Mohon tunggu...
Mohammad Adhitya
Mohammad Adhitya Mohon Tunggu... -

Staf pengajar Departemen Teknik Mesin UI

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Belilah “Mobil Kaleng Krupuk“.

9 September 2011   16:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:06 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Mungkin pembaca pernah mendengar istilah „mobil kaleng krupuk“. Ya, biasanya istilah ini digunakan untuk kendaraan yang ketika kita ketuk body-nya  akan terdengar nyaring mirip dengan saat kita mengetuk kaleng kerupuk yang kosong. Istilah ini kemudian sering juga kita dengar saat mendiskusikan hal-hal yang terkait dengan misalnya kestabilan kendaraan atau kecelakaan dan tentu kesemuanya berkonotasi buruk. Hal tersebut kemudian menyebabkan berkembang di masyarakat kita untuk menghindari membeli mobil yang seperti kaleng kerupuk. Namun seperti judul diatas, penulis justru mensarankan Anda pembaca untuk membeli „mobil kaleng kerupuk“ namun tentu dengan berbagai pertimbangan yang akan penulis sampaikan dalam tulisan berikut.

Bunyi nyaring yang kita dengar ketika mengetuk body suatu mobil dapat disebabkan oleh beberapa hal. Namun hal pertama yang terbayangkan oleh kita mungkin adalah tebal atau tipisnya plat body kendaraan tersebut. Semakin nyaring bunyinya maka kita akan menyimpulkan bahwa semakin tipis plat body kendaraan tersebut. Hal ini tidak salah apalagi jika kemudian kita membandingkan dengan mengetuk body kendaraan sedan mewah produksi Jerman dengan body kendaraan penumpang jenis MPV terbaru yang banyak terjual di pasaran saat ini, pasti berbeda nyaring ketukannya. Sebelum lebih jauh saya membahas masalah “kaleng krupuk” ini, saya akan memulai dengan pembahasan yang paling mendasar mengenai filosofi desain kendaraan.

Kendaraan yang dapat bergerak dan membawa Anda dari satu lokasi menuju lokasi lain, secara umum (dari sudut pandang ilmu fisika) terdiri atas dua hal utama yang saling erat berkaitan. Hal yang pertama adalah penghambat gerak kendaraan atau kita sebut sebagai hambatan atau beban dan yang kedua adalah penggerak kendaraan yang kita sebut sebagai penggerak. Kendaraan sejak tahapan desain awalnya selalu memperhatikan dua hal ini agar tujuan akhir dari desain suatu kendaraan tersebut (misalkan kecepatan maksimumnya) dapat dipenuhi, namun tentu saja hal yang paling utama adalah keselamatan pengguna kendaraan tersebut harus tetap terjamin.

Hambatan atau beban ini timbul dari empat hal yaitu

1.       Hambatan pada ban yang berputar termasuk gesekan-gesekan pada sistem bantalan (baca: bearing), gesekan karet ban terhadap berbagai jenis permukaan jalan, beban yang timbul akibat adanya elastisitas ban yang kesemuanya secara umum sangat tergantung pada jenis ban kendaraan Anda. Hal yang paling dominan adalah bentuk pola kembangan ban serta berat kendaraan yang harus didukung oleh ban. Berat kendaraan itu sendiri diakibatkan oleh kerangka, body, mesin, transmisi dan semua kelengkapan yang tersedia di dalam kendaraan seperti radio-tape, speaker, peredam suara, karpet, jok, dan lain sebagainya serta jumlah penumpang dan/atau barang yang diangkut.

2.       Hambatan percepatan yang timbul saat kendaraan akan mulai bergerak atau saat Anda akan menambah laju kendaraan. Hambatan ini terjadi akibat adanya kelembaman atau suatu keadaan dimana kendaraan cenderung untuk mempertahankan kondisi awalnya. Misalkan kendaraan yang sedang berhenti akan cenderung untuk tetap diam ataupun kendaraan yang sedang bergerak cenderung untuk tetap bergerak. Semakin berat kendaraan Anda, maka akan semakin besar pulalah hambatan percepatan ini. Hambatan percepatan ini termasuk pula yang timbul pada komponen-komponen yang berputar pada mesin dan transmisi kendaraan.  

3.       Hambatan yang timbul saat kendaraan bergerak pada jalan yang menanjak. Hambatan ini dipengaruhi oleh sudut kecuraman tanjakan dan berat kendaraan seperti yang telah diungkapkan pada point ke-1.

4.       Hambatan udara yang timbul saat kendaraan bergerak. Hal ini dipengaruhi oleh bentuk aerodinamis kendaraan, luas permukaan kulit kendaraan, luas bidang penampang kendaraan yang tegak lurus terhadap aliran angin yang tergantung pula pada arah angin yang berhembus terhadap kendaraan seperti angin dari arah depan, samping atau belakang sekaligus kondisi udara disekitar kendaraan saat itu apakah lembab atau kering. Saat kendaraan bergerak dan kemudian “menabrak” udara di sekitar kendaraan maka udara yang “ditabrak” ini selanjutnya akan memiliki kecepatan terhadap kendaraan yang kita sebut sebagai kecepatan relatif udara. Jika misalkan kendaraan bergerak dengan kecepatan 40 kpj (kilometer per jam) dan tidak ada angin yang bertiup saat itu, maka kecepatan relatif udara adalah juga 40 kpj. Namun jika misalkan saat itu ada angin yang berhembus dari arah depan kendaraan sebesar 10 kpj, maka kecepatan relatif udara bertambah menjadi sebesar 50 kpj. Demikian pula jika ada angin dari arah belakang sebesar 15 kpj, maka kecepatan relatif udara akan berkurang menjadi 25 kpj. Dalam ilmu aerodinamika, besar hambatan udara ini sebanding dengan kecepatan relatif udara dalam satuan meter/detik dan kemudian dikuadratkan. Artinya secara sederhana bahwa hambatan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kendaraan yang bergerak dalam suatu lingkungan yang berangin. Dalam kondisi jalan mendatar dan tidak ada angin sama sekali, maka mulai pada kecepatan sekitar 40 kpj, besar hambatan udara ini adalah yang paling dominan yang harus dilawan oleh mesin agar kendaraan dapat tetap bergerak.

Adapun penggerak atau tenaga pada kendaraan adalah putaran roda yang dihasilkan oleh kerja mesin. Dari gambaran singkat mengenai hambatan-hambatan gerak kendaraan diatas, kita dapat melihat bahwa ternyata faktor berat kendaraan sangat dominan. Nah kemudian apa hubungannya dengan “mobil kaleng krupuk”?

Mungkin Anda sudah punya jawabannya saat ini. “Mobil kaleng krupuk” secara logika akan menyebabkan kendaraan menjadi lebih ringan karena plat body yang lebih tipis. Hal ini menyebabkan secara umum hambatan gerak atau kerugian gerak kendaraan dapat diminimalkan pula. Pada hal yang lain hal ini akan berdampak pula pada penggunaan BBM yang lebih optimal (baca: hemat BBM). Namun apakah saran saya kepada Anda seperti pada judul tulisan ini untuk membeli “mobil kaleng krupuk” berdasar pada pertimbangan ini saja? Ya benar sekali, namun seperti juga telah saya ungkap di awal tulisan ini, tentu ada hal lain yang patut pula Anda pertimbangkan secara seksama. Hal apa sajakah itu? Mari kita tinjau secara umum.

Amankah “mobil kaleng krupuk”? Seperti telah saya ungkap sebelumnya bahwa filosofi dasar desain semua kendaraan adalah sebagai alat angkut manusia yang mampu mengantarkan manusia tersebut dari satu lokasi ke lokasi yang lain dengan selamat. Jadi keselamatan selalu menjadi hal pokok bagi setiap perancang kendaraan. Setelah faktor keselamatan terpenuhi, baru kemudian tiap pabrikan kendaraan memiliki filofosi desain tambahan yang berbeda beda. Filosofi desain tambahan tersebut bisa saja berarti nyaman, gaya (baca: stylish), hemat biaya operasional, berharga murah dan banyak hal lainnya. Jadi “mobil kaleng krupuk” adalah aman sepanjang kita menggunakannya sesuai dengan anjuran pabrik pembuatnya. Untuk menjamin hal tersebut maka pihak-pihak yang berkewajiban untuk melindungi keselamatan masyarakatnya (baca: pemerintah) juga telah menetapkan suatu standar uji keselamatan untuk memastikan bahwa kendaraan yang dijual kepada masyarakat tersebut memang terbukti aman.

Mengapa ada “mobil kaleng krupuk”? Perlu saya sampaikan juga bahwa desain kendaraan modern saat ini juga harus memenuhi suatu standar yang banyak terkait dengan masalah lingkungan yang utamanya adalah masalah emisi gas buang. Peraturan standar ambang batas emisi gas buang ini dapat dipenuhi oleh pabrik pembuat kendaraan dengan salah satu caranya mengurangi berat kendaraan, maka setiap mobil generasi terbaru akan dibuat semakin ringan dan salah satunya adalah dengan menggunakan plat yang semakin tipis. Terkait dengan masalah lingkungan ini pula maka produsen kendaraan saat ini berlomba lomba untuk membuat kendaraan yang semakin hemat BBM bahkan beberapa pabrikan menerapkan teknologi penggunaan bantuan motor listrik pada kendaraan yang kita kenal dengan istilah Hybrid.

Namun pengurangan ketebalan plat untuk mengurangi berat kendaraan tidak boleh mengabaikan faktor keselamatan pengendara dan penumpang. Dengan demikian umumnya pengurangan ketebalan plat dapat dilakukan pada bagian bagian yang bukan merupakan struktur kerangka kendaraan, sehingga bagian bagian tersebut dapat kita pandang sebagai kulit saja. Kerangka kendaraan sendiri harus tetap kokoh dan harus mampu menahan beban yang timbul saat kendaraan bergerak. Pada beberapa kendaraan yang didesain dengan baik maka struktur kerangka ini juga harus mampu bertahan saat terjadinya benturan untuk melindungi penumpang. Semakin baik suatu kendaraan (baca: memiliki tingkat keamanan tinggi saat terjadi benturan) maka diperhitungkan pula ketahanan terhadap benturan dari arah samping bahkan belakang. Pada kendaraan modern juga terdapat suatu bagian yang didesain dengan sengaja untuk mudah ringsek (crumple zone) guna menyerap energi tumbukan yang timbul saat terjadinya benturan sehingga ruang penumpang dapat dipertahankan untuk tetap utuh. Mungkin kemudian akan timbul pertanyaan, mengapa pada kendaraan mewah, plat yang berupa kulit dan bukan merupakan struktur kerangka tetap tidak nyaring bunyinya saat kita ketuk? Hal ini disebabkan pada bagian dalam plat tersebut terdapat lapisan peredam suara guna menekan tingkat kebisingan agar ruang kabin menjadi hening, tentu saja hal ini tidak terdapat pada kendaraan yang didesain dengan filosofi harga jual terjangkau.

Apakah mobil ringan ala kaleng krupuk juga stabil? Untuk menjawab pertanyaan ini diperlukan pembahasan tersendiri yang mudah-mudahan di lain kesempatan dapat saya sampaikan. Sebab kestabilan suatu kendaraan tergantung pada banyak hal seperti yang telah saya singgung dalam tulisan sebelumnya (Kecelakaan Saipul Jamil, salah siapa?) yaitu terkait pada cara mengemudi, konstruksi dasar kendaraan seperti dimensi kendaraan dan jenis suspensi dan roda serta kondisi jalan dan lingkungan. Namun secara umum kendaraan yang diproduksi oleh pabrikan otomotif ternama dunia, (saat ini menurut saya hampir semua pabrikan otomotif asal Amerika, Eropa, Jepang dan Korea) telah memperhitungkan dengan seksama masalah kestabilan kendaraan yang juga merupakan salah satu faktor menentu dalam keselamatan berkendara. Sebab dalam hal keamanan inilah nama baik mereka dipertaruhkan.

Jadi saya pribadi akan membeli „mobil kaleng krupuk“ dengan catatan-catatan sebagai berikut:

1.       Perlu kita ketahui apakah kendaraan tersebut didesain untuk kuat menahan benturan dari suatu arah? (tolong diingat bahwa benturan disini tidak pula berarti kendaraan aman jika benturan terjadi dalam kecepatan tinggi. Sebagai informasi saja, tes uji tabrak yang dilakukan oleh NCAP Eropa misalnya, kendaraan hanya bergerak secepat 64 kpj ketika ditabrakkan pada objek yang diam) Tentu minimal adalah benturan dari arah depan. Tanyakan hal ini pada pihak produsen kendaraan, namun cara termudah adalah dengan mencari data tersebut di internet. Jika tidak, maka kita harus lebih waspada dalam berkendara.

2.       Biasanya kendaraan semacam ini tidak dilengkapi dengan fitur keamanan aktif. (Fitur keamanan aktif adalah fitur yang berguna untuk mencegah terjadinya kecelakaan misalkan ABS, sedangkan fitur keselamatan pasif adalah fitur yang berguna saat kecelakan terjadi misalkan sabuk pengaman) Jadi saya juga akan lebih waspada dalam berkendara.

Dan dari 2 poin diatas, maka saya akan tetap membeli “mobil kaleng krupuk“, namun saya harus lebih meningkatkan kewaspadaan dalam berkendara. Kewaspadaan pertama adalah dengan membaca secara seksama buku manual petunjuk penggunaan kendaraan yang telah dikeluarkan oleh produsen, hal ini termasuk dalam merawat sistem-sistem kendaraan seperti mesin, rem, ban dan sebagainya. Jika anda awam terhadap hal teknik kendaraan, maka lakukan servis rutin kendaraan di bengkel tepercaya sesuai rekomendasi buku pemeliharaan kendaraan Anda. Kewaspadaan kedua adalah kenali karakter kendaraan anda, seperti kemampuan menyalip, kemampuan mengerem, kemampuan berbelok saat kendaraan kosong, berpenumpang dan pada kondisi jalan yang berbeda-beda. Tiap kendaraan mempunyai karakter yang berbeda-beda, jadi Anda harus menyesuaikan diri dengan karakter kendaraan Anda. Kewaspadaan ketiga adalah jaga jarak aman saat berkendara terutama di jalan Tol. Patuhi rambu-rambu lalu lintas seperti misalnya batas kecepatan maksimum terutama di jalan yang berbelok. Dan kewaspadaan terakhir adalah gunakan selalu sabuk pengaman dengan benar. Hal terakhir ini biasanya sudah dijelaskan secara rinci pada buku manual kendaraan. Dan seperti biasa, jangan lupa berdoa sebelum berkendara, agar perjalanan Anda dipermudah dan berkah. Semoga tulisan ini bermanfaat. So…… “mobil kaleng kerupuk“? Why not

Salam

Mohammad Adhitya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun