Pada dasarnya kehidupan itu diciptakan secara berpasang-pasangan oleh Allah SWT., seperti yang telah tertuang dalam surat QS. Az-Zariyat :49 yang ayatnya bisa kita baca sebagai berikut:
وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
Artinya: Segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah)." (QS. Az Zariyat: 49).
Mari kita telaah ayat tersebut! Segala sesuatu yang ada di muka bumi diciptakan secara berpasang-pasangan, begitupun dengan manusia yang tentu keduanya merupakan pasangan laki-laki dan perempuan yang berbagi peran dengan saling mengisi dan menggenapkan. Memang harusnya seperti itu, tapi faktanya sebagian besar dari peranan perempuan di dalam kehidupan selalu dianggap inferior, selalu saja laki-laki yang mendominasi.
Mirisnya itu semua berlaku tidak hanya di Indonesia, namun negara- negara seperti India, Arab, Yunani, bahkan negara- negara yang ada di Benua Eropa dan Amerika. Kebiasaan tersebut yakni ditilik dari kontruksi sosial zaman dahulu dan tradisi yang telah dianut secara turun temurun yang dalam keseharian kita lebih dikenal dengan gender.
Berbicara tentang gender saya jadi ingat sama tulisannya Mansour Faqih dalam bukunya yang berjudul "Analisis dan Transformasi Sosial" dikatakan bahwa "Gender" digunakan untuk menjelaskan perbedaan peran perempuan dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan. Gender adalah pembedaan peran, kedudukan, tanggung jawab, dan pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas menurut norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat.
Misalnya laki-laki lebih pantas menjadi pemimpin masyarakat, sementara perempuan lebih pas melakukan pekerjaan rumah tangga. Namun "Gender" tidak sama dengan kodrat.
Pernah tidak kalian sebagai perempuan merasakan sendiri ketimpangan-ketimpangan sosial hanya karena status kalian perempuan? Misalnya seperti pernah ditolak oleh sebuah perusahaan karena dianggap perempuan itu makhluk yang lemah, mengalami kekerasan verbal hingga seksual? atau kalian sebagai perempuan dilarang untuk sekolah tinggi. Katanya mau setinggi apapun gelar perempuan, ujung-ujungnya tetap masuk ke dapur. Tapi bukankah mengolah makanan akan lebih bervariatif dengan ilmu yang seorang perempuan miliki? Karena memasak juga kan ada ilmunya.
Memasak yang keberadaannya di masyarakat sangat erat kaitannya sebagai peran perempuan, seolah melupakan bahwa memasak itu sebenarnya adalah skill kehidupan yang harus dimiliki oleh perempuan maupun laki-laki. Berangkat dari hal tersebut, sudah sangat jelas bahwa sejatinya kodrat perempuan belum sepenuhnya dipahami semua orang. Kodrat adalah sesuatu atau yang ditetapkan oleh Tuhan YME., sehingga manusia tidak mampu untuk merubah atau menolak.
Kodrat juga bersifat universal, misalnya melahirkan, menstruasi dan menyusui adalah kodrat bagi perempuan, sedangkan mempunyai sperma adalah kodrat bagi laki-laki. Maka dari adanya gender tersebut menyebabkan ketidakadilan sosial yang menimpa terhadap perempuan yang meliputi marginalisasi, subordinasi, stereotipe,kekerasan, dan beban kerja.
Dalam ajaran Islam, kedudukan laki-laki dan perempuan pada dasarnya adalah setara. Namun sayangnya kodrat perempuan di masyarakat sering dikaitkan dengan kedudukan perempuan dalam ajaran islam yang disalah artikan. Memang benar yang dikatakan oleh Hendi Hernawan Adi Nugraha dalam penelitiannya bahwa pada zaman pra Islam dalam budaya masyarakat Arab Jahiliyah kondisi perempuan sangat memilukan. Perempuan sering mendapatkan perlakuan yang tidak baik, dianggap sebagai sosok yang tidak berdaya (lemah), tidak dihargai, ditindas, tidak disetarakan dengan laki-laki bahkan dianggap sebagai aib keluarga. Namun semenjak kehadiran Islam, budaya tersebut menghilang karena secara perlahan hak-hak perempuan sebagai manusia yang merdeka mulai dirasakan. Apalagi semenjak kehadiran Rasulullah SAW., yang membawa perubahan secara revolusioner bagi kehidupan perempuan. Kesetaraan gender saat itu mulai dirasakan.