Jakarta – Pembekalan tim Nusantara Sehat terus berlangsung. Kegiatan yang digagas oleh Kemenkes dan didukung oleh Permenkes RI No. 23 Tahun 2015 ini bertujuan untuk mengirimkan tim tenaga kesehatan (team based deployment) ke puskesmas terutama dengan kriteria sangat terpencil di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan (DTPK) dan/atau daerah bermasalah kesehatan (DBK).
IYHPS (Indonesian Young Health Professionals’ Society), organisasi yang memiliki misi membumikan nilai-nilai kolaborasi interprofesi kesehatan, turut berkontribusi menjadi penyusun modul dan fasilitator pelatihan, dengan mengimplementasikan metode pembelajaran yang menarik melalui video, diskusi kelompok, ataupun simulasi. Salah satu sesinya berupa Workshop Health Care Team Challenge dengan kasus simulasi penanganan bencana dilaksanakan di Jakarta, 26 – 27 April 2015.
Kegiatan ini diikuti oleh total 72 peserta beragam profesi dari seluruh Indonesia seperti: dokter, farmasi, perawat, bidan, kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, gizi dan analis kesehatan.
“Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan pelatihan untuk kolaborasi interprofesi. Tujuannya untuk menginternalisasikan lima kompetensi kolaborasi interprofesi di bidang kesehatan yang meliputi etika dan nilai, berbagi peran dan tanggung jawab, komunikasi interprofesi, kerjasama, dan pelayanan kesehatan yang berpusat pada individu, keluarga dan komunitas,” kata dr. Mushtofa Kamal, Ketua IYHPS.
Semua peserta mengikuti kegiatan dengan antusias. Terlebih lagi saat simulasi praktik kolaborasi dalam penanganan bencana. Ada yang bertindak sebagai korban luka ringan, luka berat, meninggal dunia. Uniknya lagi, ada yang berperan sebagai orang gila. Suasana dibuat sedemikian rupa sehingga benar-benar seperti terjadi bencana alam. Sebagian besar peserta mengakui menjadi lebih paham bagaimana pentingnya praktik kolaborasi interprofesi dalam kondisi gawat darurat dan penanganan bencana.
“Luar biasa! Meskipun saya sudah mengikuti pelatihan ATLS dan ACLS (kegawatdaruratan trauma dan jantung - red), saya benar-benar terkesima! Ini adalah kolaborasi interprofesi yang sesungguhnya!” tutur dr. Prabjot Singh, peserta dari Medan.
Selain metode simulasi, peserta juga dibekali praktik langsung bagaimana cara menentukan skala prioritas program yang akan ditangani di daerah penempatan masing-masing, setelah sebelumnya melakukan observasi untuk mendapatkan data-fakta kesehatan.
Indikator untuk menentukan skala prioritas program yaitu: magnitude (besarnya masalah), scope (luasnya masalah), trend (kecenderungan tiga tahun terakhir), urgency (tingkat kemendesakan), feasibility (ketersediaan sumber daya, waktu, teknologi, metode, sarana, prasarana), support (dukungan stakeholders). Pelatihan ini berguna bagi para peserta untuk menentukan prioritas masalah kesehatan di Puskesmas tempat mereka bekerja nantinya serta langkah-langkah penyelesaiannya.
“Pelatihan ini sangat bagus! Karena mereka (para tenaga kesehatan - red) diberi keterampilan teknis-manajerial dan program-program yang akan dilaksanakan di Puskesmas,” papar Abdul Mukti, SKM., Msi., salah seorang narasumber. (Dito Anurogo)
KREDIT FOTO: Koleksi Pribadi
DISCLAIMER: Artikel ini telah disupervisi dan didukung sepenuhnya oleh Aprilia Ekawati Utami, ST., MT. (Ketua Dewan Pengawas IYHPS) dan dr. Mushtofa Kamal (Ketua IYHPS) untuk dipublikasikan. Tidak ada konflik kepentingan dalam penulisan artikel ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H