Mohon tunggu...
Divya Anggia
Divya Anggia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo!! Namaku Divya Anggia Nur Zahra, kerap dipanggil Vya. Lahir di Garut, 20 Juli 2003. Tumbuh dan besar di keluarga yang berpersonilkan perempuan semuanya, berduakan kakak perempuan, dan satu mama paling cantik sedunia. Saat ini sedang menempuh pendidikan di Institut Pendidikan Indonesia, jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Aku adalah seorang ambivert yang ceria sekali, tapi butuh ruang untuk sendiri, iyaaa!! Walau orang lain mengenalku sebagai manusia ramah yang tidak bisa diam sama sekali. Hobiku menulis, membaca, dan memasak. Tiga hal yang selalu membuat hatiku riang, tiga hal yang selalu mengisi kekosongan dan tiga hal yang setia menamani bahkan ketika semesta dan seisinya meninggalkanku sendirian. Jika ingin mengenal lebih dalam tentangku, aku aktif menulis resep di cookpad dengan nama akun ‘Vya Anggia’ juga bisa kunjungi profilku diinstagram dengan nama akun ‘vyaanggia’.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Filosofi Menerima: Berdamai dengan Keadaan, Melepaskan Beban dan Menemukan Kebebasan

23 Juli 2024   15:36 Diperbarui: 23 Juli 2024   15:41 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Filosofi Menerima: Berdamai dengan Keadaan, Melepaskan Beban dan Menemukan Kebebasan

Menerima adalah sebuah konsep yang kompleks juga memiliki banyak makna dan interpretasi tergantung pada konteksnya. Menerima merupakan kata sederhana yang pengimplementasian nya sulit terlaksana. Menerima, lebih dari sekadar mengikhlaskan, merupakan sebuah filosofi mendalam yang menuntun kita menuju kedamaian dan kebahagiaan sejati. Di balik kesederhanaan kata "menerima", terkandung makna yang kaya dan kompleks, membuka gerbang menuju pemahaman diri dan realitas kehidupan. Jadi sebetulnya menerima bukan sekedar Ikhlas atas apa yang telah terjadi, lebih dalam dari itu menerima melampaui batas Mengikhlaskan.

Mengikhlaskan sering diartikan sebagai melepaskan diri dari rasa sedih atau kecewa atas kejadian yang telah berlalu. Namun, menerima juga berarti melangkah lebih jauh. Menerima bukan hanya tentang melepaskan emosi negatif, tetapi juga tentang mengakui dan memahami realitas yang ada, baik yang positif maupun negatif. Artinya dengan menerima kita akan menemukan makna dibalik kejadian. Menerima bukan berarti menyetujui semua yang terjadi. Ini tentang membuka diri untuk melihat situasi apa adanya, tanpa penolakan atau perlawananmenjadikannya pelajaran berharga untuk bertumbuh dan berkembang.

Maka dari itu makna dari menerima juga adalah berhenti menolak. Penolakan terhadap realitas hanya akan menjebak kita dalam spiral emosi negatif. Menerima, di sisi lain, membebaskan kita dari belenggu penolakan, yang memungkinkan kita untuk berdamai dengan diri sendiri dan keadaan. Menerima merupakan kunci untuk membuka pintu menuju kedamaian dan kebahagiaan sejati. Dengan menerima realitas, kita melepaskan diri dari beban masa lalu dan fokus pada masa depan dengan penuh optimisme.

Menerima bukanlah proses yang mudah dan instan. Ini membutuhkan komitmen, kesabaran, dan usaha. Seiring berjalannya waktu, dengan latihan dan refleksi, kita akan semakin mampu menerima realitas dengan lapang dada, membuka jalan menuju kesadaran diri dan kebahagiaan sejati. Filosofi menerima merupakan sebuah perjalanan yang berkelanjutan, mengantarkan kita pada pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri, orang lain, dan dunia di sekitar kita. Karna menerima adalah progres yang akan selalu jadi proses.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun