Mohon tunggu...
Biru Langit
Biru Langit Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Berusaha kembali pada Ilahi dalam kondisi Khusnul Khotimah

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Beasiswa Ku Dulu, Baru Suami #suksesbeasiswa

14 September 2012   06:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:29 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara soal beasiswa memang bikin gemes. Gemes karena persyaratannya yang kadang njlimet dan gemes karena ingin sekali mendapatkannya agar bisa sekolah didalam dan luar negeri secara gratis. Aku punya pengalaman lama tentang beasiswa ini. Dulu semasa aku masih kuliah, dikampus ku rutin tersedia pengumuman beasiswa termasuk beasiswa internal kampus yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Tinggi. kala itu ada dua program beasiswa yakni beasiswa peningkatan prestasi akademik dan beasiswa bagi mahasiswa kurang mampu.

Sekitar tahun 2002 aku melamar beasiswa peningkatan prestasi akademik karena alhamdulillah IP ku setiap semester selalu diatas persyaratan dan para dosen pun mendukung. Akhirnya kulengkapi semua bekas persyaratan yang saat itu harus melampirkan script nilai Indeks Prestasi, IPK min 2.75, surat permohonan beasiswa, surat pernyataan bahwa siap dicabut jika tidak memenuhi target pembelajaran dan surat keterangan kartu keluarga. Setiap semester beasiswa ini selalu ada dan pelamarnya pun banyak. Tapi lagi-lagi aku bersyukur setiap kali mengajukan beasiswa selalu dapat. Alhasil empat semester aku gratis kuliah. Ketika aku mengajukan disemester akhir, pihak kampus menolaknya karena aku sudah skripsi dan giliran dengan yang lain hihihi jadi malu saat itu.

Tapi meski tak bisa mengajukan lagi aku tetap bersyukur bisa merasakan beasiswa dan sekolah gratis.

Lain lagi dengan suami ku, setidaknya dia sudah berkali-kali melamar beasiswa masternya kebeberapa lembaga. Diantaranya ADS, namun berkali-kali pula dia gagal merebut peluang beasiswa.

Tak pernah patah semangat akhirnya perburuannya selesai dengan diterimanya permohonan beasiswanya oleh World Bank. Menurut suami ku, Persyaratan pengajuan beasiswa melalui world bank lebih fleksibel dibanding lembaga pemberi beasiswa lainnya. Di world bank IPK tidak menjadi persyaratan utama, melainkan pengalaman kerja dan surat-surat rekomendasi dari dosen S1 yang menjadi prioritasnya.

Saat melamar beasiswa ke World bank wah sibuk sekali dia berkirim email ke para dosennya dulu di IPB. Alhamdulillah bisa terpenuhi semua persyaratannya diantaranya membuat papper singkat tentang salah satu isu yang diajukan world bank, surat-surat rekomendasi setidkanya dari 5 orang dosen dan atasan, ijasah serta IPK yang sudah dilegalisir dan ditranslete, TOEFL min 650. Semua berkas dikirim lewat pos sekitar sebulan setelah berkah dikirim barulah diumumkan yang terpilih.

Saat membaca emailnya waah sumringah sekali dia "selamat anda terpilih menjad penerima beasiswa world bank diantara 1500 pelamar" kira-kira begitu bunyi emailnya. Saya pun jadi ikut senang karena alhamdulillah impiannya selama ini akhirnya terwujud. World bank dirasa begitu terbuka untuk para pegiat NGO seperti suami ku ini.

Akhir November 2011 lalu ia berangkat ke Cairns, Australia untuk mengikuti kursus bahasa inggris selama sebulan. Barulah Januari 2012 kuliah semester pertama dimulai. Beasiswa yang didapat pertiga bulan $5400 AUD itu beasiswa yang digunakan selama study di James Cook University. Sama seperti lembaga pemberi beasiswa lainnya, World bank pun menerapkan sistem stop beasiswa ketika seorang penerima beasiswa molor lulus dari waktu yang ditentukan.

Di James Cook University kampus cairns banyak pula pelajar-pelajar Indonesia yang statusnya Pegawai Negeri Sipil dari beberapa daerah di Indonesia. Rata-rata mereka mengambil master dan doktor.

Berburu beasiswa memang berat karena banyak saingan, tapi jika itu dilakukan terus menerus dengan tetap semangat dan berdoa tentunya insyaallah bisa mendapat beasiswa yang diidamkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun