Mohon tunggu...
Diva Syafa
Diva Syafa Mohon Tunggu... Tutor - Tutor Qanda

Saya suka meluapkan perasaan saya lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Salahkah Jika Ku Freelance

18 Juli 2023   20:42 Diperbarui: 18 Juli 2023   20:45 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                               https://pexels.com/Anna Shvets 

Bagi sebagian orang lulus dari wisuda adalah hal yang sangat dinantikan, tapi bagiku tidak. Bahagia itu hanya pada saat hari wisuda dimana semua orang mengucapkan selamat dan setelah kita menghadapi kehidupan yang sebenarnya, dunia yang nyata.

Setahun berlalu, sudah mencari kerja kesana kemari, tapi hasilnya nihil. Ada sih yang memanggilku untuk wawancara, tapi tempatnya jauh dan orangtuaku melarang akan hal itu. Capek, ya itu yang aku rasakan.
"Bu, ternyata dunia sekeras ini ya. Cari kerja susah. Aku capek, Bu!" ucapku seraya menatap kearah Ibu.
"Mega, kamu yang sabar, Nak. Kamu tidak sendirian. Masih banyak temanmu yang belum dapat kerja. Anak Pak Dino, anak kepala sekolah tempat Ibu ngajar sudah hampir dua tahun belum dapat kerja. Kamu banyak berdoa dan jangan nyerah, Ga!" ucap Ibu menyemangatiku.
"Iya, Bu. Ya sudah aku tidur dulu, ya, udah malam. Selamat tidur, Bu!" ucapku kepada Ibu.
"Iya, Nak. Selamat tidur juga!" ucap Ibu seraya tersenyum sumringah kearahku.
***
Beberapa bulan kemudian, aku tetap mencari kerja di berbagai perusahaan. Sampai akhirnya aku mendapat email kalau aku diterima kerja sebagai Tutor disebuah aplikasi ternama, tapi kerjanya freelance. Freelance itu kita bekerja pada sebuah perusahaan, tapi bisa dikerjakan dari rumah. Aku terkejut karena diterima kerja disana, walaupun freelance. Aku cari tau tentang perusahaan ini di internet dan ternyata banyak review positif dari banyak orang.
"Bu, aku diterima kerja freelance sebagai Tutor di aplikasi A. Kerjanya hanya jawab soal anak SD, SMP, SMA, dan ada juga anak kuliahan. Aku coba disini dulu nggak apa-apa kan, Bu?" tanyaku kepada Ibu.
"Freelance itu apa, Ga?" tanya Ibu heran kepadaku.
" Freelance itu kita kerja secara online di rumah, Bu. Lumayanlah Bu, sambil nunggu panggilan kerja aku kerja disini dulu!" ucapku penuh semangat kepada Ibu.
"Ya sudah. Ibu izinkan, tapi jangan hanya mengandalkan pekerjaan ini, Nak. Ini cuma sementara waktu aja kan, Nak?" tanya Ibu kepadaku.
"Iya, Bu. Aku ke dalam dulu, ya. Mau kerja online ini dulu. Aku sudah boleh kerja online hari ini!" ucapku seraya tersenyum sumringah kepada Ibu.
"Iya, Nak!" ucap Ibu seraya menuju dapur untuk memasak.
Alhamdulillah, akhirnya setelah satu tahun menunggu, akhirnya aku kerja juga. Ya, walaupun freelance, tapi bisa menambah pengalamanku nanti jika ada panggilan kerja yang lainnya.
Aku pun bekerja dengan semangat.

