Siapa yang tak kenal dengan Mahalini, seorang penyanyi terkenal saat ini yang pernah masuk 5 besar Indonesian Idol ini kembali merilis albumnya Fabula. Salah satu lagu yang cukup berbeda dengan lagu yang lainnya adalah 'Putar Waktu'. Makna yang terdapat di dalam lagu tersebut dalam banget sampai menitikkan air mata bagi yang mendengarnya. Yuk simak, "5 Fakta Lagu Mahalini Putar Waktu"!
1. Waktu yang tidak Bisa Diulang Kembali
Dalam lirik lagunya, "Waktu ke waktu ku lewati, melihat diriku tak kecil lagi...". Ini mempunyai makna yang dalam, maksudnya lirik tersebut menceritakan seorang anak yang dulunya kecil tumbuh menjadi dewasa dan waktu itu tidak bisa diulang kembali. Jika bisa diulang, apa bisa memperbaiki keadaan? Tentu saja, tidak. Itu merupakan suatu hal yang mustahil, bahkan waktu sedetikpun kita tidak bisa menghentikannya.
2. Mendapat Hinaan setelah Dewasa
Dalam lirik lagunya, "Tuan dan Puteri mulai menghakimi. Berkata usik tak nyaman di hati...". Lirik tersebut bermakna seorang lelaki dan perempuan mulai menghina seorang anak tadi yang membuat hati anak tersebut tidak nyaman. Â Sering kali mendapat hinaan yang tak pantas dari seseorang yang tidak tahu apa-apa dengan kehidupannya. Stop, menghina seseorang dengan proses menuju sukses karena kita tidak tahu seberapa kerasnya anak tersebut berjuang hingga menjadi sukses.
3. Manusia yang Merasa Sempurna
Dalam lirik lagunya, "Bukankah aku manusia, sama seperti mereka. Tetapi mengapa seolah paling sempurna...". Ini bermakna mereka merasa hidupnya sempurna, padahal mereka lupa bahwa mereka juga manusia biasa yang jauh dari kata sempurna. Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, yang sempurna hanyalah Tuhan.
4. Pengen Kembali ke Masa Kecil
Dalam lirik lagunya, "Seandainya bisaku putar waktu, kan ku kembali ke masa kecilku...". Lirik ini bermakna jika waktu bisa diputar, anak itu ingin kembali lagi ke masa kecilnya. Jika ada mesin waktu, pasti setiap manusia bisa menghentikannya dan ingin mengulang masa-masa indah masa kecilnya. Sayangnya, itu mustahil terjadi.
5. Dunia yang Keras