Indonesia sudah memiliki banyak potensi yang ada di dalam keragaman budayanya. Potensi-potensi seperti lahan pariwisata, warisan sejarah, budaya, dan lain-lain ada di dalamnya. Ditambah dengan sumber daya alam dan manusianya yang berlimpah, Indonesia dapat menjadi negara yang sangat teramat maju bila didukung oleh persatuan yang erat antar berbagai macam budaya, sebab di tiap budaya pasti ada nilai yang berharga.
Tapi, tragisnya, Indonesia belum mencapai titik itu.
Mengapa? Indonesia jelas mempunyai sumber daya alam yang melimpah, sumber daya manudai yang amat banyak, dan kekayaan budaya juga. Jawabannya adalah satu---persatuan.
Kurangnya persatuan di antara keragaman tersebutlah yang sangat fatal, sebab kurangnya persatuan malah justru membuat keragaman menjadi faktor penghalang kemajuan Indonesia. Tidak hanya itu, keragaman sama dengan perbedaan, dan bila seseorang membenci perbedaan artinya orang tersebut memiliki pemikiran yang sempit. Tentu aneh jika satu orang dapat mempengaruhi suatu negara, jadi dapat disimpulkan bahwa cukup banyak orang yang memiliki cara pandang bahwa 'perbedaan itu buruk' sehingga dapat mempengaruhi negara. Dan pemikiran sempit ini, menjadi faktor tambahan mengapa Indonesia tidak dapat maju.
Hal ini menunjukan secara jelas, bahwa banyak orang sudah tidak mengindahkan Pancasila lagi.
Pancasila adalah nilai-nilai yang merupakan identitas kita. Jika kita melupakan Pancasila, maka tidak ada bedanya dengan melupakan identitas kita sebagai suatu bangsa. Pada saat yang sama pula, kita memupuskan harapan para pahlawan pejuang kemerdekaan.
Sikap bertoleransi terhadap diskriminasi harus dihapuskan, sebab pada dasarnya kita adalah manusia. Budaya yang berbeda memang harus dipertahankan keragamannya, namun sifat mendiskriminasi dan menganggap golongna sendiri yang terbaik ialah melawan Pancasila dan menentang hakikat Indonesia sebagai negara yang penuh keragaman.
Perbedaan-perbedaan yang kita punyai harusnya menjadi faktor pendukung, kita tidak boleh membiarkannya menjadi penghambat hanya karena egoisme kita yang memecah persatuan di antara kita. Indonesia harusnya memiliki sifat berpikir yang terbuka karena keragamannya---pikiran yang tidak sempit semacam ini akan mendukung bangsa Indonesia untuk berakomodasi dengan perkembangan zaman yang sangat cepat, namun tetap bisa bersifat selektif. Jadi pikiran sempit tidak hanya membunuh bangsa di dalam, namun juga membunuh kemungkinan untuk lebih berkembang ke luar.
Tentunya memiliki pemikiran terbuka dan mau menghargai budaya Indonesia yang beragam demi menjaga persatuan dan identitas kita sebagai sebuah bangsa merupakan hal yang tidak akan pernah bisa diwujudkan dalam waktu semalam. Untuk menanamkan pola pikir diperlukan waktu yang cukup lama---oleh karena itu akan sangat diharapkan agar sifat tidak membeda-bedakan diajarkan sebagai sebuah sifat yang buruk sejak kecil. Usia dini adalah usia yang sangat berpengaruh untuk pola pikir sesorang kedepannya, oleh karena itu, hal ini merupakan tanggung jawab kita untuk menurunkan sikap seperti ini untuk melawan egoisme yang telah meraja lela di zaman sekarang ini. Semua ini, demi menjaga identitas kita demi sebuah banga.
Sekian dari saya terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H