Mohon tunggu...
Dr.Dito Anurogo
Dr.Dito Anurogo Mohon Tunggu... profesional -

Dr. Dito Anurogo, dokter online, penemu Hematopsikiatri, penulis buku dan ebook, pecinta budaya-sastra-seni-filsafat, yang pernah aktif di FLP (Forum Lingkar Pena) Semarang dan Member of IFMSA (International Federation of Medical Students' Associations). Prestasinya: pernah menjadi satu-satunya delegasi Indonesia untuk INTERNATIONAL TRAINING EXCHANGE PROGRAMME di Hungaria, satu-satunya Delegasi Indonesia untuk riset di Italia. Tulisannya menghiasi rubrik Kesehatan Suara Merdeka. Pernah juga menjadi Nominator Lomba Penulisan Esai Ilmiah Populer Harun Yahya International Award 2003. Delegasi SMU Negeri 1 Semarang dalam Olimpiade Matematika tingkat Internasional. Adapun sebagian karyanya: Pelangi Jiwa, Hematopsikiatri: Hubungan Golongan Darah dengan Depresi, Burung Jiwa, dsb. Dapat dihubungi via email: ditoanurogo(at)gmail(dot)com.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Selamat Menempuh Hidup Baru, Dr. Andri, SpKJ

23 Januari 2011   23:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:15 1380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1295825148630201449

 

 

“Hidup bersama-sama di kehidupan lalu dan karena kebajikan dalam kehidupan kali ini.

Cintalahir bagaikan teratai di atas air. Dengan hidup bersama, dengan pandangan, dengan senyuman, cinta lahir di antara pria danwanita.

Ketika cinta masuk ke dalam pikiran, maka hati menjadi gembira.” (Sang Buddha, Mahavastu Avadana)

 

 

Dito yang baik…aku sedang cuti..minggu aku nikah he he…jadi gak buka email dulu sampai 30 Januari..mau bulan madu juga he he..kamu segera nyusul ya..thanks a lot for your kind offering. (SMS dr. Andri, SpKJ, 09:33:28, 21 Jan 2011)

 

 

Puji syukur kehadirat Ilahi robbi. Kami mewakili semua dokter dan masyarakat Indonesia, mengucapkan:

 

“Selamat menempuh hidup baru. Semoga menjadi pasangan yang serasa-serasi, yang mampu mencerahkan dunia dan menghiasi hidup-kehidupan ini dengan Cintakasih, diberiNya keturunan yang mampu menjadi generasi penerus yang mampu berkarya bagi umat manusia serta memajukan negeri ini.

 

Semoga pernikahan-rumah tangga yang dibina selalu berlandaskan pada Cinta Kasih (Maitri), Kasih Sayang (Karuna), Rasa Sepenanggunan (Mudita) dengan tujuan untuk membentuk satu keluarga (rumah tangga) bahagia yang diberkahi oleh Tuhan Yang Maha Esa (Sanghyang Adi Buddha) dan Sang Triratna. Amin.”

 

 

Berikut ini mutiara Cintakasih dan pernikahan yang kami persembahkan untuk mempelai pria (dr. Andri, SpKJ) dan mempelai wanita. Semoga bermanfaat.

“Kebahagiaan duniawi terbesar yang dapat dialami manusia adalah perpaduan dari pernikahan yang mengikat dua hati yang saling mencintai menjadi satu." (Sutta Pitaka - Digha Nikaya).

 

"Sace labhetha nipakam sahāyam, saddhim caram sādhuvihāri dhiram, abhibhuyya sabbāni parissayāni, careyya tenattamano satimā. (Dhammapada XXIII – 328) terjemahannya bebasnya: "Bila dalam perjalanan hidupmu, engkau menemukan seorang teman yang bijaksana dan cocok untuk hidup denganmu, hendaklah engkau berjalan bersamanya, dengan gembira dan penuh kesadaran mengatasi segala bahaya" (Dhammapada XXIII – 328)

Cintakasih adalah Tathagata, Tathagata adalah Cintakasih.

(Sang Buddha; Mahaparinirvana Sutra)

 

Perasaan (cinta) di antara suami dan istri adalah satu, meskipun tubuh mereka berbeda namun mereka satu inti. (Arya Nagarjuna; Mahaprajnaparamita Upadesha)

 

"Bhariya ti parama sakha," artinya:  

seorang istri adalah teman (pendamping) terbaik bagi seorang pria.

(Sang Buddha; Samyutta Nikaya)

 

 

Apabila sepasang suami isteri ingin selalu bersama-sama (berjodoh) dalam kehidupan ini maupun dalam kehidupan yang datang maka ada empat hal yang harus diperhatikan, yaitu keduanya harus setara dalam keyakinan (saddha), setara dalam sila (moral), setara dalam kemurahan hati (caga) dan setara dalam kebijaksanaan/pengertian (pañña). (Anguttara N II, 62)

Buddha berkata kepada pasangan Nakulapita dan Nakulamata “Demikianlah perumah-tangga, bila pria dan wanita keduanya mengharapkan untuk berjodoh satu sama yang lain dalam kehidupan sekarang dan dalam kehidupan yang akan datang, hendaknya mereka berdua harus memiliki keyakinan (Saddha) yang sebanding, moral (sila) yang sebanding, kemurahan hati (caga) yang sebanding, dan kebijaksanaan (panna) yang sebanding, maka mereka akan berjodoh….demikianlah di dunia ini hidup sesuai dengan tuntunan dhamma, pasangan suami-istri yang sepadan kebaikannya, di alam dewa bersuka-cita mencapai kebahagiaan yang mereka idam-idamkan” (A.II,61).

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun