Pulau Sabu merupakan sebuah pulau kecil yang berada di Provinsi NTT yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Kupang yang berada di Pulau Timor. Sabu sendiri sekarang sudah menjadi Kabupaten Sabu Raijua. Sabu Raijua meskipun memiliki pulau yang kecil disana banyak terdapat tempat wisata dan hasil bumi entah itu dari Pertanian maupun dari laut.
Kali ini kita akan membahas mengenai salah satu dari hasil bumi yang berasal dari Pulau Sabu yaitu Gula Sabu. Gula Sabu sendiri berasal dari Nira pohon Lontar, Pohon lontar adalah tumbuhan perkebunan yang sangat bagus dalam hal mengatasi kekurangan pangan dan mudah beradaptasi baik pada berbagai agroklimat. Tumbuhan lontar sebagian besar diusahakan oleh petani, karena pengelolaan tanaman belum menerapkan teknik budidaya yang baik menyebabkan produktivitas pertanian rendah. Tumbuhan lontar merupakan salah satu tumbuhan penyeimbang ekosistem dan ekologi, fungsi istimewa tumbuhan lontar secara ekologi adalah sebagai pengawet sumber daya alam terutama tanah. Akar serabut yang dimiliki sangat kokoh, dalam dan tersebar sehingga memiliki fungsi penting sebagai penahan erosi tanah. Selain itu, akar lontar memiliki kemampuan mengikat air, sehingga tumbuhan lontar bisa tumbuh didaerah yang relatif kering dan tidak perlu perawatan intensif. Ini juga membantu kelestarian lingkungan hidup terutama penghijauan di daerah panas.
Pohon Lontar yang siap untuk di ambil air Nira harus yang sudah berusia 10 sampai 15 tahun. Waktu untuk pengambilan air Nira juga antar bulan Mei sampai Oktober pada umumnya. Cara Pembuatan Gula Sabu pertama kita harus melihat pohon Lontar yang sudah ada Mayang (Bunga Pohon Lontar yang hampir Mekar). Pohon Lontar yang Mayangnya sudah ada akan dijepit hingga agak lembut setelah itu akan diiris 3 sampai 4 kali, nanti setelah diiris akan ada air yang menetes keluar air Nira yang keluar akan ditampung menggunakan HAIK (Penyebutan orang sabu yang terbuat dari Daun Lontar). Air Nira yang sudah ditampung akan diambil setiap pagi dan sore, dan Mayangnya akan diiris juga setiap pagi dan sore. Air Nira yang sudah ditampung akan dimasak menggunakan Periuk yang terbuat dari Tanah liat dan harus dimasak di Tungku yang menggunakan kayu, saat dimasak air Nira akan mengeluarkan busa, busa tersebut harus diangkat atau dibuang. waktu yang dibutuhkan untuk memasak air Nira sekitar 1 sampai 2 jam sampai air Nira berubah menjadi Gula Sabu.
Gula sabu yang sudah siap untuk dikonsumsi biasanya berwarna merah kehitaman. Gula Sabu ini biasanya akan jual di melalui internet atau bakal dikirim ke pulau -- pulau yang ada di NTT, biasanya juga akan dijual di Pelabuhan penyebrangan atau dijual ke tempat wisata yang ada saat diadakan festival-festival. Hasil dari penjualan tersebut dapat membantu perekonomian masyarakat Sabu.
Masyarakat pulau Sabu sangat percaya bahwa Gula Sabu dapat mengobati atau meminimalisir penyakit maag, masyarakat pulau Sabu sendiri sudah turun temurun mengkonsumsi Gula Sabu sebagai bahan campuran pada kue, atau dilarutkan dengan air untuk diminum.
Gimana sob tertarik untuk mencoba Gula Sabu ??? jangan lupa coba yah kalau mampir ke Pulau Sabu !!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H