Mohon tunggu...
Diva Anindia
Diva Anindia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Akademi Televisi Indonesia

Menulis adalah cara mengekspresikan diri melalui kata kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Kakek Surip 40 Tahun Mengabdi di Perbatasan Kali Madiun Ngawi

24 Oktober 2021   08:15 Diperbarui: 24 Oktober 2021   08:25 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

NGAWI --Kali Madiun Ngawi menjadi salah satu akses paling cepat bagi warga Madiun yang hendak bepergian ke Kabupaten Ngawi. Sebelum tiba di Ngawi, warga pun harus terlebih dahulu melewati Benteng Van den Bosch Ngawi. Benteng ini merupakan warisan kolonial Belanda yang selesai membangun pada 1845. 

Lokasi benteng itu tepat berada di tengah pertemuan dua sungai besar, kali Madiun dan juga kali Ngawi. Sehingga perbatasan ini dinilai memangkas waktu perjalanan. Masalahnya di area tersebut tidak terdapat jembatan sehingga muncullah jasa penyeberangan menggunakan sampan atau perahu kecil.

Pendayung sampan itu bernama Surip (74), warga Desa Ngawi Purba, Kabupaten Ngawi. Jawa Timur. Menurut dia, area Benteng Van den Bosh merupakan jalur utama idaman bagi warga Madiun sebelum tiba Ngawi . Meski usianya yang sudah tidak muda lagi, kakek ini tetap setia untuk menyebrangkan warga. 

Selalu tersenyum meski keringat selalu membasahi bajunya. Semangatnya untuk bisa membantu warga, sangat terlihat ketika mendayung sampan tanpa lelah meski sedikit upah. "Saya menekuni profesi sebagai pendayung sampan sudah lebih dari 40 tahun. Banyak yang menggunakan transportasi ini kalau mau ke Ngawi," ungkapnya, Sabtu, (10/10).

Bapak 3 anak itu mengungkapkan, profesi yang ia geluti saat ini bukan semata-mata hanya karena rupiah saja. Namun, kata Surip atau biasa dipanggil Mbah suro ini, memiliki keinginan dan tekad yang kuat untuk membantu warga sekitar yang ingin melintas melalui sungai tersebut. 

"Terus terang, saya kasihan sama warga. Apalagi, mayoritas anak-anak di seberang Bengawan Madiun, sekolahnya di Ngawi," katanya. "Kalau lewat jalur darat, jaraknya lumayan jauh. Kalau lewat kali ini, warga bisa langsung sampai di Benteng Van de Bosh," imbuhnya.

Terpisah, Danyonarmed 12/Divif-2/Kostrad, Mayor Arm Ronald, F. Siwabessy mengatakan, dirinya sangat menyambut para warga yang hampir setiap hari menggunakan jalur Benteng Van Den Bosch sebagai akses utama ketika beraktifitas. Akan tetapi, kata Mayor Ronald, terdapat peraturan-peraturan yang harus ditaati bagi masyarakat. Pasalnya, Benteng Van Den Bosch, merupakan bagian dari asrama Armed 12/Kostrad. 

"Bukan berarti warga tidak diperbolehkan. Tapi, selama itu tidak menyalahi aturan dan tata tertib Satuan, tidak masalah," tuturnya. "Kita buka akses itu mulai pagi sampai sore, sesuai jam operasional Benteng. Apalagi, kalau lewat jalan raya, warga harus menempuh jarak yang cukup jauh. Kan kasihan," imbuhnya. Perwira TNI-AD kelahiran kota Ambon itu menambahkan, jika memberikan suatu manfaat ke masyarakat, merupakan salah satu bagian dari tugas TNI. "Kami (TNI) harus bisa memberikan alternatif kepada masyarakat ketika mengalami kesulitan," tandasnya.

   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun