Siapa yang tidak suka dengan gorengan, apalagi jika dalam pengolahannya tepat. Gorengan yang enak dimakan adalah jika sudah matang langsung diangkat dan ditiriskan biar kadar minyaknya namun apa yang terjadi bila gorengan yang sudah olah dengan baik tapi dibiarkan gosong di penggorengan??
Dalam kejadian sehari-hari tentu kita pernah mengalami hal yang seperti ibaratkan “Gorengan Yang di Biarkan Gosong”, Entah karena lupa atau sengaja membiarkan “Gorengan” tersebut menjadi gosong. Padahal “ gorengan “ kita tahu kalau “gorengan” itu sangat lezat untuk dinikmati.
Apa yang terlintas dalam pikiran kita semua jika dalam setiap memilih kepemimpinan selalu ada salah satu pihak yang tersudutkan dan pihak yang selalu dikagumkan seolah anda sudah mengenal calon pemimpin baru. Ya mungkin wajar saja namanya juga politik yang pasti ada pro dan kontra nya. Setiap orang mempunyai penilain berbeda terhadap satu sama lain.
Seperti yang terjadi sekarang-sekarang ini, ketika warga Jakarta disibukkan dengan pemilihan Gubernurnya, banyak kesimpang siuran yang terjadi dalam pemberitaan tentang masing-masing dari kandidat calon gubernur. Kita sebagai warga yang beragama harusnya bisa bersikap bijak dalam menilai seseorang, jangan mudah terpancing sama isu-isu yang kebenarannya belum terbukti atau jika demikian keadaannya bersikaplah arif dan bijak dalam menanggapi hal tersebut.
Apalagi terhadap seseorang yang sudah banyak memberi manfaat buat warganya, rasanya tidak fer kalau kita terus menghujatnya karena kita juga telah menikmati hasil kerja keras dari beliau. Jangan seperti menjilat ludah sendiri yang artinya kita sudah menilai seseorang tidak baik tapi justru kita telah merasakan manfaat dari program-progam yang sudah berjalan dari Pak Fauzi Bowo.
Buka mata, telinga, hati dan pikiran anda, di luar sana sudah banyak orang yang merasa tertolong dan terbantu, Jika kita hanya menilai sisi negatifnya saja tentu tidak akan ada ujungnya.Diibaratkan seburuk-buruknya orang pasti ada sisi positifnya. Berpikirlah bahwa kita juga belum tentu bisa seperti beliau, maka jangan hanya bisa men cap seseorang tanpa kita berinstrospeksi terlebih dahulu.
Memimpin kota besar seperti Jakarta adalah hal yang tidak mudah, berbagai kendala dan tantangan pasti ada. Kerja keras yang ekstra membutuhkan pemikiran yang sangat menguras otak dan waktu, Maka sudah seharusnya sebagai warga yang baik harus menghormati dan menghargai buah pemikiran dari pemimpin kita.
Kita ambil sebuah contoh ilustrasi jika ini terjadi pada diri kita, dimana kita telah melakukan sesuatu atau sebuah prestasi dan apa yang telah kita konstribusikan hanya dianggap sebelah mata atau dianggap tidak pernah berbuat sesuatu, saya yakin kita akan protes dan menjadi ganjalan dalam hati kita.
Jakarta selama periode 5 tahun terakhir ini menurut saya telah banyak mengalami perubahan dalam berbagai hal, perbaikan sedikit demi sedikit telah menunjukkan hasil serta berbagai sarana telah kita rasakan. Coba kita pikir kejadian-kejadian kebelakang banyak program yang tertunda dan terabaikan ketika berganti kepemimpinan karena visi dan misi yang berbeda.
Jadi buat apa kita harus repot menunggu program yang lain jika program yang telah berjalan sudah terlihat hasil dan manfaatnya. Ada baiknya kita serahkan Jakarta kepemimpinannya kapada orang yang lebih tahu dengan situasi dan keadaan kota Jakarta kita tercinta ini.
Meneruskan sesuatu hal itu sangat sulit dibanding dengan memulai. Jika kita menginginkan yang lebih baik lagi mari kita sama-sama dukung program yang sudah berjalan. Jakarta adalah kota metropolitan, akan lebih baik lagi jika kita serahkan pada orang yang telah mengerti Jakarta. Segala urusanpun akan terepecahkan masalahnya bila di serahkan sama orang yang lebih tahu tentang Jakarta. Sebuah program bisa berjalan kalau kita sebagai warganya ikut terlibat sama-sama bertanggung jawab dan saling mendukung untuk mendapatkan manfaat yang berkuantiti. Jangan membiarkan gorengan yang pengolahannya sudah baik namun anda biarkan gosong begitu saja dalam penggorengan.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H