Mohon tunggu...
diva hutabarat
diva hutabarat Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar/Mahasiswa

Saya merupakan seorang mahasiswa di sebuah Universitas di Yogyakarta. Saya suka menulis dan membaca serta mengembangkan banyak opini di Media sosia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kasus DBD di Medan: Menyikapi Ancaman dan Strategi Pencegahan yang Baik

22 Juni 2024   04:14 Diperbarui: 22 Juni 2024   04:34 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue melalui vektor penyebar Aedes aegypti. Demam Berdarah Dengue (DBD) menyebabkan perembesan plasma yang ditandai dengan peningkatan hematokrit atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Di kota Medan penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit endemis yang telah menimbulkan kekhawatiran karena persebaran yang sangat cepat dan menyebabkan kematian dalam waktu singkat serta telah menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Kota Medan menjadi daerah endemis DBD kedua dari 30 kabupaten/kota di Sumatera Utara dengan 1.068 kasus pada tahun 2019 sedangkan pada tahun 2021 ditemukan 73.518 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 705 kasus. Tingginya kasus dan lonjakan signifikan jumlah pasien yang terinfeksi virus dengue, memerlukan perhatian serius dari pemerintah, masyarakat umum, dalam pencegahan penyebaran lebih lanjut dan mengurangi dampak yang ditimbulkan.

Salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan kasus DBD di Medan adalah kondisi lingkungan yaitu iklim seperti suhu, udara, kelembaban udara, curah hujan, serta faktor seperti kepadatan penduduk. Curah hujan yang tinggi menciptakan banyak genangan air, tempat nyamuk berkembang biak. Selain itu, urbanisasi yang pesat dan kurangnya infrastruktur sanitasi memadai memperburuk situasi ini. Selain dipengaruhi oleh faktor lingkungan, penyebaran penyakit demam berdarah dengue yang semakin luas juga dipengaruhi oleh peningkatan kepadatan penduduk yang diindikasikan dengan peningkatan kontak antara vektor dengan manusia. Penggunaan pestisida yang tidak terkendali juga turut berperan dalam masalah ini. Pestisida yang digunakan secara berlebihan dapat menyebabkan nyamuk menjadi resisten, sehingga upaya pengendalian menjadi kurang efektif.

Program pencegahan DBD di Medan menghadapi beberapa kendala yang mengurangi efektivitasnya. Salah satunya adalah rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Banyak warga yang masih membiarkan tempat-tempat potensial bagi nyamuk untuk berkembang biak, seperti wadah air terbuka atau sampah yang menumpuk, menunjukkan kurangnya partisipasi dari pemangku kepentingan dan masyarakat dalam pengendalian DBD di kota ini. Selain itu, keterbatasan sumber daya pemerintah untuk melakukan fogging dan penyuluhan juga menjadi masalah. Meskipun pengasapan dilakukan, seringkali tidak cukup untuk mencakup semua area terdampak, dan penyuluhan mengenai pencegahan DBD kepada masyarakat juga belum optimal. Oleh karena itu, diperlukan program pengendalian yang lebih efisien dan tepat untuk menekan peningkatan kasus DBD di Kota Medan.

Untuk mengatasi penyakit DBD di Kota Medan, salah satu solusinya adalah dengan meningkatkan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat melalui komunitas dan sekolah, menggunakan pendekatan yang lebih holistik dan partisipatif. Edukasi masyarakat perlu ditingkatkan melalui kampanye intensif dan berkelanjutan, memanfaatkan media massa dan media sosial untuk menjangkau lebih banyak orang. Selain itu, diperlukan program pengendalian vektor dan sarang nyamuk dengan gerakan 3M (Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang), serta pemeriksaan jentik nyamuk di daerah-daerah yang memiliki kasus secara berkala. Langkah-langkah lain yang bisa dilakukan meliputi survei epidemiologi, abatisasi selektif, penyelidikan epidemiologi di lokasi sumber penularan, dan fogging fokus. Penting juga untuk melakukan koordinasi lintas sektor, pertemuan berkala dengan puskesmas, serta advokasi kepada pemangku kepentingan. Penelitian sebelumnya menyarankan penggunaan bahan alam sebagai pestisida alami yang ramah lingkungan dan efektif membunuh nyamuk Aedes aegypti. Untuk keberlanjutan program, pemerintah diharapkan dapat memantau dan mengawasi program yang berjalan. Mengingat luasnya wilayah Medan dan tingginya mobilitas penduduk, diperlukan perhatian khusus agar semua area mendapatkan penanganan yang sama dalam program pencegahan dan pengendalian. Partisipasi dan perhatian tinggi dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk mewujudkan Medan yang bebas dari DBD.

Kasus DBD di Medan merupakan masalah serius yang memerlukan perhatian dan aksi dari semua pihak. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk mengatasi hambatan dan tantangan yang ada. Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, kita dapat mengurangi risiko penyebaran DBD dan melindungi kesehatan warga Kota Medan. Mari kita semua berperan aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan dan mendukung upaya pencegahan DBD, demi terciptanya Medan yang lebih sehat dan aman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun