Mohon tunggu...
Dita Utami
Dita Utami Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga

ibu rumah tangga yang peduli

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hakekat Pahlawan Kekinian

3 November 2018   13:44 Diperbarui: 10 November 2018   10:18 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika melihat sejarah, hari Pahlawan yang kita peringati setiap tanggal 10 November sebenarnya punya kaitan dengan hari Santri yang diperingati tiap 22 Oktober. Hari Santri sendiri adalah peringatan Resolusi Jihad Nahdatul Ulama (NU) yang difatwakan oleh KH Hasyim Ashari sebagai salah satu tokoh ulama penting Indonesia.

Keluarnya Resolusi Jihad tersebut tak lepas dari permohonan Presiden Soekarno pada 17 September 1945 yang memohon fatwa hukum kepada ulama. Fatwa diperlukan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang berhasil diraih pada Agustus 1945.

Hari pahlawan yang selama ini dikenal sebagai peristiwa arek-arek Suroboyo yang bertempur melawan tentara sekutu. Kaum penjajah tergabung dalam NICA (Nederlands Indies Civil Administration). Pada hari itu terjadi perang dahsyat untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Setelah fatwa itu disampaikan oleh KH Hasyim Ashari, beberapa tokoh TKR dan kaum muda seperti Mayjen TKR Mustopo, Sungkono, Bung Tomo  dan beberapa tokoh lainnya memimpin perlawanan masyarakat yang berada di Surabaya dan Jawa Timur. Mula-mula Jenderal Malaby dari musuh tewas. Lalu pertempuran dahsyat berlangsung pada 10 November itu. Bung Tomo berperan besar membangkitkan semangat arek arek Suroboyo untuk bertempur habis-habisan melawan NICA.

Perlawanan arek-arek Suroboyo pada masa itu sesuai dengan konteks zaman itu yaitu melakukan perlawanan secara fisik. Hal ini mereka lakukan demi menjaga dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Dalam konteks Indonesia zaman sekarang , upaya mempertahankan Indoensia bisa dilakukan dengan banyak cara. Ancaman Negara kita ini berbeda dengan masa awal kemerdekaan . Ancaman kita saat ini adalah disintegrasi bangsa. Negara kita mulai terkotak-kotak dan banyak orang merasa berbeda dengan yang lain.

Pengkotak-kotakan dan perbedaan ini berbeda dengan perbedaan dalam konteks kebhinekaan Indonesia. Perbedaan masa kini adalah perbedaan yang  mengarah ke perpecahan bangsa. Perbedaan kini tak lagi punya daya rekat yang dahsyat untuk menyatukan bangsa yang kaya dengan etnis dan bahasa ini. Sedemikian dahyat ancaman ini sehingga banyak orang yang dengan keyakinannya berjuang dengan cara yang salah. Semisal berangkat ke Suriah. Perjuangan itu tak relevan dengan kita sebagai bangsa Indonesia.

Karena itu, perjuangan pada tanggal 10 November menjadi momentum pengingat soal perjuangan dengan konteks ke-Indonesia-an kita. Perbedaan etnis seharusnya bukan jadi penghalang. Bukan juga jadi penyebab persatuan kita pecah.

Sebagai generasi muda, kita harus tetap mempertahankan semangat untuk mempertahankan Indoensia sesuai dengan konteks sekarang. Kita seharusnya mampu berdialog dengan pihak-pihak yang merasa bahwa persatuan itu penting bagi Negara kita Kita harusnya bisa mengingatkan kepada mereka bahwa hanya  menjaga persatuan bangsa, kita bisa mewujudkan cita-cita bersama sebagai bangsa.

Itulah hakekat pahlawan untuk masa kini. Mari kita bersama-sama berusaha mewujudkannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun