Anak akan cemas dan tidak tau apa yang akan ia lakukan jika orang tuanya sudah lepas tangan menghadapi kesulitannya. Hal ini dapat berdampak ketia ia memiliki rumah tangga sendiri, ia akan lebih tidak kompeten saat mengambil keputusan-keputusan penting dalam berumah tangga dan menjadikan anak gampang marah.Â
Mengapa pola asuh terlalu ikut campur dalam kehidupan anak adalah pola asuh yang kurang baik? Karena dapat menimbulkan dampak dari pola asuh yang kurang baik sebagai berikut.
- Menurunkan kepercayaan diri anak
- Tidak membiarkan anak tumbuh dengan bebas akan membuat anak mudah tertekan
- Kesulitan dalam menghadapi masalah karena kurangnya pembiasaan pada anak belajar mengelolah sosial emosional anak
- Tidak memiliki keterampilan saat menghadapi berbagai permasalahan dan rasa kecewa atau kegagalan dengan baik
 Contoh di atas hanya sebagian kecil pembeljaran sosial emosional namun penting nilainya. kurangnya pembiasaan dalam belajar mengembangkan sosial emosional akan berakibat fatal hal ini dapat dilihat dari kasus diatas.
Menanamkan SEL atau Sosial Emotional Learning dari awal perkembangan anak usia dini dapat membekali sikap menghargai orang, membangun hubungan yang baik, memecahkan berbagai masalah, membuat keputusan yang cekurangnya pembiasaan mengenai belajar sosial emosional akan berakibat fatal hal ini dapat dicontohkan kasus diatas cerdas dan tepat, percaya diri, berpengetahuan luas, dan masih banyak lagi.Â
Dengan itu anak akan lebih mudah menepatkan diri dan menyusaikan secara efektif dalam lingkup sekitar bahkan hingga lingkup dunia. Mereka akan mampu mengungkapkan perasaannya baik saat sedang marah, kecewa, sedih, ataupun saat senang dan bahagia. Dalam diri anak akan muncul kepedulian dengan perasaan orang lain, mampu menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab.
Mengembangkan SEL atau Sosial Emotional Learning tidah sulit orang tua dan guru dapat melakukan kegiatan sederhana seperti mengajaknya bermain dengan teman sebayanya bila disekolah dapat dilakukan dengan kerja kelompok yang terdiri dari 2-4 anak lalu mengajak bermain dan bereksperimen, hal ini juga dapat membuat anak berpikir bagaiamana menyelesaikan masalah. Kemudian mengajari anak berbagi dengan semua makhluk entah itu manusia, tumbuhan dan hewan, hal ini dapat mengendalikan sifat ego pada anak.Â
Orang tua dan guru dapat memberi stimulus dengan kegiatan bercerita dan membaca dongeng, hal ini dapat mengembangkan kemampuan sosial emosional dan mengungkapkan perasaannya ketika cerika atau dongengnya sedih ia akan sedih hingga menangis jika ceritanya bagus ia akan bahagia.Â
Perkenalkan dengan pengalaman baru, mengajaknya keluar rumah dan bermain secara reflek dengan kegiatan itu anak akan belajar hal yang belum ia temui, hal ini dapat meningkatkan kemapuannya dalam beradaptasi dengan lingkungannya.
Inilah mengapa SEL atau Sosial Emotional Learning sangat penting diterapkan saat anak usia dini mencapai usia emasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H