Mohon tunggu...
Dita Utami
Dita Utami Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga

ibu rumah tangga yang peduli

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pemilih Pemula Harus Cerdas Berpesta Demokrasi Hari Ini

27 Juni 2018   01:01 Diperbarui: 27 Juni 2018   01:03 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilkada serentak yang berlangsung tahun ini akan diikuti oleh kaum muda yang lahir pada awal tahun 2000-an. Masa itu adalah masa awal setelah terjadinya reformasi pada tahun 1998. Kita tahu bersama reformasi mengubah banyak hal di Indonesia, termasuk kebebasan berpendapat dan politik.

Jika masa sebelumnya kebebasan berpendapat  terpusat atau dibatasi , begitu juga dalam berpolitik, maka setelah reformasi hal itu berubah . Orang dengan bebas berpendapat dan berpolitik (bahkan mendirikan partai politik juga dipermudah oleh pemerintah).

Generasi muda yang masuk dalam katagori pemilih pemula ini hanya mengenal kebebasan berpendapat dan situasi politik pasca reformasi sehingga mereka tidak mengenal demokrasi yang mampet dan rezim yang bersifat represif.

Pada masa pilkada seperti sekarang ini, pemilih pemula yang berumur belasan tahun ini  menjadi pusat perhatian oleh para calon yang maju dalam pilkada. Menurut penelitian Center for Election for Election and Political Party (CEPP) Universitas Indonesia (UI)  jumlah pemilih pemula rerata berjumlah 30 % dari keseluruhan pemilih pada satu daerah. Jumlah itu relative besar dan menjadi target penting bagi Paslon.

CEPP UI juga menemukan bahwa para pemilih pemula ini punya sifat apatis atau bisa diartikan sebagai cuek, dan pragmatis yaitu lebih mementingkan sisi kepraktisan dibandingkan memikirkan visi dan manfaat. Informasi tentang politik banyak mereka dapatkan dari gawai, meskipun banyak info yang bias. Selain itu , pengetahuan soal kegunaan dan aturan pilkada juga sangat minim karena mereka acuh.

Selain itu kita tahu bahwa pemilih pemula adalah generasi muda yang punya karakter emosi yang masih labil, pengalaman dalam memutuskan pilihan politik adalah  hal yang baru. Sehingga perilaku pemilih pemula ini tidak konstan karena ketidaktahuan dalam membaca situasi politik. Dengan demikian, perilaku politik mereka sangat terpengaruh lingkungan dalam hal ini teman atau keluarga.

Apatisme dan minimnya pengetahuan mereka soal politik bisa kita uji misalnya dengan pengetahuan soal istilah golongan putih (golput). Kebanyakan dari mereka tahu bahwa Golput adalah orang-orang yang tidak menentukan pilihannya saat Pilkada; tidak mencoblos dan tinggal di rumah,  tapi mereka tidak tahu apa akar (awal mula) istilah golongan putih.

Sebenarnya awal mula istilah golongan putih diberikan oleh intelektual Arif Budiman pada dekade akhir tujuhpuluhan atau awal delapanpuluhan untuk perilaku mencoblos bagian putih dari kertas suara dan bukan ada gambar calon atau partainya. Atau mereka mencontrengnya dan bukan mencoblos. Artinya, mereka tetap datang Tempat Pemungutan Suara (TPS) tapi perilaku mereka membuat kertas suara tidak sah dalam pilkada.

Idealnya masyarakat termasuk pemilih pemula senantiasa belajar dan mencari tahu fenomena politik seperti pilkada serentak kali ini. Bukan saja menelisik siapa calon yang layak dipilih tapi juga bagaimana paslon itu menawarkan solusi untuk mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat di daerah itu secara keseluruhan. Singkat kata , kita harus tahu atau berlatih memperkirakan siapa yang bisa memecahkan problem yang dihadapi oleh daerah. Caranya, banyak baca, cermati, kritisi sampai bertanya pada lingkungan sekitar.

Karena itu marilah kita termasuk pemilih pemula untuk belajar politik (dalam arti positif) berpartisipasi dengan baik dalam Pilkada serentak ini. Kita harus cerdas dalam memilih pemimpin , sekaligus mewujudkan pesta demokrasi ini dengan damai.

Selamat berpesta , selamat mencoblos !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun