Mohon tunggu...
Dita Utami
Dita Utami Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga

ibu rumah tangga yang peduli

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ulama Damai dan Jadi Teladan

14 Januari 2021   23:06 Diperbarui: 14 Januari 2021   23:14 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia selama ini dikenal sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, karena sebanyak 85 % warga negaranya menganut agama Islam.

Secara sejarah, Islam yang tidak lahir dan besar di Indonesia, dibawa oleh  pedagang dari Gujarat India ke Nusantara dengan konteks berdagang. Kenapa Orang Gujarat ? Karena sebagian besar orang Arab dan Yaman berkeliling dunia terutama menuju kea rah timur untuk berdagang dan mereka selalu mampir di Gujarat India sebelum meneruskan perjalanan ke timur.

Sebagian dari mereka  memutuskan menetap di Gujarat dan beranakpinak di sana, sebagian lagi ke Melayu, Singapura dan Nusantara. Sehingga bisa dikatakan Gujarat adalah kampung arabnya India.

Diantara mereka ada yang merupakan orang-orang atau masyarakat keturunan Nabi. Beberapa nama fam dikenal sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW, atau beberapa dikenal sebagai Habib. Mereka dihormati dan dihargai karena secara hubungan darah mereka adalah keturunan dari orang yang paling berjasa dalam mengajar dan membesarkan agama Islam.

Para Habib itu biasanya dikenal sebagai ulama atau tokoh agama yang sangat dihormati dan dihargai. Seringkali mereka menjadi pemuka agama atau tokoh interlektual Islam yang berpengaruh. Keturunan Nabi tidak hanya di Indonesia tapi juga di beberapa negara ; mereka juga dihormati dan dihargai di negara-negara tersebut terutama keterkaitannya dengan Nabi Muhammad SAW.

Di Indonesia juga seperti itu, ada beberapa nama fam yang terkenal sebagai keturunan Nabi. Meski ada beberapa yang bersikap low profile namun beberapa orang ada yang secara terang-terangan menggunakannya untuk memberi pengaruh bagi orang atau pihak lainnya.

Yang menyedihkan adalah beberapa yang mengaku ulama atau bahkan Habib dan sering menggunakan pengaruhnya namun untuk kepentingan kekuasaan alias politik. Gelar Habib dipakai untuk mempengaruhi pemujanya untuk mendukung pendapat dan pengaruhnya.

Ini sangat jelas ketika dilakukan Pilkada atau Pilpres. Beberapa ulama dengan benderang melibatkan diri untuk masuk ke dalam persoalan politik demi kekuasaan pihak tertentu. Mereka dengan terang-terangan menggunakan narasi dan fisik (baca : kekerasan) untuk mendapat si mpati masyarakat. Dan memang simpati itu mereka dapat dengan mudah karena kepercayaaan dan penghormatan rakyat kepada ulama. Namun hal ini sungguh tidak elok.

Seharusnya ulama memberi pengaruh baik kepada sekitar, memperkuat kebangsaan dan agama kita. Kalaupun masuk dalam kancah politik, mungkin bisa dilakukan politik santun dan tidak membuat bangsa ini gaduh karena berbagai ceramah yang seringkali hanya berorientasi pada kekuasaan.

Ke depan, mungkin kita bisa melihat lebih banyak ulama teladan nan santun dan mencerminkan Islam yang damai dan membuat benderang bagi sekitar. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun