Mohon tunggu...
Diva Firnanda S. P.
Diva Firnanda S. P. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

Passionate about healthcare and pharmaceutical industry

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Edukasi Penyimpanan Obat: Peran Apoteker dalam Mengoptimalkan Praktik Swamedikasi

28 Desember 2024   09:55 Diperbarui: 28 Desember 2024   09:55 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto obat-obatan (sumber : pixabay)

Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh masyarakat untuk tujuan pengobatan sakit ringan, tanpa resep, atau intervensi dokter (Shankar, et al.,2002). Sebagian besar masyarakat memilih swamedikasi sebagai alternatif tindakan dengan alasan keterjangkauan pengobatan. Hal tersebut tidak menjadi masalah apabila diiringi dengan pengetahuan akan obat dan penggunaan yang benar. Sebagai bagian dari swamedikasi, penting untuk memahami pentingnya penyimpanan obat yang tepat, tidak semua obat dapat disimpan dalam kondisi yang sama karena mempertimbangkan berbagai hal, seperti bentuk dan jenis sediaan, mudah tidaknya meledak/terbakar, dan stabilitas obat.

Mengapa kita perlu menyimpan obat dengan tepat? Karena penyimpanan obat merupakan salah satu faktor penentu stabilitas dan efektivitas obat. Di rumah, penting untuk mengikuti petunjuk penyimpanan yang tertera pada kemasan obat. Hal ini bertujuan untuk memastikan obat tetap terjaga kualitasnya selama proses penyimpanan (Afqary et al.,2018). Sayangnya, hal ini bertolak belakang dengan fakta yang ada bahwa masyarakat Indonesia masih memiliki pemahaman yang minim terkait pentingnya memperhatikan kondisi penyimpanan, seperti suhu, kelembaban, dan paparan cahaya, yang dapat mempengaruhi kualitas obat. Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Indriani (2022), diperoleh bahwa 57,7% dari masyarakat telah menyimpan obat dengan benar, 33% masyarakat menjalankan tindakan penyimpanan yang cukup tepat, dan 9,3% masyarakat kurang tepat dalam cara mereka menyimpan obat di rumah.

Secara umum, petunjuk mengenai cara penyimpanan obat biasanya sudah tercantum pada kemasan obat. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar membiasakan diri membaca informasi terkait penggunaan obat yang tersedia pada kemasan, label, maupun brosur. Selain itu, terdapat beberapa aspek penting yang harus diperhatikan dalam penyimpanan obat.

1. Simpan obat dalam kemasan asli dan wadah tertutup rapat

Kemasan asli obat dirancang khusus untuk melindungi isinya dari paparan cahaya, udara, kelembaban, dan kontaminasi, guna mencegah kerusakan fisik maupun kimia pada obat. Selain itu, penggunaan kemasan asli juga bertujuan untuk menghindari risiko kesalahan penggunaan, karena pada kemasan tersebut tercantum etiket yang memuat informasi penting seperti komposisi, dosis, indikasi, aturan pemakaian, waktu konsumsi, efek samping, dan tanggal kedaluwarsa.

2. Perhatikan jenis sediaan obat

Obat dengan bentuk tablet dan kapsul sebaiknya disimpan di tempat sejuk dan kering pada suhu 15-25C, adapun sedian obat cair (sirup dan suspensi) sebaiknya tidak disimpan pada lemari pendingin, kecuali sudah disebutkan pada etiket atau kemasan. Sediaan obat yang penggunaannya untuk vagina dan anus disimpan dalam lemari pendingin agar tidak meleleh dan hindari menyimpan sediaan bentuk aerosol atau spray di suhu tinggi untuk mencegah bahaya ledakan.

3. Bijak dalam menggunakan lemari pendingin

Beberapa obat mengandung senyawa aktif yang rentan terhadap kerusakan dan menjadi tidak stabil jika disimpan pada suhu ruang atau suhu tinggi. Contohnya seperti antibiotik, insulin yang harus disimpan pada suhu di bawah 8C, dan vaksin yang memerlukan suhu antara -25C hingga -10C.

4. Jangan meninggalkan obat di dalam kendaraan

Suhu di dalam kendaraan yang cenderung berubah drastis dapat merusak komposisi kimia obat, mengurangi efektivitasnya, atau bahkan membuatnya berbahaya untuk digunakan.

5. Jauhkan obat dari jangkauan anak - anak

Untuk mencegah risiko keracunan atau konsumsi yang tidak disengaja, pastikan obat disimpan di tempat yang sulit dijangkau oleh anak-anak maupun hewan peliharaan.

Sebagai profesional kesehatan, peran seorang apoteker tidak hanya terbatas pada meracik dan mendistribusikan obat, namun juga berperan sebagai komunikator yang merupakan salah satu Ten Star of Pharmacist. Sejalan dengan minimnya pengetahuan masyarakat mengenai dunia kesehatan, khususnya obat, seorang apoteker bertanggung jawab untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang cara menyimpan obat dengan benar. Yuk simak apa saja peran seorang apoteker dalam menjaga mutu obat agar tetap aman dan efektif pada praktik swamedikasi.

1. Memberikan informasi yang akurat dan mudah dipahami

Apoteker bertugas menjelaskan cara penyimpanan obat sesuai dengan petunjuk produsen, seperti perlindungan dari cahaya atau apakah obat perlu disimpan di lemari pendingin. Mereka juga mengedukasi pasien tentang tanda-tanda obat yang rusak, seperti perubahan warna, bau, atau tekstur.

2. Meningkatkan kesadaran masyarakat melalui media dan program kesehatan

Apoteker dapat berperan sebagai agent of change dengan terlibat aktif dalam kegiatan seperti penyuluhan dan seminar yang dilaksanakan di suatu komunitas, sekolah, maupun tempat umum lainnya. Selain itu, apoteker juga dapat memanfaatkan media edukasi, misalnya brosur, poster, atau video agar informasi yang disampaikan mudah dipahami. 

3. Membantu pengelolaan obat di rumah tangga

Apoteker dapat memberikan panduan praktis kepada masyarakat tentang cara mengelola obat di rumah tangga. Misalnya, menyarankan penggunaan kotak obat khusus untuk menyimpan obat-obatan dan menganjurkan pemeriksaan rutin terhadap obat yang sudah kedaluwarsa atau rusak.

Dengan peran ini, apoteker menjadi garda terdepan dalam memastikan bahwa masyarakat memahami pentingnya penyimpanan obat yang tepat, yang pada akhirnya dapat mendukung keberhasilan pengobatan dan keselamatan pasien. 

Penulis : Diva Firnanda Sabila Prastika, Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun