Mohon tunggu...
Mohammad Adhitya
Mohammad Adhitya Mohon Tunggu... -

Staf pengajar Departemen Teknik Mesin UI

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Peluncuran Kendaraan Listrik UI

25 Juli 2016   07:57 Diperbarui: 25 Juli 2016   08:56 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Universitas Indonesia (UI) meluncurkan 4 unit kendaraan listrik pada tanggal 18 Juli 2016 saat berakhirnya kontrak riset kendaraan listrik antara UI dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Departemen Keuangan RI yang bertepatan pula dengan perayaan HUT Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) ke-52 yang dipusatkan di Gedung Engineering Center FTUI Depok yang bertema: ISO (tersertifikasi ISO), Aman, Sehat dan Ramah Lingkungan.

Keempat unit kendaraan listrik UI tersebut merupakan amanah penelitian yang diberikan oleh Pemerintah RI dengan dana LPDP melalui program pengembangan riset industri strategis Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah dimulai sejak tahun 2012. Riset kendaraan listrik di UI dilaksanakan oleh tim Mobil Listrik Nasional UI (MOLINA-UI) yang terdiri dari dosen dan mahasiswa UI dengan berbagai latar belakang ilmu baik dari teknik mesin, elektro, material dan metalurgi, arsitektur, ekonomi, hukum, dan ilmu budaya. UI sendiri telah memulai riset kendaraan listrik sejak tahun 1997 yang ditandai dengan diluncurkannya Kendaraan Angkut Listrik (KAL) dan Bajaj konversi listrik (Bajaj Langit Biru atau disingkat BALABI) pada tahun 1998 yang keduanya murni menggunakan motor listrik sebagai penggerak kendaraan.

Dalam upayanya untuk mempercepat penguasaan teknologi kendaraan listrik, Pemerintah RI mengamanahkan kepada lima perguruan tinggi di tanah air yaitu UI, UGM, UNS, ITB dan ITS untuk melakukan riset kendaraan listrik. Dibandingkan dengan keempat perguruan tinggi lain yang fokus pada pengembangan teknis kendaraan kecil perkotaan (city car), UI meneliti pula teknologi bis listrik serta kajian dibidang sosial terkait keberterimaan masyarakat dan industri di tanah air terhadap kendaraan listrik di Indonesia. Kajian sosial ini dilakukan oleh peneliti dari Fakultas Eknonomi dan Bisnis (FEB-UI), Fakultas Hukum (FH-UI) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP-UI). Bis listrik sedianya akan digunakan sebagai pengganti shuttle bus (bus kuning UI/bikun UI) di lingkungan UI. Hal ini sejalan dengan peran UI yang mempelopori penilaian kampus hijau secara internasional (UI Green Metric World University Ranking). Riset bis listrik ini turut memperhatikan pula kemungkinan perluasan pemanfaatnya sebagai armada alat transportasi masal yang aman, nyaman, murah serta ramah lingkungan bagi masyarakat Indonesia secara umum seperti untuk armada Trans-Jakarta misalnya.

Teknologi kendaraan lisrik sendiri bukanlah barang baru dalam teknologi kendaraan. Kendaraan listrik pertama kali dibuat pada tahun 1827 oleh Ányos Jedlik. Saat ini kendaraan listrik yang tidak menghasilkan gas buang terus dikembangkan sebagai salah satu solusi atas meningkatnya kadar polutan dari gas buang kendaraan akibat terus bertambahnya jumlah kendaraan. Polutan dari gas buang kendaraan ini salah satunya adalah CO2 yang diyakini sebagai penyebab timbulnya pemanasan global (Global Warming) yang mengakibatkan perubahan iklim di bumi. Sebagai transisi teknologi kendaraan konvensional menuju kendaraan listrik, saat ini motor listrik digunakan bersama-sama dengan mesin bensin/solar yang dikenal sebagai kendaraan hybrid yang diharapkan dapat menurunkan emisi gas buang kendaraan tersebut.

Kelebihan kendaraan listrik adalah relatif sederhananya sistem mekanik motor listrik dibandingkan dengan mesin bensin atau solar. Hal ini mengakibatkan lebih mudah untuk membuat sekaligus menguasai teknologi motor listrik dibandingkan dengan membuat mesin bensin atau diesel.  Kelebihan lain dari kendaraan listrik adalah terbukanya peluang untuk mengkonversi energi-energi pada kendaraan yang selama ini tidak termanfaatkan menjadi energi listrik untuk kemudian dapat digunakan kembali sebagai sumber energi penggerak motor listrik kendaraan. 

Energi pada kendaraan konvensional yang selama ini terbuang misalnya adalah energi panas yang timbul pada sistem rem dan energi kinetik yang timbul saat pengereman ataupun karena pergerakan kendaraan. Selain kelebihan yang telah diutarakan sebelumnya, energi listrik juga lebih mudah untuk dipindahkan atau ditransmisikan jika dibandingkan dengan bahan bakar bensin/solar. Listrik dapat dengan mudah ditransmiskan melalui jaringan kabel hingga ke jaringan rumah sedangkan bahan bakar bensin/solar harus diangkut dengan menggunakan alat transportasi laut/darat dari kilang ke SPBU-SPBU yang tersebar di beberapa tempat.

Tantangan penggunaan kendaraan listrik agar dapat mewujudkan lingkungan yang bersih, sejatinya berada pada metode pembangkitan listrik di tanah air. Sebaiknya pembangkitan listrik dilakukan dengan menggunakan energi-energi yang bersih dan ramah lingkungan pula, seperti air, ombak, angin, matahari dan panas bumi yang jumlahnya cukup berlimpah di tanah air.

Rincian dari keempat kendaraan dan hasil riset terkait yang diluncurkan pada tanggal 18 Juli 2016 adalah sebagai berikut:

  • Bus Konversi Electric Vehicle (EV) yang berkapasitas 60 penumpang dengan daya motor maksimum 220 kW dan 300 Ah.
  • City/urban car konversi listrik Makara Electric Vehicle (MEV) 01 yang merupakan konversi kendaraan listrik dari generasi pertama dengan penerapan motor listrik hasil rancangan Tim Molina UI. Motor yang digunakan adalah Brushless Direct Current (BLDC) motor dengan kapasitas 25 kW.
  • City/urban car konversi MEV 02 juga merupakan konversi dari kendaraan komersial dengan menggunakan motor AC Induksi dengan daya 7,5 kW dan kapasitas baterai 102 Ah.
  • City/urban car konversi MEV 03 yang merupakan konversi dari kendaraan komersial dengan sistem hibrid seri menggunakan motor AC induksi dengan daya 32 kW dan kapasitas baterai 102 Ah. Dengan menggunakan sistem serial hibrid, maka diharapkan jangkauan jarak tempuh kendaraan dapat lebih jauh.
  • Sistem termal untuk pendinginan kabin dan baterai.
  • Sistem jet sintetik untuk mengurangi hambatan aerodinamik kendaraan.
  • Power inverter dan motor listrik dengan daya 25 kW.
  • Perangkat embedded computer dan sistem antar muka (interface) pengguna. Sistem ini akan digabungkan dengan sistem kestabilan kendaraan dan alat pengujian kendaraan.
  • Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik dengan menggunakan energi dari PLN dan sel surya.
  • Kajian aspek ekonomi, hukum dan sosial budaya terhadap teknologi kendaraan listrik untuk mengetahui keberterimaan masyarakat terhadap kendaraan listrik dan juga bagaimana untuk dapat merancang rekayasa sosialnya.

Demikian informasi ini kami sampaikan semoga dapat membawa kebaikan bagi tanah air tercinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun