Kemampuan dalam berpikir kritis sangat dibutuhkan bagi setiap generasi muda karena nantinya mereka yang akan membangun bangsa. Perkembangan informasi dan ilmu pengetahuan perlu didukung oleh dengan kemampuan berpikir kritis agar generasi muda dapat beradaptasi di era globalisasi. Generasi muda terkhususnya pelajar dituntut untuk memiliki daya kritis agar dapat bersaing dengan perubahan zaman. Tingkat berpikir kritis Indonesia menurut Programne for International Student Assessment (PISA). Selain itu tingkat literasi di Indonesia berada pada tingkat yang rendah menurut UNESCO yaitu hanya 0,001% atau setara dengan 1 orang dari 1000 yang rajin membaca.
Universitas Muhammadiyah Malang memiliki program yang mentargetkan mahasiswanya mengabdi pada masyarakat untuk menyalurkan ilmu-ilmu yang telah diemban. Program Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) dapat dilaksanakan minimal semester tiga perkuliahan. PMM dapat dilaksanakan di seluruh Indonesia dengan menyasar desa-desa yang membutuhkan. Melalui program PMM terbentuk lima anggota dari jurusan Hubungan Internasional dan didampingi oleh dosen lapang bapak Drs. Amir Syarifuddin, MP. PMM kelompok 68 gelombang 4 melakukan PMM di kelurahan Rukuwa kecamatan Binongko, pemilihan tempat dikarena terdapat beberapa alasan salah satunya adalah meningkatkan kesadaran membaca dan berpikir kritis pemuda-pemudi setempat.
Program kerja "Kajian Minggu" adalah program unggulan yang disasar untuk pemuda-pemudi di kelurahan Rukuwa yang dilaksanakan setiap malam minggu. Kajian Minggu yang diusung kelompok 68 melakukan kerjasama dengan komunitas literasi yang bernama LIMBO. Â Â Â Kerjasama dengan LIMBO diharapkan menjadi jembatan bagi kelompok 68 dengan pemuda-pemudi di Rukuwa. Selain itu kerjasama ini LIMBO berharap kedepannya pemuda-pemudi dapat menjadi penerus dari komunitas literasi yang telah vacum sebelumnya dikarenakan tidak adanya regenerasi. Sebelumnya kelompok 68 membuka donasi buku saat berada di Malang untuk diberikan kepada pemuda-pemudi di kelurahan Rukuwa.
Donasi buku yang telah dilakukan saat di Malang terkumpul 21 buku dengan berbagai genre. Buku-buku yang terkumpul meliputi novel, buku disiplin ilmu, buku feminisme dan keagamaan. Urgensi dari mendonasikan buku kepada komunitas LIMBO adalah untuk mewadahi serta tempat bagi pemuda-pemudi mendapatkan bahan bacaan. Program Kajian Minggu dikemas dengan berdiskusi mengenai isu-isu yang sedang menjadi fokus untuk menggali daya kritis terhadap perubahan zaman. Kegiatan ini telah terlaksana tiga kali dalam masa pengabdian yaitu satu pertemuan bersama anak-anak SDN 1 Rukuwa sedangkan dua pertemuannya bersama dengan komunitas LIMBO serta pemuda pemudi di Rukuwa. Terdapat tiga tema yang diangkat dalam diskusi Kajian Minggu.
Pada minggu pertama kelompok 68 mengangkat tema tentang berbakti kepada orangtua dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa Bersama dengan anak-anak SDN 1Rukuwa. Pengambilan tema ini adalah untuk membentuk karakter anak-anak agar tetap mematuhi orangtua dan Tuhan. Pelaksanaan dari menyampaikan materi adalah dengan melihat dan memahami yaitu nonton bersama lalu memberikan pertanyaan akan pesan yang terkandung dalam film pendek yang ditampilkan. Film pendek berupa cerita rakyat Malin Kundang dan kisah Nabi Musa. Kegiatan ini mendapatkan antusias dari audiensnya karena dikemas dengan cara yang mengasikan sehingga tidak membuat anak-anak bosan.
Kemudian minggu kedua dilanjutkan dengan diskusi bersama dengan komunitas LIMBO. Pada kesempatan ini kelompok 68 mengambil tema "Keperempuanan dan Kekerasan". Isu mengenai perempuan dan kekerasan merupakan sebuah diskusi yang perlu bagi pemuda pemudi di desa agar dapat mengetahui terkait konstruksi sosial yang berjalan secara dinamis. Selain pengambilan tema ini diharapkan agar setiap anak muda Rukuwa baik perempuan maupun laki-laki untuk memahami kondisi terkait perempuan yang sering kali mendapatkan kekerasan secara struktural,kultural dan langsung. Namun, dalam pembahasannya tidak saja memfokuskan pada kekerasan terhadap perempuan tetapi menjelaskan bahwa laki-laki juga kerap kali mendapatkan kekerasan.
Lalu minggu ketiga kelompok 68 mengambil tema "Literasi dan Pendidikan" dengan melihat kasus yang berada di Indonesia. Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwasannya Indonesia memiliki tingkat literasi yang rendah sehingga masih kurangnya daya berpikir kritis. Forum diskusi yang lebih dominan dengan anak-anak SMA pembicaraan ini sangat menarik perhatian mereka terkhusus mengenai Pendidikan. Terdapat banyak lontaran pertanyaan yang mereka ajukan baik itu mengenai sistem pendidikan atau peraturan, karena yang seperti kita ketahui bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia selalu mengalami perubahan dan aturan yang ada mendapatkan respon pro kontra. Selama berjalannya diskusi kelompok 68 selalu memberikan setiap feedback dan saran yang diberikan oleh pemuda - pemudi setempat.
Melalui program kerja "Kajian Minggu" yang telah dijalankan dengan baik selama tiga kali pertemuan dapat membangkitkan semangat literasi dan daya berpikir kritis dari anak muda di Rukuwa. Harapan dari selesainya program kerja ini adalah kelompok 68 menjadi jembatan bagi anak muda Rukuwa dapat melakukan regenerasi di komunitas LIMBO. Regenerasi diharapkan menjadi titik bangkitnya anak muda di pulau kecil untuk dapat berpartisipasi dalam menyalurkan ide-idenya baik itu untuk masyarakat setempat atau melalui media sosial dengan menunjukan gagasan yang dimiliki untuk berpartisipasi membangun negeri melalui pemikirannya. Terakhir kelompok 68 dalam menjalankan program kegiatan ini selaras dengan pengetahuan yang didapatkan saat perkuliahan seperti keperempuanan yaitu feminisme, kekerasan yaitu studi perdamaian serta literasi dan pendidikan yaitu globalisasi.