Mohon tunggu...
Diva Syafa
Diva Syafa Mohon Tunggu... Tutor - Tutor Qanda

Saya suka meluapkan perasaan saya lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Gadis Lumpuh

9 Agustus 2023   13:31 Diperbarui: 9 Agustus 2023   13:35 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu hidupku bahagia, punya banyak teman, dan hidupku berkecukupan. Sekarang hidupku berubah semenjak kecelakaan itu yang membuat kakiku tidak bisa digerakkan dan lumpuh total. Kecelakaan naas itu terjadi saat aku baru masuk kuliah. Saat aku menyeberang, tanpa kusadari ada motor yang melaju kencang menabrakku hingga aku terpental ke aspal jalanan. Motor yang menabrakku hancur menabrak pohon dan yang mengendarainya masuk jurang dan tidak bisa diselamatkan lagi. Setelah diperiksa polisi, ternyata remnya blong.

Aku terbangun setelah koma dua hari. Mama dan papaku menangis terharu dan bahagia akhirnya aku sadar juga. Dokter bilang benturan yang keras menyebabkan tulang kakiku patah dan menyebabkan lumpuh total. Awalnya aku tidak terima akan kenyataan itu. Aku histeris, menangis, dan jadi murung sendiri. Teman-temanku yang dulunya banyak, sekarang hanya sedikit yang peduli kepadaku.
"Shira, kamu makan ya, Nak. Dari tadi kamu belum makan!" ucap Mama kepadaku.
"Nggak mau, Ma. Untuk apa Shira makan kalau Shira nggak bisa jalan kayak dulu!" ucapku menolak permintaan Mama.
"Shira, makan sedikit, ya. Nanti kamu sakit!" ucap Papa membujukku untuk makan.
"Pokoknya nggak mau. Shira mau jalan kayak dulu, Shira bosan dengan keadaan seperti ini!" ucapku dengan mata berkaca-kaca.
"Ya sudah, nanti kalau Shira lapar, bilang Mama atau Papa, ya!" ucap Mama kepadaku.

Mama sedih dengan keadaanku yang sekarang. Aku seperti tidak punya semangat hidup. Tiba-tiba sahabatku yang bernama Liza dan Boni datang menjengukku. Mereka sangat sedih melihat aku seperti ini. Dulunya aku yang ceria, tidak mudah menyerah seketika berubah karena peristiwa naas itu.
"Shira, makan dulu yuk. Aku suapin kamu deh. Please kamu jangan kayak gini, hidup harus terus berjalan Shira. Shira yang aku kenal nggak kayak gini!" ucap Liza kepadaku.
"Iya, Shira. Kita nggak mau sahabatan lagi sama kamu kalau kamu nyerah gini aja. Shira banyak hal positif yang bisa kamu lakuin. Makan dulu, yuk. Kita support kamu terus Shira. Mau keadaan kamu gimanapun, kamu akan jadi sahabat kita selamanya!" ucap Boni kepadaku.
"Oke, aku mau makan. Tapi kalian janji nggak bakal ninggalin aku, kan?" tanyaku kepada Liza dan Boni.
"Iya, janji!" ucap mereka singkat nyaris serempak.

Aku pun akhirnya makan karena support dari sahabatku. Mama dan Papa tersenyum sumringah melihatku semangat kembali. Benar kata mereka, aku harus semangat dan nggak boleh nyerah. Aku akan buktikan kalau orang lumpuh masih punya kesempatan untuk sukses dan hidup bahagia bersama pasangannya nanti. Aku jadi berpikir, siapa lelaki yang mau dengan gadis lumpuh sepertiku. Masih adakah seorang lelaki yang tulus mencintaiku tanpa melihat kondisi fisikku. Aku pun terbangun dari lamunan.

Beberapa hari setelah kecelakaan itu, aku pun diperbolehkan pulang dengan syarat aku harus banyak istirahat dan jangan banyak gerak dulu. Nanti adakalanya kakiku dikontrol sekali sebulan untuk dicek keadaannya. Meskipun Dokter bilang lumpuh total, tapi Dokter juga bilang jika keajaiban datang, maka aku bisa berjalan dengan normal kembali asalkan bersabar dan rajin kontrol ke Dokter.
***
Sebulan berlalu hingga tibalah saatnya aku kontrol ke Dokter. Aku saat itu hanya diantar oleh Mama karena Papa sibuk di kantor. Setibanya di rumah sakit, ada seorang lelaki yang buru-buru dan tanpa sengaja menabrak kursi rodaku. Lelaki itu pun terjatuh karena tertabrak kursi rodaku.
"Mas, kalau jalan tu hati-hati. Untung kursi roda saya tidak melaju kencang. Kalau nggak, bisa-bisa saya terjatuh dari kursi roda. Halo, Mas, loh kok bengong!" ucapku kepada lelaki itu.
"Maaf, Mbak. Saya yang salah, saya buru-buru karena saya lagi ambil obat Ibu saya dan juga lagi banyak kerjaan di kantor. Jadinya saya nggak fokus, sekali lagi maaf ya, Mbak!" ucap lelaki itu kepadaku.
"Mbak? Saya lihat kayaknya kamu lebih tua daripada saya, Mas. Jadi nggak usah panggil, Mbak. Panggil Shira saja. Ya sudah, saya maafkan!" ucapku kepada lelaki itu.
"Iya maaf Mbak, ehh Shira. Saya hanya menghormati saja Shira, tidak sopan jika langsung panggil nama karena saya juga baru kenal kamu barusan. Oh ya Shira, kenalin saya Bintang!" ucap lelaki yang bernama Bintang itu.

Aku pun mengobrol banyak dengan Kak Bintang karena Mama masih ambil obatku di tempat resep obat. Ternyata Kak Bintang sudah bekerja disebuah perusahaan dan sudah berumur 25 tahun. Kak Bintang ngantar mamanya kontrol kesini karena Mama Kak Bintang punya riwayat penyakit jantung. Tiba-tiba Mama datang menghampiriku.
"Eh, Shira kamu bicara dengan siapa?" tanya Mama kepadaku.
"Ini, Ma, kenalin Kak Bintang. Tadi tanpa sengaja nabrak kursi rodaku, tapi Kak Bintang udah minta maaf kok Ma. Dia kesini ngantar mamanya kontrol ke poli jantung!" ucapku kepada Mama.
"Salam kenal, Tante, saya Bintang. Maaf tadi nggak sengaja nabrak anak Tante karena lagi buru-buru dan banyak kerjaan di kantor!" ucap Kak Bintang kepada Mama.
"Oh, iya. Katanya buru-buru, kamu kerja dimana?" tanya Mama kepada Kak Bintang.
"Maaf, Tante. Saya buru-buru ke kantor karena Bos saya nyuruh ke kantor sekarang!" ucap Kak Bintang kepadaku.
"Iya, hati-hati di jalan ya!" ucap Mama kepada Kak Bintang.

Keesokan harinya Liza dan Boni mengajakku jalan-jalan. Hanya sekadar makan dan melihat alam terbuka saja supaya aku tidak suntuk di rumah. Saat aku berada di taman, tanpa sengaja aku lihat Kak Bintang disana. Saat Liza dan Boni lagi asyik menyiapkan peralatan ala-ala piknik gitu, aku pun memanggil Kak Bintang. Tapi, Kak Bintang tak mendengarkanku. Aku pun melajukan kursi rodaku dengan kencang tepat didepan Kak Bintang hingga aku terjatuh dipelukan Kak Bintang. Kak Bintang kalau dilihat dari dekat ganteng juga. Ahh, sadar Shira, kamu itu jelek dan nggak sempurna. Nggak pantes kamu sama Kak Bintang.
"Shira, kita mau terusan pelukan seperti ini? Kamu nyaman ya?" tanya Kak Bintang kepadaku.
"Nggak Kak, lepasin aku!" ucapku yang salah tingkah kepada Kak Bintang.
"Udah, nggak usah salting gitu. Sini Kakak bantuin duduk ke kursi roda.

Aku pun dibantu Kak Bintang untuk naik ke kursi roda. Aku pun dituntun Kak Bintang untuk menemui kembali sahabatku karena takut mereka nyariin aku. Setibanya dekat mereka, Liza dan Boni godain aku.
"Shira itu siapa? Pacar kamu?" tanya Liza kepadaku.
"Parah, Shira. Punya pacar, tapi nggak ngenalin ke kita!" ucap Boni kepadaku.
"E-enggak, ini bukan pacarku kok. Kenalin ini Kak Bintang, kemarin tanpa sengaja menabrakku di rumah sakut kemarin.
"Hai, semua, saya Bintang. Saya bukan pacarnya Shira kok, tapi kalau Shira mau jadi pacar saya juga nggak apa-apa kok!" ucap Kak Bintang kepada Liza dan Boni.
"Ih, Kak Bintang. Jangan bikin gosip!" ucapku seraya mencubit hidung Kak Bintang.
"Dih, udah main cubit hidung sekarang. Besok-besok bisa jadian nih!" ucap Boni kepadaku.
"Iih kalian, awas ya. Suka banget jailin aku!" ucap seraya ngambek kepada mereka.
"Nggak usah pura-pura ngambek Shira!" ledek Liza kepadaku.

Aku pun terdiam dan melihat alam sekitar. Tenang rasanya ada disini. Tanpa kusadari Kak Bintang sudah berada dibelakangku. Dia pun berdiri didepanku dan berlutut dihadapanku. Aku yang melihatnya berlutut, menyuruhnya untuk berdiri, tapi tak dihiraukannya.
"Shira semenjak kita ketemu, aku merasa ada sesuatu yang menggetarkan jiwaku. Aku ingin hubungan kita lebih dari sekedar teman. Ini memang terlalu cepat, tapi aku akan menunggu hingga kamu lulus kuliah. Aku nggak ingin pacaran, aku ingin menjalani hubungan yang serius bersamamu. Will you marry me?" tanya Kak Bintang kepadaku.
"Kak Bintang, kamu tau keadaan aku gimana. Aku bukan wanita sempurna selayaknya wanita yang lain. Aku takut Mama Kak Bintang nggak setuju karena mencintai gadis lumpuh dan ingin menikahiku. Aku pun tak secantik wanita lain, Kak. Coba Kakak pikir seribu kali dulu untuk menikahiku!" ucapku dengan mata berkaca-kaca kepada Kak Bintang.
"Aku serius sama kamu Shira, aku cari pendamping hidup, bukan cari pembantu. Nanti kita bisa lewatin ini sama-sama asalkan kamu mau nerimaku!" ucap Kak Bintang kepadaku.
"Kakak serius sama aku?" tanyaku kepada Kak Bintang.
"Iya aku serius dan janji bakal bahagiain kamu!" ucap Kak Bintang kepadaku.
"Terimakasih Kak, sudah nerimaku apa adanya!" ucapku seraya memeluk Kak Bintang.
***
Beberapa tahun kemudian aku pun lulus kuliah dan buka usaha coffee shop yang modalnya dari Papa. Setelah berkembang nanti, aku akan ganti uangnya Papa karena aku mau berjuang dari duit hasil keringatku. Kak Bintang pun datang melamarku bersama mamanya. Awalnya Mama Kak Bintang nggak menyetujui hubunganku dengan anaknya. Seiring berjalannya waktu, mamanya mengerti dan ingin aku menjadi menantunya.

Sebulan kemudian akupun menikah dengan Kak Bintang. Setelah menikah nanti, aku akan dibawa ke Singapura untuk mengobati kakiku yang lumpuh agar bisa normal kembali. Ternyata Kak Bintang benar-benar tulus mencintaiku.
Aku pun hidup bahagia bersama Kak Bintang.
~END

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun