Generasi Milenial yang lahir bersamaan dengan teknologi membuat mereka melek dari penggunaan teknologi sehingga pekerjaan keseharian tidak jauh dari penggunaan teknologi. Perkembangan teknologi ini pula mendukung para millenials lebih menyukai aktivitas yang sifat nya serba cepat dan instan. Adaptasi pada kemampuan daan penggunaan teknologi lebih tinggi terjadi pada generasi milenial dibandingkan dengan generasi sebelumnya, Dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin cepat, menimbulkan banyak nya pengguna media sosial yang tersebar di berbagai platform online.
Media sosial menjadi ajang merepresentasikan diri seseorang dan menjadi ajang eksistensi diri seseorang. Saat ini khusus nya remaja sudah tidak tidak asing dalam penggunaan media massa terutama Instagram, hampir seluruh remaja memiliki akun Instagram. Namun, para remaja tidak hanya memiliki satu akun melainkan bisa lebih. Ada nya fitur Instagram yang memungkinkan penggunanya memiliki dua akun. Hal ini memudahkan para remaja memiliki dua akun berbeda atau kerap dijuluki Second Account.
Melalui instagram para penggunanya dapat mengakses berita ter-update, informasi terbaru hingga hal-hal yang sedang viral. Bagi para penggunanya instagram dapat di sebut sebagai rumah kedua dimana pengguna membagikan kegiatan sehari-hari. Bahkan tak jarang digunakan sebagai ajang pamer.
Tanpa di sadari, seluruh postingan pada instagram yang akan dibagikan harus benar-benar tampak sempurna serta hanya menunjukan bagian senang-senangnya saja. Hal ini menimbulkan standarisasi dalam pengguna instagram, sehingga menjadikan para remaja tidak percaya diri dengan apa yang mereka miliki. Karena adanya standarisasi yang timbul tanpa disadari inilah yang akhirnya membuat para remaja membuat akun kedua atau second account.
Pada akun pertama atau first account hanya digunakan sebagai formalitas yang sudah dikemas dan direncanakan sebaik mungkin agar orang lain melihat mereka sesuai apa yang mereka inginkan. Sehingga tak jarang fungsi utama dari first account hanya sebagai simbol diri yang dikemas baik, dengan kata lain mendekati kesempurnaan dan keindahan untuk dilihat.
Pada akun kedua atau second account pengguna nya tidak hanya membagikan kegiatan sehari-hari atau informasi bersifat umum saja, melainkan penggunanya dapat menjadikan second account sebagai tempat mengungkapkan perasaan sedih, marah, kecewa maupun bahagia.Para pengguna second account merasa tidak adanya standarisasi dalam penggunaan second account sehingga mereka lebih merasakan kepercayaan diri. Maka karnanya Second account bisa menjadi tempat bagi para remaja bebas mengekspresikan apa saja.
Second account biasanya bukan merupakan nama asli dari penggunanya,penamaan second account ini sendiri bisa berasal dari pelesetan atau bahkan sebuah nama yang tidak umum dijumpai. Hal ini bertujuanan agar account tidak mudah untuk ditemukan oleh orang lain. Adapun ciri khas dari Second account ini biasanya tidak memiliki jumlah pengikut yang banyak, akan tetapi cenderung mengikuti orang yang ingin didapatkan informasi nya dalam jumlah banyak dan sedikit pengikut.
Dengan demikian, adanya second account di Instagram generasi milenial dapat mengekspresikan dirinya dengan baik serta efektif. Pada second account mereka lebih leluasa berekspresi karena akun tersebut bersifat privasi, sehingga hanya beberapa orang saja yang dapat melihatnya, terutama hanya kepada orang-orang yang benar-benar dipercayai oleh pemilik second account tersebut. Adanya second account dapat menanamkan rasa kepercayaan diri kepada mereka dalam hal apapun yang ingin dibagikan tanpa harus merasa tidak percaya diri.
DAFTAR PUSTAKA
Edy Prihantoro, Karin Paula Iasha Damintana, Noviawan Rasyid Ohorella. (2020), Self Disclosure Generasi Milenial melalui Second Account Instagram. http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi/article/viewFile/3919/3165
Diakses pada Selasa, 28 September 2021 pukul 14.00 WIB