Mohon tunggu...
Dr.Dito Anurogo
Dr.Dito Anurogo Mohon Tunggu... profesional -

Dr. Dito Anurogo, dokter online, penemu Hematopsikiatri, penulis buku dan ebook, pecinta budaya-sastra-seni-filsafat, yang pernah aktif di FLP (Forum Lingkar Pena) Semarang dan Member of IFMSA (International Federation of Medical Students' Associations). Prestasinya: pernah menjadi satu-satunya delegasi Indonesia untuk INTERNATIONAL TRAINING EXCHANGE PROGRAMME di Hungaria, satu-satunya Delegasi Indonesia untuk riset di Italia. Tulisannya menghiasi rubrik Kesehatan Suara Merdeka. Pernah juga menjadi Nominator Lomba Penulisan Esai Ilmiah Populer Harun Yahya International Award 2003. Delegasi SMU Negeri 1 Semarang dalam Olimpiade Matematika tingkat Internasional. Adapun sebagian karyanya: Pelangi Jiwa, Hematopsikiatri: Hubungan Golongan Darah dengan Depresi, Burung Jiwa, dsb. Dapat dihubungi via email: ditoanurogo(at)gmail(dot)com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nusantara Sehat: Penguatan Nilai Kolaborasi Interprofesi Kesehatan

29 April 2015   14:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:33 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://ci6.googleusercontent.com/proxy/RnNZfQn2o2xpggJQqefCOervMbPIci5mujDPJnvl43kv6Rtxjyh5gHN_JKVzeU-aaGz3pePFgxfoAAtZJZNx8mveVTc-11j98EfuAJVcumUenA=s0-d-e1-ft#https://ssl.gstatic.com/ui/v1/icons/mail/images/cleardot.gif

Jakarta – Pembekalan tim Nusantara Sehat terus berlangsung. Kegiatan yang digagas oleh Kemenkes dan didukung oleh Permenkes RI No. 23 Tahun 2015 ini bertujuan untuk mengirimkan tim tenaga kesehatan (team based deployment) ke puskesmas terutama dengan kriteria sangat terpencil di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan (DTPK) dan/atau daerah bermasalah kesehatan (DBK).

IYHPS (Indonesian Young Health Professionals’ Society), organisasi yang memiliki misi membumikan nilai-nilai kolaborasi interprofesi kesehatan, turut berkontribusi menjadi penyusun modul dan fasilitator pelatihan, dengan mengimplementasikan metode pembelajaran yang menarik melalui video, diskusi kelompok, ataupun simulasi. Salah satu sesinya berupa Workshop Health Care Team Challenge dengan kasus simulasi penanganan bencana dilaksanakan di Jakarta, 26 – 27 April 2015.

Kegiatan ini diikuti oleh total 72 peserta beragam profesi dari seluruh Indonesia seperti: dokter, farmasi, perawat, bidan, kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, gizi dan analis kesehatan.

“Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan pelatihan untuk kolaborasi interprofesi. Tujuannya untuk menginternalisasikan lima kompetensi kolaborasi interprofesi di bidang kesehatan yang meliputi etika dan nilai, berbagi peran dan tanggung jawab, komunikasi interprofesi, kerjasama, dan pelayanan kesehatan yang berpusat pada individu, keluarga dan komunitas,” kata dr. Mushtofa Kamal, Ketua IYHPS.

Semua peserta mengikuti kegiatan dengan antusias. Terlebih lagi saat simulasi praktik kolaborasi dalam penanganan bencana. Ada yang bertindak sebagai korban luka ringan, luka berat, meninggal dunia. Uniknya lagi, ada yang berperan sebagai orang gila. Suasana dibuat sedemikian rupa sehingga benar-benar seperti terjadi bencana alam. Sebagian besar peserta mengakui menjadi lebih paham bagaimana pentingnya praktik kolaborasi interprofesi dalam kondisi gawat darurat dan penanganan bencana.

1430293817774391350
1430293817774391350

“Luar biasa! Meskipun saya sudah mengikuti pelatihan ATLS dan ACLS (kegawatdaruratan trauma dan jantung - red), saya benar-benar terkesima! Ini adalah kolaborasi interprofesi yang sesungguhnya!” tutur dr. Prabjot Singh, peserta dari Medan.

Selain metode simulasi, peserta juga dibekali praktik langsung bagaimana cara menentukan skala prioritas program yang akan ditangani di daerah penempatan masing-masing, setelah sebelumnya melakukan observasi untuk mendapatkan data-fakta kesehatan.

Indikator untuk menentukan skala prioritas program yaitu: magnitude (besarnya masalah), scope (luasnya masalah), trend (kecenderungan tiga tahun terakhir), urgency (tingkat kemendesakan), feasibility (ketersediaan sumber daya, waktu, teknologi, metode, sarana, prasarana), support (dukungan stakeholders). Pelatihan ini berguna bagi para peserta untuk menentukan prioritas masalah kesehatan di Puskesmas tempat mereka bekerja nantinya serta langkah-langkah penyelesaiannya.

“Pelatihan ini sangat bagus! Karena mereka (para tenaga kesehatan - red) diberi keterampilan teknis-manajerial dan program-program yang akan dilaksanakan di Puskesmas,” papar Abdul Mukti, SKM., Msi., salah seorang narasumber. (Dito Anurogo)

KREDIT FOTO: Koleksi Pribadi

DISCLAIMER: Artikel ini telah disupervisi dan didukung sepenuhnya oleh Aprilia Ekawati Utami, ST., MT. (Ketua Dewan Pengawas IYHPS) dan dr. Mushtofa Kamal (Ketua IYHPS) untuk dipublikasikan. Tidak ada konflik kepentingan dalam penulisan artikel ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun