Dengan sudut matanya, Santi melirik seorang cewek yang duduk berseberangan dengannya. Cewek itu melihat sedang serius berdoa. Seorang cowok ganteng ada di sampingnya. Sesekali tangan mereka saling menggenggam. Terlihat begitu mesra. Santi jadi merasa geram. Ia mengatupkan rahang nya, menahan emosi yang terasa mengaliri aliran darahnya di setiap detak nadi nya.Â
Tangannya mengepal. Rei terlihat khawatir melihat perubahan sikap kekasihnya. Sudut mata Santi tak pernah lepas dari sepasang muda-mudi di seberang. Setelah acara kebaktian selesai, cowok itu terlihat berdiri dan menggandeng gadisnya keluar dari gereja. Rei menautkan kedua alis nya, tak mengerti, saat Santi terburu-buru mengikuti sepasang muda-mudi yang tadi di perhatikan nya. Mau tak mau Rei mengikuti langkah cepat Santi meninggalkan gereja.
 "Santi, tunggu!" Terlambat! Tanpa di duga sebelumnya, Santi menampar gadis itu di tempat parkir, hingga cewek itu tergeser dari tempat dia berdiri semula. Cowok yang bersamanya tersentak. Dewi tak mengucapkan sepatah kata pun karena terkejut nya. "Hei kamu!" bentak Santi. Tangannya masih gemetar menahan marah. Dewi mengusap pipinya yang terasa panas bekas tamparan yang di dapatnya. Ia hanya tersenyum kecut. "Percuma! Aku tak akan melawan mu," ucapnya dengan suara datar.Â
"Dewi kamu tak apa-apa?" cowok yang bersama Dewi terlihat begitu cemas. Ia menghapus darah di sudut bibir Dewi dengan saput tangannya. "Siapa dia wi? mengapa tiba-tiba menampar mu?" Cowok itu semakin cemas, apalagi keadaan di tempat parkir malam itu sudah terlihat sepi. "Bukan siapa-siapa. Hanya bagian dari .....dari masa lalu, benar kan ?" Bobby bertanya pada Dewi dengan nada tak enak. Bobby sudah berada di samping Dewi. Dengan penuh rasa khawatir, Mata Santi terlihat masih menyimpan rasa amarah. Apalagi Dewi tak berusaha membalas tamparan nya. Bahkan cewek itu tersenyum kecut. membuat Santi semakin merasa emosi. Dia siap menampar lagi. Tapi Rei menghalanginya. "Sudah, Santi! ku mohon," mata Rei menyorot dengan tajam penuh harap.
 Cowok yang bernama Bobby pun khawatir. Masa lalu apa yang membuat kedua cewek ini jadi seperti ini? sejuta tanya mengendap di hati Bobby. "Sebenarnya ada apa di antara kalian berdua?" Bobby mencoba mencari tahu. "Tanyakan itu pada cewek kamu!" jawab Santi pendek. Santi berdiri mematung. Matanya masih menatap tajam ke arah Dewi. "Dia merebut cintaku," ucap Santi singkat, tapi mampu membuat persendian kaki Rei lemas. Cowok yang di samping Santi terdiam. Kedua telapak tangannya menutupi mulutnya. "Tak kusangka, rupanya kau menghianati Charles," ujar Santi geram. "Jangan bicara sembarangan kamu!" ancam Dewi, namun tak membuat Santi tutup mulut.
"Kenapa? kalau tak salah, kalian sepasang kekasih kan? Kau dengan cowok ini?" Santi mengarahkan pandangannya ke samping Bobby. Cowok itu terlihat bingung. "Ini tak seperti yang kau duga," gumam Dewi, tapi masih jelas terdengar. Santi jadi geram sendiri. Di matanya Dewi sungguh tampak picik. Dulu dia merebut Charles darinya. Dan sekarang dia bersama cowok lain. Apakah itu berarti Dewi hanya ingin mempermainkan Charles? karena amarah yang tertahan, refleks tangan Santi menarik rambut panjang Dewi. Rei dan Bobby mencoba menghalangi keduanya.Â
"Kalian tidak usah ikut campur! ini masalah kami yang belum terselesaikan!" sentak Santi. Kedua cowok itu yang sama-sama binggung pergi meninggalkan mereka berdua dengan seribu pertanyaan di hati masing-masing. "Kamu ngak punya rasa malu rupanya, " ejek Dewi. "Kamu tidak pernah tau perasaan Charles. Kamu menjengkelkan!" ucap Dewi penuh tekanan. Cengkraman tangan Santi di lepaskan dengan perlahan. "Perasaan apa? yang benar saja? apakah Charles punya perasaan? Apakah kau juga punya perasaan? Charles berpaling dari cintaku karena kamu! Kalau bukan kamu yang terus mengejarnya....!"
 "Kamu salah paham, Santi. Bukan aku yang mengejarnya. Charles sendiri datang padaku agar kau berhenti mencintainya dan membencinya!" potong Dewi, membuat Santi terdiam. "Permainan apalagi ini?" batinnya. "Kau memang menjengkelkan, Santi. Kalau kau memang mencintai Charles mengapa kau lepaskan dia begitu saja?" pertanyaan Dewi membuat Santi tertegun. Ya, kalau dia sangat mencintai Charles, mengapa tak pernah mencoba meraih cintanya cowok itu kembali selama setahun ini? bahkan, dia selalu menghindar pertemuan dengan cowok itu.Â
Dia tidak mampu berhadapan dengan Charles karena cowok itu telah menghianati cintanya. Dengan menjalin hubungan dengan Dewi. "Aku tak mau ke salah faham an ini terus berlanjut. Jangan pernah salahkan Charles. Di antara kami tidak pernah ada hubungan cinta. Sungguh! dan hubungan kami hanya sandiwara Charles, agar kau meninggalkannya ujar Dewi, membuat Santi semakin tak mengerti. Dewi mencoba memberi titik terang.Â
Dewi mengatakan Charles tahu Santi sangat mencintainya. Dia tidak ingin membuat Santi menderita karena mencintainya. "Kenapa dia sanggup melakukan itu? apakah Charles tidak tahu? Hatiku sakit!" Charles  juga sakit, bahkan lebih sakit darimu!" ucap Dewi samar. "Apa katamu?" Dewi menghela nafas panjang, kemudian menghembuskan perlahan. Ditepisnya tangan Santi perlahan. "Maafkan aku, Charles aku menceritakan semuanya agar ke salah faham an ini tak berlanjut." batin Dewi.Â
"Charles menderita kanker otak, Dia tahu hidupnya tak akan lama. Dia tidak ingin membuatmu menderita. Karena Charles tahu, kau begitu mencintainya se tulus hatimu. "Santi merasakan bumi yang dipijaknya seakan berputar. Benarkah apa yang di katakan Dewi? Jika benar, bodoh sekali dirinya! membiarkan Charles  merasakan penderitaan yang dialaminya seorang diri. Meskipun ia tahu Charles  tak pernah mencintainya.Â