kami diberi kepercayaan untuk mengadakan kegiatan sosialisasi ini. Untuk pelaksanaan di Kabupaten Tulungagung, berdasar observasi kami pilih enam desa dari dua Kecamatan, yakni desa Tenggur, Buntaran, Banjarejo di Kecamatan Rejotangan. Serta desa Pucungkidul, Sobontoro dan Karangrejo di Kecamatan Boyolangu”, papar Ketua PC Fayatat NU Tulungagung, Nihayatus Sholikhah, S.Pd.I.
Kegiatan pengembangan desa siaga aktif dan PHBS ini dibentuk dari suatu pemikiran bahwa diperlukan pengetahuan kesehatan dasar bagi tenaga kesehatan, masyarakat dan kader Fatayat NU di Tulungagung. Bagaimana cara membentuk kesadaran masyarakat untuk ber-PHBS melalui peningkatan peranan kader Fatayat NU dalam pemberdayaan masyarakat dalam ruang kesehatan ibu dan anak, minimal di lingkungan sekitar tempat tinggal yang bersangkutan. “Kami telah mengadakan beberapa pertemuan dan penguatan program PHBS dan Desa Siaga ini dengan mempertemukan tenaga kesehatan dan kader Fatayat NU Tulungagung. Sebagai lanjutan dari kegiatan ini akan disusun kelompok kerja serta inisiasi pembentukan Pusat Informasi Kesehatan Reproduksi, menurut rencana kami akan jalankan di 6 desa ranting sasaran di Tulungagung ”, tutup perempuan berjilbab yang akrab disapa Niha tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H