Mohon tunggu...
Hamid Patilima
Hamid Patilima Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, pembicara, dan fasilitator

Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pada Pileg Kali Ini Saya Tidak Akan Memilih tetapi Mencoblos

11 Maret 2014   23:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:03 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada Pemilihan Legislatif 2014, saya tidak akan memilih. Sebagaimana sosialisasi yang dilakukan oleh KPU. Sah tidaknya kertas "Surat Suara," apabila ada bekas coblosan dengan benda tajam, semisal paku. Jika hanya dicoret seperti Pileg sebelumnya, maka "Surat Suaranya" batal.

Saya tidak banyak mengenal para calon anggota legislatif. Jika dilihat tampilan wajah mereka rata-rata kurang menjanjikan. Karena, sebagian besar, kurang sadar akan kebersihan lingkungan yaitu dengan memasang gambar, poster di sembarang tembok, bahkan ada yang memasang posternya dekat bak sampah. Begitu juga dengan Partainya, kurang memiliki visi mengenai anak.

Hampir setiap hari saya menyaksikan debat Caleg di TV ONE dan Metro TV. Caleg yang menyampaikan visi dan misi jauh dari harapan sebagai seorang yang berwawasan ke Indonesiaan. Yang ada, mereka hanya menyampaikan gagasan-gagasan terdahulu, yang ujung-ujungnya janji. Jika Anda memilih saya, maka saya akan mewujudkan harapan Anda. Tidak ada gagasan baru yang membumi, misal saya akan berjuang bersama teman-teman separtai untuk memperbaharui kebijakan perundang-undangan yang diskriminasi, tidak memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak, dan tidak memperhatikan hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan anak.

Saya bersama teman separtai, sebelum menyusun atau memperbaharui kebijakan yang ada mendengarkan masukan dari rakyat, termasuk kelompok anak. Gagasan-gagasan seperti ini sirna, dengan hanya menampilkan jargon yang kurang berakar pada rakyat, yang didalamnya ada anak sebagai calon pencoblos pemula.

Wajah Partai sesungguhnya direpresentasikan oleh wajah para Caleg. Apa yang diharapkan dari Partai, jika mereka ditumpangi oleh individu kutu loncat. Bagaimana mereka bisa meyakinkan teman separtai? Hanya mereka kurang sependapat dengan pimpinan partai, atau teman seperjuangan, ujung-ujungnya lompat pagar. Individu seperti ini, kurang diharapkan dan dipercaya. Mereka merupakan individu yang mengalami permasalahan sosial dan emosional, begitu juga dengan moral. Jangan-jangan, jika mereka terpilih, kurang sependapat dengan Ketua Fraksinya, maka individu tersebut akan pindah fraksi (ini tidak mungkin). Meskipun demikian, saya sebagai calon pencoblos boleh sedikit khawatir, atau minimal mempertanyakan kepribadian si kutu loncat. Persoalan ini seharusnya diatur oleh undang-undang, dan protokol partai.

Mumpung masih ada waktu, bila para Pimpinan Partai dan Calon Legislatif ingin merubah negeri ini, ubahlah paradigma Partai dan Caleg, dengan mengutamakan perjuangan untuk membuat atau memperbaharui kebijakan, mendukung program dan anggaran yang memperhatikan kepentingan terbaik anak, non-diskriminasi, dan memperhatikan hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan anak. Selain itu, karena jumlah anak usia 17-18 tahun sebagai pemilih pemula,  cukup banyak, ajaklah mereka untuk mendiskusikan apa yang menjadi harapan mereka. Ajarkan mereka tentang kejujuran, keterbukaan, dan pentingnya makna bertanggung jawab bukan sebagai kutu loncat dan pengecut.

Jika para pemimpin partai dan para caleg berhasil mentranformasikan nilai-nilai partai dari bahasa politik ke bahasa kebijakan dan program yang mempertimbangkan kepentingan bagi anak, maka partai dan caleg berhasil menjaring Suara dari Anak dan sekaligus Orang tuanya. Mengapa begitu? Kelebihan anak adalah mereka mampu mempengaruhi orang tuanya untuk mendukung mereka yang sangat memperhatikan dan menghargai pandangan anak.

Mumpung masih ada waktu... pengaruhilah saya, sehingga saya akan mencoblos Anda, bukan mencoret Anda.

Merdekaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun