Jujur saya sedih ketika membaca komentar teman-teman di berbagai media sosial yang menggembar gemborkan bahwa dia akan GOLPUT ketika pemilu nanti. Jujur saya pernah hampir mengalami fenomena semacam ini. Bisa dikatakan saya pernah AKAN GOLPUT. Saya masih ingat betul saat-saat yang membuat saya merubah keputusan saya soal GOLPUT. Ketika itu saya masih kuliah. Saya dan teman-teman ikut menjadi volunteer pengawas pemilu tahun 2004. Tahun itu adalah saat pertama kali kita bisa memilih presiden secara langsung.
Di dalam gedung administrasi kampus, saya duduk bersama banyak volunteer lain dari berbagai fakultas. Ketika sedang menunggu pembagian kaos seragam panwaslu dan atributnya, saya melihat teman sekelas saya tersenyum sembari menghampiri dan menyapa saya. Dia bertanya “nanti pilih siapa kalau boleh tahu?”. Dengan santai saya jawab “saya ga’ milih ah...Golput aja”. Teman saya menimpali jawaban saya begini “Golput, Golongan Orang-orang Putus asa”. Jawaban yang singkat tersebut membuat saya terdiam dan terhenyak. Sepulang dari gedung administrasi, dalam perjalanan pulang ke rumah saya terus memikirkan kata-kata teman saya itu. Jujur saya merasa terganggu. Bagi saya, kata-kata “Golput, Golongan Orang-orang Putus asa” itu sangat mengena di hati dan pikiran saya. Saya bertanya-tanya pada diri saya sendiri. Seputus asa itukah saya? Saya yakin banyak sekali teman-teman yang juga memutuskan untuk golput. Seputus asa itukah juga mereka?.
Asa adalah harapan. Putus asa berarti putus harapan. Harapan adalah impian, cita-cita. Apakah saya putus harapan atas bangsa ini? Tidak mungkin. Saya memutuskan untuk menjadi volunteer pengawas pemilu karena saya ingin pemilu nanti akan berjalan tanpa ada unsur kecurangan sehingga pemimpin yang akan terpilih nanti benar-benar pemimpin pilihan rakyat bukan hasil manipulasi atau kecurangan. Itu artinya saya berharap. Tanpa saya menyadari itu. Dan saya yakin banyak yang tidak menyadari bahwa sebenarnya dari lubuk hati yang paling dalam walaupun sedikit, pasti banyak yang berharap.
Teman-temanku...pemilihan presiden 2014 di tanah air tinggal beberapa hari lagi. Luangkanlah waktu untuk bertanya pada diri sendiri, pernahkan terbesit pertanyaan-pertanyaan seperti “mudahan saja presiden baru kita nanti bisa membuat harga sembako murah”, mudahan saja presiden terpilih nanti bisa menurunkan harga BBM’, “mudahan saja presiden terpilih nanti bisa menaikkan UMR pekerja”, “mudahan saja presiden terpilih bisa memangkas korupsi” dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Sadarkah teman-teman bahwa artinya teman-teman punya harapan! Teman-teman bukan orang yang putus asa!
GOLPUT hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak peduli dengan masa depan bangsa Indonesia, orang-orang yang masa bodoh dengan harga sembako yang tinggi, masa bodoh dengan harga BBM yang mahal, tidak peduli gaji pekerja rendah, tidak peduli dengan kemiskinan yang meraja lela, mengabaikan pengangguran dimana-mana. Saya yakin teman-teman tidak seperti itu. Atau apakah memang teman-teman memang masa bodoh dan tidak peduli dengan semua itu? Marilah kita bertanya pada diri sendiri.
Ingat teman-temanku...ketika kalian memutuskan untuk GOLPUT, kalian tidak berhak mengeluh kepada presiden terpilih nanti bila harga sembako naik, kalian juga tidak berhak untuk melakukan demo atas kepemimpinan presiden baru nanti. Kalian harus tetap diam tak bersuara seperti ketika kalian diberikan hak untuk bersuara tapi kalian memilih untuk diam. Ketika kalian melakukan protes dimana-mana, demo dimana-mana padahal ketika pemilu kalian GOLPUT, maka kalian termasuk orang-orang yang munafik. Hanya diri kalian sendiri dan Tuhan yang tahu.
Jadi mau pilih mana kah teman-teman, menjadi orang yang punya cita-cita mulia untuk bangsa ini atau menjadi orang yang selalu putus asa?
Masih ada waktu temanku. Tentukan pilihanmu... Karena nasib bangsa ini ada di tangan kita.
Abu Dhabi, 4 Juli 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H