Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Nanda Feriana, Si "Idiot" Penampar Sarjana Karbitan

21 Oktober 2016   19:35 Diperbarui: 21 Oktober 2016   20:07 2933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam ilmu Sosiologi Sastra dikatakan karya sastra adalah cerminan realita. Itulah kenapa saat membaca berita tentang Nanda Feriana, mahasiswi Universitas Malikulssaleh yang membuat surat terbuka untuk dosennya dan akhirnya diadukan ke polisi, seketika teringat lagi dengan film 3 idiots yang menurut Saya film India terbaik yang pernah ada.

Dalam dunia sekuler, bukan hal yang mengherankan guru gak berani sama kepala sekolah karena takut gak direkomendasi naik pangkat, bawahan di kantor kecut dengan atasan karena takut ga dinaikkan gaji dan promosi, dan mahasiswa tunduk pada dosen karena takut diperlama proses skripsinya atau diberi nilai jelek.

Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena ada poin-poin penilaian2 yang indikatornya tidak memiliki tolak ukur yg akurat karena bersifat kualitatif sehingga ujung-ujungnya balik lagi kepada subjektifitas sang penilai. Biasanya mereka berdalih ‘etikanya kurang lah’, tidak sopanlah, tidak koperatif, blah, blah, blah dan sebagainya.

Makanya waktu dulu ada aja dosen yang kalo sama cewe cakep yang senyumnya kaya Jessica Mila bawaanya baaiik banget, cepat ngasih nilai bagus. Tapi pas ketemu sama mahasiswa yang berkumis, ada jakun, gondrong pula, ngajak ketemu susah banget dan pas jumpa belum apa2 udah disuru pulang dengan alasan “Ini terlalu bombastis, kamu perbaiki lagi”. And again, Subjectivity talks..

Sebagai mantan mahasiswa yang gak berkumis, tapi ada jakun , dan gondrong pula saya melihat apa yang dilakukan Nanda Feriana tidak seremeh “hanya karena yudisium ditunda”, melainkan lebih kepada hal yang fundamental dalam demokrasi kampus dimana sikap ini adalah bentuk penyingkapan sekat-sekat keangkuhan yang selama ini dimiliki tenaga2 pendidik di lingkup universitas. Kasus ini mirip dengan yang dialami Abdul Hafid seorang guru di Sulawesi selatan yang melaporkan pungli kenaikan pangkat di sekolahnya, namun dilaporkan balik dengan tuduhan pencemaran nama baik.

Sebagai cerminan film 3 idiots, bagi saya Nanda Feriana adalah seorang ‘Idiot’ yang berani bersuara di saat yang lain memilih datang ke rumah dosennya dengan membawa parsel buah dengan sebuah amplop berisi sejumlah rupiah. Dia seorang idiot yang menampar muka para mahasiswa pemimpi gelar namun abai terhadap ilmu itu sendiri, ibarat pria yang lebih bernafsu melihat Bra daripada isinya..

Ah, seandainya aja dek Nanda melakukan ini ketika di zaman Saya kuliah dulu, tentu saya tidak akan berfoto sendiri, karena pasti banyak teman2 yang mendampingi. Tenang aja, gak semua berkumis, berjakun, dan gondrong, karena pasti ada yang cantik juga kayak Neng Nanda.

Tapi gawat juga,, Bibi-bibi penjual parcel buah di pajak sore dan Setia Budi pasti marah, soalnya selama ini dagangannya laris manis karena dibeli oleh kami2 yang menganggap itu adalah “senjata ampuh percepatan proses” saat berkunjung ke rumah dosen, tanpa peduli orang tua di kampung menumpuk hutang…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun