Sejak akhir tahun 2019, dunia sedang dilanda wabah Covid-19. Penularannya sangat cepat dan cukup mengkhawatirkan karena menyerang sistem kekebalan tubuh. Seiring berjalannya waktu, virus ini terus bermutasi dengan kemunculan varian lain. Salahsatunya adalah varian Delta. Varian Delta diduga lebih mematikan karena dapat menular dengan cepat. Saat pertama kali muncul, Covid-19 atau SARS-CoV-2 ini diduga hasil rekayasa biologis sebuah laboratorium di Wuhan, China. Namun, penelitian ilmiah membuktikan bahwa virus SARS-CoV-2 sebenarnya berasal dari kelelawar. Pada awalnya, virus SARS-CoV-2 berada dalam inang kemudian kelelawar berevolusi selama beberapa tahun hingga bermutasi dan dapat menginfeksi manusia.
Melalui tetesan keringat, air liur, dan air mata virus dapat menyebar dengan cepat. Covid-19 bermutasi dengan cepat hingga memunculkan varian baru di berbagai negara. Mutasi virus Covid-19 sudah tercatat 11 varian di dunia. Varian Alpha, Beta, Gamma, Delta, Epsilon, Zeta, Eta, Theta, Iota, Kappa, dan Lambda. Varian Delta pertama kali teridentifikasi di India dan dianggap menular lebih cepat dan lebih berbahaya. Selain menyebabkan lonjakan kasus di India, varian Delta juga telah menjadi  varian virus corona yang mendominasi di berbagai negara, termasuk di Indonesia.
Public Health England menemukan bahwa varian Delta dua kali lebih mungkin menyebabkan rawat inap dibandingkan varian Alpha. Dikutip dari NBC Miami (21/6/2021), gejala dari infeksi varian Delta pada dasarnya mirip dengan gejala yang ditimbulkan oleh infeksi virus asalnya. Hanya sajagejala-gejala yang ditimbulkan cenderung lebih parah. Menurut Sarah (2021) Salah satu gejala varian baru yang muncul adalah napas menjadi berat. Kondisi ini membuat pasien membutuhkan tenaga lebih untuk menarik nafas. "nafas itu menjadi berat, maka itu salah satu parameter yang paling sederhana yang kita bisa (simpulkan) oh ini kayaknya perlu di-rontgen. Tapi terutama, perlu pertolongan dari tenaga kesehatan. Sebisa mungkin teman-teman yang isolasi mandiri jangan isolasi tanpa pengawasan," jelas Dr. Andi Khomeini Takdir, Sp. Pd.
Menurut Dandy (2021) Gejala varian Delta sebagaimana disampaikan oleh profesor kedokteran darurat dan kesehatan internasional di Johns Hopkins University, Dr.
Bhakti Hansoti meliputi, Sakit perut, Mual, Hilangnya selera makan, Muntah, Nyeri sendi, dan Gangguan pendengaran. Untuk melawan virus Covid-19 kita wajib mengikuti protokol kesehatan 5M yang meliputi memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Dianjurkan untuk memakai masker dua lapis dengan lapisan terluar adalah masker kain, dan lapisan dalam adalah masker medis. Dengan ditemukannya vaksin, penularan corona terbukti bisa memperlambat pertumbuhan virus dan menguatkan sistem kekebalan tubuh kita.
Menurut Muhammad Sukardi (2021) vaksin milik Moderna mampu menangkal varian Delta. Selain varian Delta, vaksin berbasis mRNA ini pun ampuh melawan varian lainnya seperti Beta, Eta, dan Kappa. Tapi meskipun efektif melawan varian Delta, peneliti mengatakan bahwa persentasenya masih belum cukup baik dibandingkan dengan perlawanan vaksin Moderna terhadap Covid-19 generasi awal.Â
Sebuah studi nyata yang dilakukan oleh Public Health England atau PHE menunjukkan bahwa vaksin Pfizer-Delta ini. Mereka yang telah menerima dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech, 96% terhindar  dari rawat inap tanpa kematian. Penelitian ini melibatkan 14.019 orang di inggris yang telah tertular virus varian Delta. Dari mereka, 166 dirawat di rumah sakit dari 12 April hingga 4  Juni. Data terbaru dari Public Health England (PHE) menyebut vaksin AstraZeneca  menawarkan perlindungan tingkat tinggi dari varian Delta dengan efisiensi mencapai 92  persen.Â
Dalam laporan tersebut, dua dosis vaksin AstraZeneca mampu mencegah risiko  rawat inap dan bahkan tidak ada kematian di antara mereka yang divaksinasi.  Mene Pangalos, executive vice president BioPharmaceuticals R&D mengatakan, bukti  nyata bahwa vaksin Covid-19 AstraZeneca memberikan perlindungan tingkat tinggi  terhadap varian Delta, yang penularannya sangat cepat.
Menurut Smriti Mallapaty (2021) WHO telah menyetujui vaksin SinoVac untuk  penggunaan darurat. SinoVac ditemukan 51% efektif dalam mencegah Covid-19 dalam  uji coba tahap akhir, dan para peneliti menyatakan itu akan menjadi kunci untuk  mengekang pandemi. Penting untuk menjaga jarak dan menjauhi kerumunan, dan selalu mematuhi pembatasan yang dilakukan oleh negara agar tidak terjangkit virus corona.  Karena, semakin banyak kasus pasien Covid-19 akan terus bermutasi juga virus tersebut.Â
Pertahanan terbaik untuk melawan varian Delta adalah dengan mendapatkan  vaksinasi Covid-19 dua dosis penuh. Vaksin memang tidak sepenuhnya menjaga tubuh aman dari virus. Menjaga kekebalan tubuh kita dengan memakan makanan sehat,  mengonsumsi vitamin, dan berolahraga. Mari kita mengantisipasi diri dengan selalu  menerapkan protokol kesehatan 5M dan melakukan vaksinasi demi kesejahteraan keluarga  dan orang-orang di sekitar kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H