Banyak soal yang harusku kerjakan. Ternyata asyik juga, ya. Ada kesibukan selain membantu Ibu bikin kue. Siswanya juga baik-baik dan welcome dengan jawaban yang kuberikan. Padahal, ada pelajaran yang aku tidak ingat lagi, tapi aku pelajari kembali di youtube, baru aku kasih jawaban kepada siswa yang mengajukan pertanyaan di aplikasi.
"Mega, Diva, sini makan. Udah waktunya makan siang!" ucap Ibu kepadaku dan adikku.
"Iya, Bu!" ucapku nyaris serempak dengan adikku yang berada diluar.
Diva adalah adikku satu-satunya. Setahun ini aku jarang ketemu Diva karena dia lagi persiapan buat ujian akhir dan mau masuk kuliah. Karena hari ini hari Jum'at, makanya Diva pulang lebih awal.
"Diva, bentar lagi kamu ujian. Belajar yang rajin. Katanya mau masuk Fakultas Teknik. Ya, harus rajin!" ucapku setelah makan kepada Diva.
"Iya, kakakku yang bawel. Tenang kak, adikmu pintar ini sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang!" ucap Diva kepadaku.
"Huh, dasar jangan kepedean dan jangan sombong!" ucapku seraya memanyunkan bibir kepada adikku.
"Ya, bukannya sombong dan kepedean sih kak, tapi kenyataannya adikmu ini emang pintar loh!" ucap Diva dengan penuh percaya diri kepadaku.
"Hmmm... sama aja itu!" ucapku meledek adikku.
"Sudah, kalian ini dimana-dimana selalu debat, kalau nggak berantem!" ucap Ibu kepada kami.
"Ya, gitulah Bu. Kalau adiknya nyebelin kayak dia ya pantas kita berdebat atau nggak berantem terus!" ucapku kepada Ibu dan adikku.
"Dasar kakak bawel nggak ketulungan plus nyebelin akut ya jadi gini, Bu!" ucap Diva kepadaku dan Ibu.
"Sudah, Ibu bilang!" ucap Ibu menatap tajam kearahku dan adikku.
***
Setahun kemudian aku masih kerja freelance sebagai Tutor. Nggak ada panggilan kerja yang memanggilku membuatku merasa capek dan nyerah mencari kerja yang lain. Aku ingin kerja yang sudah nyata gajinya walaupun cuma freelance.
"Mega, kamu nggak coba cari kerja yang lain, Nak? Temanmu udah pada ada yang dapat kerja. Kalau kamu nggak cari, ya nggak dapat!" ucap Ibu kepadaku.
"Bu, setahun aku menunggu, tak ada satu pun panggilan kerja. Setelah aku kerja freelance, aku rasa Allah sedang mengujiku. Seberapa sabar aku untuk mendapatkan kerja. Setahun bukan waktu yang sebentar, Bu. Aku capek dan rasanya ingin nyerah, tapi hatiku berkata tetap semangat dan akhirnya aku kerja freelance seperti ini!" ucapku seraya meneteskan cairan bening yang sudahku tahan dari tadi.
"Maksud Ibu itu jangan hanya mengandalkan freelance itu, Nak. Kamu tetap cari kerja yang lain. Tidak mungkin kamu selamanya kerja begini!" ucap Ibu penuh penekansn kepadaku.
"Bu, tidakkah Ibu lihat gimana perjuanganku, nggak mudah, Bu. Aku hanya lelah saja mencari kerja yang entah kapan dipanggil untuk kerja. Salahkah jika ku kerja freelance ini Bu? Apa Ibu takut dengan perkataan warga sini kalau aku hanya kerja online!" ucapku seraya terisak kepada Ibu.
"Bukan begitu, Nak. Ibu paham kok maksud kamu, tapi tidak mungkin kamu selamanya kerja seperti ini!" ucap Ibu dengan mata berkaca-kaca kepadaku.
"Iya, aku tau Bu. Aku akan cari kerja lain, tapi kalau begitu aku harus pergi ke kota J langsung supaya mudah untuk mencari kerja.
"Nak, tidakkah terpikir olehmu kalau saat ini Ibu memikirkan biaya kuliah adikmu. Papamu hanya pulang dua minggu sekali dan uangnya tidak cukup untuk biaya kuliah adikmu di Kota P. Jadi, kamu sabar dulu hingga adikmu lulus. Kamu masukkan saja lamaran seperti biasanya ke berbagai perusahaan!" ucap Ibu penuh harap kepadaku.
"Aku capek Bu. Mungkin sudah seratus lebih perusahaan, tapi tidak satupun yang memanggilku untuk wawancara kerja. Jalan satu-satunya emang pergi ke Kota J untuk cari kerja, tapi aku paham kondisi Ibu sekarang makanya Ibu jangan nyuruh aku untuk hal yang tidak pasti!" ucapku menangis tersedu-sedu kepada Ibu.
"Ya, sudah. Ibu minta maaf ya. Ibu bingung dan kalut memikirkan uang kuliah adikmu!" ucap Ibu menangis terisak kepadaku.
"Iya, Bu. Ibu setelah Diva lulus aku boleh ke Kota J kan?" tanyaku penuh harap kepada Ibu.
"Iya, boleh!" ucapku seraya memeluk Ibu.

Beberapa tahun kemudian adikku lulus dan wisuda. Beberapa hari setelahnya aku dan adikku berangkat ke Kota J untuk mencari kerja. Tidak kusangka kurang dari sebulan aku diterima kerja di Dinas Sosial Kota J dan adikku diterima kerja di perusahaan ternama Kota J bagian jaringan.

Alhamdulillah, akhirnya lika-liku kehidupan sudahku lewati. Kini aku banyak bersyukur dan berterimakasih kepada Allah karena telah memilihku untuk menjadi orang yang kuat dan sukses meskipun lambat. Akhirnya aku dan adikku bisa memberangkatkan haji Ibu dan Papa. Terimakasih, kerjaan freelance mengajarkan untuk lebih kuat dan tidak ada salahnya jika ingin kerja freelance.
~END

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun