Mohon tunggu...
diva nabila
diva nabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi

Mahasiswa Psikologi disalah satu perguruan tinggi negeri di Kota Bandung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Situasi Pembelajaran Daring yang Menyenangkan

31 Juli 2021   12:19 Diperbarui: 31 Juli 2021   12:24 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Memasuki tahun kedua pandemic covid 19 ini masih belum juga menunjukan tanda-tanda bahwa akan diadakan sekolah tatap muka kembali. Kenaikan angka positif covid ini menjadi salah satu pertimbangan mengapa sistem pembelajaran tatap muka belum diadakan kembali. Akhirnya pembelajaran daring dijadikan salah satu cara untuk menekan angka kenaiakan kasus positif covid 19.

Sudah hampir setahun masa pembelajaran siswa-siswa dari SD hingga SMA di beberapa daerah menjalani sistem pembelajaran daring. Tentu saja hal ini akan menimbulkan kebosanan pada beberapa siswa. Mereka juga mengalami kesulitan dalam memahami beberapa materi pembelajaran karena keterbatasan dalam pelaksanaan media pembelajaran. Dengan dilakukannya sistem pelajaran jarak jauh atau daring ini juga membatasi pasa siswa untuk bertemu dan berinteraksi dengan teman-temannya secara langsung. Hal ini sangat dirasakan apalagi bagi para siswa di sekolah dasar yang biasanya masih menghabiskan masa sekolahnya dengan bermain bersama teman-teman sebayanya.

Walaupun terkesan kurang baik namum pembelajaran jarak jauh ini juga memiliki sisi yang cukup positif juga misalnya anak-anak bisa menjadi lebih dekat dengan orang tuanya karena meraka sama-sama melakukan kegiatan di rumah. Masa pembelajaran online ini dapat dijadikan salah satu metode bonding bagi anak dan orang tua untuk mengakrabkan diri dan lebih dalam mengenal satu sama lain.

Kekurangan sistem pembelajaran jarak jauh ini juga bisa diakali oleh orang tua dan guru agar menjadi lebih menyenangkan saat dijalani. Bagi orang tua mungkin dapat membuat situasi di rumah seolah-olah adalah sekolah bagi mereka dengan mempersiapkan beberapa fasilitas sederhana yang ada di sekolah atau sedikit merubah setting tempat belajar mereka agar seperti di sekolah.

Orang tua juga bisa mengajak anak belajar sambil bermain menggunakan simulasi atau media-media pembelajaran yang menarik dan tidak monoton. Misalnya melalui video interaktif, flash card, atau beberapa permainan kata dan sebagainya.

Selain itu untuk guru juga bisa mengakali dengan memberikan materi pembelajaran yang menarik dan tidak monoton hanya terpaku pada teksbook saja. Dibandingkan dengan materi berupa file pdf yang berpuluh-puluh halama penuh dengan tulisan, lebih baik memberikan video penjelasan dengan bahasa yang mudah dipahami atau power point menarik yang penuh ilustrasi sebagai contoh kegiatan. Hal ini juga tentunya akan mengurangi rasa bosan siswa khususnya yang masih di sekolah dasar dalam memahami materi pembelajaran.

Selain ini para guru juga dapat menerapkan sistem pembelajaran campuran tidak hanya menggunakan media live online meeting seperti zoom saja namun menggunakan grup chat untuk memberikan materi. Hal tersebut dilakukan karena jika menggunakan zoom setiap hari selama seminggu akan membuat anak merasa bosan dan lelah. Hal ini juga kurang baik karena tidak semua siswa dapat mengakses sistem pembelajaran menggunakan zoom disebabkan kurangnya akses dan fasilitas yang ada.

Jika diselingi dengan memberi materi tertulis menggunakan grup chat, maka para siswa juga memiliki lebih banyak waktu luang dan proses penjelasan dapat dibantu menggunakan metode menyenangkan oleh masing-masing orang tua. Tugas yang diberikan pada siawa juga diharapkan tidak full soal-soal saja namun akan lebih baik jika selingi dengan pemberian tugas-tugas interaktif yang menuntut anak membuat sesuatu dan berkreasi. Hal ini tentunya dilakukan agar anak tidak mudah merasa bosan dan dapat aktif berkegiatan seperti di sekolah tidak hanya duduk diam di depan gadget saja.

Beberapa cara tersebut diharapkan dapat menjadi alternatif atau masukan bagi para orang tua atau guru yang memiliki anak berusia sekolah dasar agar lebih kreatif dalam menghadapi situasi seperti ini. Hal ini juga dilakukan agar nantinya saat situasi sudah mulai membaik dan melakukan pembelajaran tatap muka para siswa tidak terlalu kaget karena sudah terbiasa sebelumnya.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun