Prof.DR.Dien Syamsudin, M.A. (berpeci) bersama Rektor UMP, Drs. Bulkani, M.Pd.
Alhamdulillah, penulis berkesempatan berdialog dan dapat bertatap muka langsung dengan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Bp. Prof.DR.Dien Syamsudin, M.A. Dalam acara: kuliah umum tentang dialog kebangsaan memelihara kebersamaan, memupuk persatuan, di kompleks perguruan Universitas Muhammadiyah Palangka Raya (UMP), Senin, tanggal 18 Juni 2012, jam 09.00-12.00. Acara ini dibuka dengan tarian Giring-giring dan ditutup dengan tarian Gelang Nabighah. Penulis merasa beruntung karena mendapatkan undangan dan diajak oleh direktur RSI PKU Muhammadiyah Palangka Raya dr.Wildan beserta pejabat struktural RS, Drs. HM Anshari Sapri.
Acara ini dihadiri oleh Gubernur Kalimantan Tengah (Agustin Teras Narang, SH), Wakil Gubernur Kalimantan Tengah (Ir. H. Achmad Diran), Walikota Palangkaraya (HM Riban Satia), Rektor UMP (Drs. Bulkani, M.Pd), pejabat Muspida, pejabat lainnya, aktivis Pemuda Muhammadiyah, tamu undangan lainnya, dan mahasiswa.
Berikut ini butir-butir pemikiran yang disampaikan oleh Prof.DR.Dien Syamsudin, M.A.:
·Ajakan untuk terus meningkatkan persatuan, kebersamaan pada tingkat yang dinamis.
·Bercerita pengalaman berkunjung ke Cosovo pada tanggal 13-17 Mei 2012, menghadiri konferensi antarumat beragama se-Balkan. Cosovo adalah negara di Eropa Timur, baru merdeka empat tahun yang lalu, bebas dari penjajahan Serbia. Sekitar 96% penduduknya beragama Islam. Namun sayangnya terjadi konflik alias pembersihan yang berdimensi etnis (ethnic cleansing) dan konflik yang berdimensi keagamaan (religious cleansing). Mulanya konflik internal, karena pelik dan rumit, sehingga merambah hingga tingkat Internasional.
·Di Nigeria juga terjadi konflik agama antara Islam dan Kristen. Konflik di Provinsi Kadunna ini pada hakikatnya bukan konflik keagamaan, melainkan pada awalnya karena faktor-faktor non-agama, seperti: kesenjangan sosial, ekonomi, politik, sentimen kesukuan, dsb. Agama hanya sebagai justifikasi. Berdialog tokoh-tokoh Islam dan Kristen sekitar 100 orang, terungkap ada rasa penyesalan, mereka akhirnya bertekad untuk perdamaian.
·Banyak juga konflik yang terjadi antara Korea Utara dan Korea Selatan, antara China dan Taiwan, di Thailand Selatan, Filipina Selatan (Moro).
·Konflik hanya akan membawa kesengsaraan. Akhirnya memang muncul rasa penyesalan.
·Negara Indonesia 88,2% beragama Islam atau sekitar 207 juta muslim.
·Menyatakan dukungan penuh untuk kota Palangka Raya sebagai (calon) ibu kota Republik Indonesia.
·Di Barcelona: Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika diapresiasi baik oleh masyarakat Internasional.
·Indonesia sering disebut-sebut sebagai negara percontohan yang majemuk, heterogen, yang berhasil membina kerukunan antarumat beragama.
·Barack Obama pernah menyebut bahwa Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika telah menjadi ikon atau bagian dari kekayaan Internasional.
·Penyiaran agama atau aktivitas dakwah kalau diserahkan ke pasar bebas maka tentu akan melahirkan konflik. Terlebih lagi kalau bebas tanpa etika…..
·Menurut teori konspirasi, ada pihak ketiga yang tidak ingin negara Indonesia bersatu dan maju.
·Indonesia merupakan negara daarus syahaadah atau wilayah kesaksian, dalam arti luas. Indonesia juga merupakan negara daarul ‘ahdi atau negara kesepakatan (a body of consensus), juga dalam arti luas. Sehingga memang kita harus bertanding dan bersaing dalam kebaikan…. Ini sesuai dengan etos Muhammadiyah: Fastabiqul Khoiroot.
·Idealnya Indonesia adalah Baituna Jannatuna yang berarti: rumah kita surga kita.
·Segala permasalahan pasti bisa teratasi dengan dialog dan musyawarah.
·Jangan menjadi liberal atau radikal karena keduanya ekstrem. Warga Muhammadiyah hendaknya menganut prinsip “Wasatha” yang berarti berada di posisi pertengahan. Hal ini bukan berarti moderate (dalam bahasa Inggris).
Penulis berkesempatan berdialog dengan beliau dengan menawarkan konsep research community yang berbasis religious community, diiringi pengembangan di bidang kesehatan, budaya, komunikasi, ekonomi, dan media.
Sungguh, hari ini begitu menyenangkan dan membahagiakan. Jarang sekali ada kesempatan berdialog dengan beliau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H