Mohon tunggu...
Diyah Kalyna
Diyah Kalyna Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis itu berbicara kepada alam. Menceritakan keindahannya dan mengungkapkan rahasianya. Aku, kamu, menjadi kita.

Berasal dari Blitar, Jatim, pendidikan S1 di kota Solo, Jateng, dan sekarang domisili di Negara Brunei Darussalam. Sejak tahun 2015 bergabung dalam mediasi dan penanganan masalah tenaga kerja.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tersungkur Mengakui Kekalahan

22 Oktober 2019   03:36 Diperbarui: 22 Oktober 2019   08:47 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

**

Hambar merasuki relung hati. Merajai rasa yang sengsara. Memaksa patah di setiap sudut, dan menyisakan semangat di ujung tanduk.

Mengiring ke tepi, hingga ternampak lembah di bawah sana, dalam ayunan langkah setapak lagi.

Titian diantara pilihan ini, menaburkan keraguan tak terbatas. Bertahan adalah nyanyian suram yang menyakitkan. Berlari meninggalkan, juga bukan keniscayaan meraih bahagia.

Kemanakah tambatan terakhir? Kemanakah sandaran terbaik?

Saat suara bijak enggan datang menghampiri. Bahkan tersembunyi di balik tirai buta. Gelap, pekat, tanpa sinar yang menerangi.

Tersungkur mengakui kekalahan. Tersadar diri hanya seorang hamba. Dan hanya mendekati-Nya, lalu bersujud kepada-Nya. Maka hati akan kembali tenang.

Tuhan, Engkau Maha Sempurna dan Maha Pemberi Rahmat kepada alam semesta.
**

BSB, 22102019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun