Mohon tunggu...
Dita Utami
Dita Utami Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga

ibu rumah tangga yang peduli

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Puasa, Hentikan Devide et Impera Dunia Siber

24 Mei 2018   12:50 Diperbarui: 24 Mei 2018   13:21 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: jatim.tribunnews.com

Jika dulu penjajahan Belanda punya strategi telak untuk memecah belah bangsa yaitu devide et Impera, maka saat ini strategi telak itu bisa dilakukan oleh siapa saja untuk memecah kita. Tentu saja bukan dengan strategi sama seperti Belanda, tapi strategi memecah persatuan bangsa dengan menggunakan ujaran kebencian di media siber yaitu sosial media.

Ujaran kebencian memang sering kita temukan dan dilakukan oleh teman-teman kita sendiri ke pihak lain yang tidak sepaham. Ujaran kebencian itu sering tidak menggambarkan budi yang harusnya dimiliki oleh warga negara, karena apa yang mereka lontarkan adalah makian tidak saja kepada sesama bahkan juga kepada lambang negara.

Lambang negara antara lain presiden Indoensia dan jajarannya, simbol negara dll. Padahal sudah selayaknya lambang-lambang negara itu dihormati oleh semua pihak dari pejabat sampai rakyat jelata. Mereka semua harusnya menghargai lamang negara itu karena merupakan komitmen bersama yang harus dihormati oleh semua pihak.

Tak hanya  membenci lambang-lambang negara tapi juga pihak lain yang tidak sepaham dengan diri mereka , entah berbeda agama, faham politik sampai hal remeh temeh lainnya. Ujaran-ujaran kebencian itu nyaris setiap hari kita dengar dan lihat.

Maraknya ujaran kebencian itu tak lepas dari perkembangan teknologi dan maraknya berbagai platform yang menyertai perkembangan teknologi itu. Ada online, facebook, twitter, instagram bahkan youtube. Ini adalah fenomena baru pada masyarakat Indonesia yang berpotensi menjadi devide et impera gaya baru yang lebih berpotensi memecah bangsa, lebih dari devide et impera ala penjajah dulu.

Harusnya kita sadar diri bahwa keberagaman dan perbedaan budaya dan politik bangsa Indonesia adalah sebuah keniscayaan karena Indonesia dibangun dengan perbedaan itu. Perbedaan agama, budaya , bahasa, adat istiadat dll. Juga perbedaan politik, dan pandangan-pandangan sosial kemasyarakatan. Tapi semua perbedaan itu kita dibangun dari dasar yang kuat yaitu Pancasila dan UUD 1945 yang memang dibangun dari perbedaan yang ada di masyarakat Indonesia.

Dengan kondisi di atas seharusnya kita lebih paham bahwa seharusnya kita tak bsa dipecah dengan cara devide et impera gaya siber dengan menelan mentah-mentah atau melakukan ujaran-ujaran kebencian kepada pihak lain yang berbeda dari kita. Karena hakekatnya kita emang dibangun dan besar dari perbedaan itu sendiri.

Harusnya kita lebih bisa memahami dan mebangun solidaritas atas semua perbedaan itu. Saling hormat meghormati dan saling menahan diri dari rasa benci dan dendam yang mugkin ada di hati masing-masing. Terlebih di bulan Ramadan yang penuh berkah ini seharusnya kita lebih peka dan aware terhadap banyak hal yang mungkin menyertai perbedaan itu.  Janganlah kita mudah terprovokasi dari ujaran-ujaran yang tidak berguna dan hanya menghabiskan energy itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun