Tugas utama seorang perawat adalah memberikan asuhan keperawatan serta memberikan dukungan kepada pasien agar dapat sembuh dari penyakitnya. Untuk melakukannya, diperlukan analisis dan mengerti apa yang pasien pikirkan dan rasakan sehingga bisa memberikan respon terbaik atas apa yang diinginkan dan dibutuhkan pasien.
Bagi seorang perawat perlu diingat bahwa ada beberapa aspek pasien yang perlu diperhatikan selama memberikan asuhan keperawatan. Sebagaimana disebut dalam Keliat (2019) aspek tersebut adalah bio, psiko, sosio, kognitif, afektif. Hal tersebut membuktikan bahwa bukan hanya aspek fisik yang harus diperhatikan, melainkan juga terdapat aspek lain terutama kesehatan mental pasien. Sangat penting bagi perawat dalam menerapkan ilmu psikologi dalam setiap asuhan keperawatan yang diberikan.
Penyakit psikis yang hadir karena adanya penyakit fisik sering kali tidak terdeteksi pada beberapa pasien yang dirawat di rumah sakit. Menurut Keliat (2019) pasien yang dirawat di rumah sakit beresiko memiliki masalah psikologi seperti cemas, menganggap penampilannya tidak menarik, merasa rendah diri karena penyakit yang dideritanya, merasa kehilangan, dan tidak mampu beradaptasi dengan kondisi tubuh yang dimilikinya. Selain itu, adanya reaksi emosional yang timbul seperti marah, berduka, harapan, cinta, depresi, tidak berdaya, dan kesepian akan mempengaruhi psikologi pasien selama dirawat.
Dengan adanya masalah psikologi dan emosional tersebut, perawat harus memiliki ilmu seperti, keterampilan dalam membangun hubungan interpersonal, kognitif, serta keterampilan klinis. Selain itu, perlunya kemampuan dasar dalam memahami emosi dan proses berpikir pasien sehingga membantu pasien dalam beradaptasi dengan perubahan kondisi sehat-sakit yang dialami pasien dan memberikan asuhan keperawatan secara holistik. Kecerdasan itulah yang menjadi dasar dalam memberikan asuhan keperawatan berbasis caring.
Sikap caring tidak semata-mata timbul ketika seseorang menyandang profesi seorang perawat, melainkan diperlukan proses, pengetahuan, dan keingintahuan bagaimana seharusnya perawat bersikap agar muncul sikap caring didalam diri perawat. Sikap caring tersebut seperti, mementingkan kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadi, memberikan perhatian, kasih sayang, bermanfaat, peka terhadap pasien, manajemen kecerdasan, kemampuan mengontrol emosi, integritas pribadi, percaya diri, konsistensi, dan optimisme, sehingga, melahirkan perawat professional yang mampu memberikan asuhan keperawatan dengan memperhatikan kesehatan mental pasien (Kuntarti, Rustina, Umar, & Irawati, 2020).
Caring atau peduli memiliki makna yang luas. Belum ada kalimat pasti yang bisa menggambarkan caring secara utuh. Namun, dalam teori filosofi keperawatan yang dikemukakan oleh Jean Watson (1987), menyebutkan bahwa sikap caring yang harus dimiliki perawat dibangun dalam Ten Carative Factors (Alligood, 2014). Dalam 10 faktor tersebut, sifat humanistik (kemanusiaan) dan altruistik (mementingkan kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadi) menjadi dasar dari sikap caring perawat. Lalu bagaimana ten carative factors tersebut dapat menjelaskan sikap perawat yang memperhatikan psikologi pasien?
Dalam "Ten Carative Factors" dijelakan tindakan-tindakan yang menjadi tugas perawat untuk mengurangi rasa cemas dan mengerti aspek kesehatan mental pasien ketika dirawat di rumah sakit. Tindakan tersebut berupa, memanggil pasien menggunakan nama panggilan yang pasien sukai, memberikan penjelasan tentang tindakan dan pengobatan yang akan diberikan, peka terhadap perasaan pasien, menunjukkan sikap sabar dalam menghadapi keluhan pasien, membangun hubungan saling percaya, menunjukkan sikap empati, menanyakan keluhan dan memecahkan keluhan pasien, menjaga privacy, memberikan edukasi sesuai dengan kebutuhan pasien, menyediakan lingkungan yang nyaman bagi pasien, membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien agar dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan optimal, hingga memfasilitasi pasien dalam menjalankan aktivitas spiritualnya.
Tokoh keperawatan Kristen Swanson (1991) mengemukakan bahwa, sikap tertinggi caring seorang perawat adalah jika perawat dapat membuat pasien percaya dan yakin akan proses penyembuhannya dan siap menghadapi masa depan dengan penuh optimisme (Alligood, 2014). Hal tersebut dapat dicapai jika perawat terlebih dahulu mengetahui apa yang pasien inginkan dan butuhkan, berada didekat pasien dalam membantu memecahkan masalah kesehatan dan mendengarkan dengan penuh perhatian setiap keluhan pasien, melakukan apa yang akan pasien lakukan untuk mengantisipasi kebutuhan selama pasien dalam perawatan, memberikan edukasi kesehatan guna mengantisipasi kebutuhan setelah pasien sembuh dan selesai menjalankan perawatan, serta memandirikan pasien untuk melewati masa transisi dalam hidupnya, sehingga pasien mampu berada pada kondisi ia percaya terhadap kekuatan yang ada pada dirinya untuk menjalani kehidupannya setelah sembuh.
Di kondisi lain, masih ditemukannya perawat yang hanya mengutamakan menjalankan instruksi medis, menjamin dokumentasi dengan baik, pandai melakukan tindakan keperawatan, dan memastikan bahwa aspek fisik pasien mengalami perkembangan atau kesembuhan. Namun, beberapa perawat melupakan faktor psikologi pasien yang sebenarnya juga penting untuk diperhatikan. Aspek psikologi menjadi penting karena ketika tidak terjalin hubungan saling percaya, pasien merasa cemas, dan merasa tidak diperhatikan akan berdampak pada psikologi pasien sehingga menurunkan motivasi pasien untuk sembuh.
Dengan menyelami aspek psikologi pasien akan tercipta interaksi yang lebih baik antara perawat dan pasien, mendapatkan kepercayaan pasien dalam proses penyembuhannya, pasien juga merasa nyaman dalam berkomunikasi dengan perawat, mengkomunikasikan apa yang pasien inginkan dan butuhkan, serta mengikuti arahan dalam proses penyembuhannya. Caring mencerminkan salah satu bukti dari profesionalisme seorang perawat. Caring juga dapat membawa perawat memberikan asuhan keperawatan dengan tetap menghormati pasien berdasarkan etik dan moral individu sebagai pasien.
Â