Mohon tunggu...
Divia Ayu Prihatina
Divia Ayu Prihatina Mohon Tunggu... Tutor - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

Education is Investation

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ekspresi Cinta dalam Perspektif Sosiologi: Tren Pacaran Muda-mudi Masa Kini

21 Oktober 2021   18:02 Diperbarui: 21 Oktober 2021   20:41 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam perspektif sosiologi kepemudaan, cinta dapat dilihat dari sudut teori pertukaran sosial yang dikemukakan oleh George C. Homnas. Menurut pemikirannya, pertukaran sosial lebih menitikberatkan pada emosi kedua belah pihak dengan tujuan mencari keuntungan dari masing-masing pihak. 

Asumsi teori pertukaran sosial yang mendasari sifat suatu hubungan ialah yang pertama, hubungan memiliki sifat saling ketergantungan, dimana ketika seseorang mengambil suatu tindakan, baik sebelah pihak maupun keduanya dalam suatu hubungan mereka akan mendapatkan imbalan. 

Yang kedua, kehidupan berhubungan adalah sebuah proses, waktu dan perubahan dalam kehidupan suatu hubungan memiliki peran penting. Secara khusus, waktu berpengaruh pada pertukaran karena pengalaman-pengalaman masa lalu menuntu penilaian mengenal penghargaan dan pengorbanan, dan penilaian ini mempengaruhi pertukaran selanjutnya.

Berangkat dari teori pertukaran sosial tersebut, dalam fenomena tren pacaran, pemuda membangun hubungan percintaan demi mencari keuntungan dari masing-masing pihak. Tidak sedikit dari mereka yang mendapatkan kesenangan atau bahkan kepuasan dari status hubungannya sebagai keuntungan dari pengorbanan yang telah dilakukannya. Fenomena tren hubungan percintaan muda mudi yang marak terjadi di era digital sekarang ini semakin terekspos jelas di dunia maya. 

Dimana fenomena muda mudi yang mengekspresikan cintanya kini bukan lagi melalui surat menyurat atau saling berkirim pesan via Short Message Servuce (SMS) yang lebih banyak memakan biaya (pulsa) dan terjaga privasinya. Sekarang sudah lebih banyak fitur yang disajikan oleh kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi yang memudahkan dan memberikan kepuasan bagi penggunanya.

Ekspresi cinta yang ditunjukannya tidak hanya sekadar bertanya kabar atau mengingatkan pasangan untuk jangan lupa makan, jangan lupa mandi, dan lain sebagainya. 

Kini, ekspresi cinta muda mudi lebih bervariatif sehingga tidak jarang membuat orang lain yang tidak memiliki pasangan merasa terbawa perasaan. Bagaimana tidak, mereka dengan bangga membagikan momen kebahagiaan bersama pasangannya melalui media sosial berupa potongan foto atau video yang dapat diakses oleh siapa saja dan di mana saja.

Perlu diketahui, ekspresi cinta yang sering kita lihat atau bahkan tanpa sadar kita rasakan dapat dikategorikan ke dalam 6 motif cinta, yaitu:

  • Eros, ketertarikan individu pada daya tarik fisik. Dalam sebuah hubungan asmara, penganut cinta eros sangat menganggap penting berpegangan tanga, ciuman, dan peluka.
  • Ludrus, penganut cinta ini biasanya tidak pernah serius bercinta. Jika ia merasa terlalu mengikat, intens atau menjenuhkan, ia akan memilih menghentikan hubungannya. Karena baginya, cinta hanya permainan kejar mengejar dan tempat persinggahan saja.
  • Stroge, berawal dari hubungan pertemanan, maka cinta ini disirami dengan emosi-emosi yang dalam dan saing menghargai. Adanya aktivitas dan minat yang sama, serta saling berbagi pengalaman dan perhatian. Para penganut cinta ini tidak mencari nafsu dan kesenangan belaka, tetapi lebih berkonsentrasi pada pembentukan partnership yang seimbang.
  • Mania, termasuk ke dalam jenis cinta yang obsesif, penuh cemburu, dan amat ketergantungan.
  • Pragma, penganut cinta ini dengan tenang menimbang-nimbang latar belakang, periaku, dan keyakinan calon pasangannya. Betul-betu dimaksudkan untuk hubungan yang serius dan dalam jangkan yang panjang.
  • Agape, cinta jenis ini memiliki kekuatan melebihi ego semata. Ini adalah cinta yang tidak mementingkan diri sendiri sama sekali.

Oleh Divia Ayu Prihatina

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun