Sejak beberapa tahun terakhir, K-Pop dan K-Drama telah menjadi fenomena global yang menyedot perhatian banyak orang, termasuk di Indonesia. Dari irama lagu-lagu Korea yang adiktif hingga alur cerita drama yang memikat, dunia hiburan Korea Selatan telah merasuk ke dalam kehidupan sehari-hari banyak penggemar. Namun, di balik hiburan itu, tak sedikit yang menemukan cara baru dan menyenangkan untuk belajar bahasa Korea. Saya ingin berbagi kisah tentang bagaimana anak saya berhasil menguasai bahasa Korea berkat kecintaannya pada K-Pop dan K-Drama, serta bagaimana hal ini juga membuka pandangan baru bagi saya terhadap budaya Korea.
Awal Mula Cinta pada K-Pop dan Bahasa Korea
Perjalanan anak saya dengan K-Pop dimulai saat dia duduk di bangku kelas 4 SD. Lagu-lagu Korea yang sering dia dengarkan saat itu bukan sekadar hiburan, tetapi pintu awal menuju rasa penasaran. Dia mulai mencari terjemahan lirik lagu, belajar maknanya, dan menirukan pelafalannya. Dari sana, muncul dorongan untuk mempelajari bahasa Korea lebih jauh. Tidak cukup hanya memahami lirik, dia mencoba belajar membaca dan menulis Hangul, alfabet Korea.
Yang membuat saya kagum adalah semangat belajarnya yang besar meskipun semua dilakukan secara autodidak. Dia memanfaatkan aplikasi gratis untuk belajar bahasa Korea dan mempraktikkannya setiap hari.
Ketika dia duduk di SMP, minatnya terhadap bahasa Korea semakin mendalam. Bersama sahabat-sahabatnya, mereka menciptakan nama Korea masing-masing dan sering menggunakannya saat mengobrol, baik melalui pesan singkat maupun pertemuan langsung. Mereka bahkan mulai berlatih berbicara dalam bahasa Korea meskipun sederhana. Saya sering tersenyum sendiri saat mendengar obrolan seru mereka diselingi tawa, terutama saat salah satu dari mereka melakukan kesalahan dalam pengucapan.
Dari Autodidak Hingga Grade 3
Ketika anak saya memasuki dunia perkuliahan, dia mendapat kesempatan belajar bahasa Korea secara formal melalui program kursus gratis yang ditawarkan di kampusnya. Program tersebut mengharuskan peserta mengikuti wawancara untuk menentukan tingkat kemampuan. Hasilnya? Anak saya satu-satunya peserta yang langsung masuk ke level Grade 3! Hal ini menunjukkan betapa efektifnya cara belajarnya selama bertahun-tahun.
Sayangnya, kursus gratis ini tidak berlangsung lama karena akhirnya menjadi berbayar. Biaya yang cukup tinggi membuat kami tidak bisa melanjutkannya. Sebagai orang tua, saya merasa sedih karena tidak dapat memberikan dukungan finansial untuk pengembangan lebih lanjut. Meski begitu, anak saya tidak menyerah. Dia terus belajar dari K-Pop, K-Drama, dan aplikasi, menunjukkan bahwa semangat untuk belajar bisa mengatasi keterbatasan.
K-Drama: Magnet untuk Belajar dan Hiburan Berkualitas
Jujur saja, awalnya saya tidak tertarik pada K-Drama. Saya menganggap drama yang panjang dan bertele-tele bukanlah hiburan yang cocok untuk saya. Namun, rasa penasaran muncul setelah sering mendengar anak saya memuji kualitas cerita dan produksi K-Drama. Akhirnya, saya mencoba menonton salah satu drama yang dia rekomendasikan.
Ternyata, saya terpesona! K-Drama menawarkan detail yang luar biasa dalam setiap aspek produksi. Para aktor, bahkan pemeran pendukung, tampil dengan kualitas akting yang sangat baik. Bahkan aktor anak-anak pun sering kali mencuri perhatian dengan kemampuan mereka.