Mohon tunggu...
DIYAH PITALOKA
DIYAH PITALOKA Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Pendidikan Biologi, Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Kurikulum Merdeka: Revolusi atau Resiko bagi Pendidikan Indonesia?

7 Mei 2024   08:25 Diperbarui: 7 Mei 2024   13:46 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kurikulum Merdeka adalah inisiatif pemerintah Indonesia untuk mereformasi sistem pendidikan dengan memberikan lebih banyak otonomi kepada sekolah dan guru dalam merancang kurikulum. Sebagian orang melihatnya sebagai sebuah revolusi yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, sementara yang lain menganggapnya sebagai risiko yang berpotensi mengganggu stabilitas dan kesetaraan pendidikan.

Pendukung Kurikulum Merdeka berpendapat bahwa pendekatan ini memungkinkan pendidikan menjadi lebih relevan dengan kebutuhan lokal dan mengakomodasi keragaman budaya serta kebutuhan siswa. Dengan memberikan keleluasaan kepada sekolah dan guru dalam menyesuaikan kurikulum, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan cara yang lebih bermakna dan sesuai dengan minat serta bakat mereka.

Namun, beberapa pihak khawatir bahwa Kurikulum Merdeka dapat meningkatkan kesenjangan antara sekolah yang memiliki sumber daya yang cukup dan yang tidak. Tanpa panduan yang jelas dan dukungan yang memadai, sekolah-sekolah di daerah terpencil atau dengan sumber daya terbatas mungkin kesulitan untuk mengembangkan kurikulum yang berkualitas. Hal ini dapat memperburuk disparitas pendidikan antar wilayah.

Selain itu, ada kekhawatiran bahwa Kurikulum Merdeka dapat mengabaikan standar pendidikan nasional yang telah mapan. Tanpa kontrol yang ketat, kemungkinan terjadi penurunan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Terlebih lagi, pengaruh politik atau kepentingan individu dapat memengaruhi isi kurikulum di beberapa daerah, mengarah pada fragmentasi dan ketidakmerataan dalam sistem pendidikan.

Di sisi lain, beberapa pengamat melihat Kurikulum Merdeka sebagai kesempatan untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam pendidikan. Dengan membebaskan guru dari tekanan untuk mengikuti kurikulum yang kaku, mereka dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik dan relevan bagi siswa.

Namun demikian, keberhasilan Kurikulum Merdeka bergantung pada implementasi yang tepat dan pemantauan yang ketat untuk memastikan bahwa standar pendidikan tetap terjaga dan tidak terjadi penurunan kualitas. Diperlukan juga investasi yang cukup dalam pelatihan guru dan penyediaan sumber daya pendukung agar semua sekolah memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil dalam menerapkan kurikulum ini.

Oleh karena itu, Kurikulum Merdeka dapat dianggap sebagai revolusi potensial dalam pendidikan Indonesia jika dikelola dengan baik dan diimbangi dengan upaya-upaya untuk meminimalkan risiko yang terkait. Keberhasilannya akan bergantung pada kesediaan pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat untuk bekerja sama dalam mewujudkan visi pendidikan yang lebih inklusif, relevan, dan berkualitas bagi semua anak-anak Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun