Mohon tunggu...
Dita Utami
Dita Utami Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga

ibu rumah tangga yang peduli

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Media Sosial Harus Jadi Pemersatu di Tahun Politik

27 Januari 2018   08:45 Diperbarui: 27 Januari 2018   08:54 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stop Hoax - tirto.co.id

Tak dipungkiri, media sosial seringkali dijadikan sarana oleh para tim sukses pasangan calon yang maju dalam pilkada, untuk meraih simpati publik. Kampanye di media social dinilai sangat efektif, murah biaya, dan mempunyai pengaruh yang sangat signifikan. Hal ini tentu tak bias dilepaskan dari terus meningkatnya pertumbuhan smartphone di Indonesia, semakin bertambahnya masyarakat Indonesia yang aktif di dunia maya, dan semakin eksisnya generasi milenial dalam berekspresi di media social. Tak heran, jika berbagai aktifitas bisa kita temukan di dunia maya. Tak terkecuali kampanye pasangan calon untuk bisa duduk dalam kursi kekuasaan.

Begitu pentingnya media social untuk kepentingan kampanye, tentu ini tidak bisa dilepaskan dari perkembangan teknologi yang begitu pesat. Meski demikian, kampanye di media social harus tetap mengedepankan etika yang ada. Sebaga bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, semestinya apapun yang diposting di media sosial juga tidak boleh menyudutkan, mencaci, ataupun menyusupkan unsur kebencian didalamnya. Namun kenyataannya masih saja ada pihak-pihak yang ingin memanfaatkan momentum politik ini, untuk menjatuhkan pihak lain demi mendapatkan keuntungan pribadi.

Organisasi Saracen yang sempat muncul dalam pilkada DKI Jakarta, diharapakan tidak muncul dalam pilkada serentak tahun ini. Begitu juga bibit untuk merusak atau mengacau suasana kondusif pilkada, diharapkan tidak terjadi. Di dunia nyata, mungkin banyak pihak yang siaga untuk menjaga terjadinya potensi ancaman. Dari level desa, kecamatan, kabupaten, hingga provinsi melakukan siaga. Lalu bagaimana dengan dunia maya? 

Siapa yang bisa mengawasi dunia tanpa batas itu? Perlu peran serta semua pihak, untuk bisa menjaga dunia maya dari konten negatif. Ingat, anak-anak milenial saat sudah paham telepon genggam sejak dini. Jika konten negatif itu diakses oleh anak-anak, dikhawatirkan bisa mengganggu pola pikir mereka.

Media sosial harus bisa menyatukan semua kepentingan yang ada. Kecanggihan teknologi yang ditawarkan, harus dimanfaatkan untuk kepentingan publik. Cerdas di media sosial juga harus ditanamkan pada diri masing-masing. Jika mendapatkan informasi yang cenderung bermuatan SARA, lebih baik tidak diindahkan. 

Ketika ada informasi yang bersifat ajakan untuk saling membenci, ancaman atau tindakan lain, lebih baik dihiraukan saja. Yakinlah, menebar kebencian atas nama apapun di media sosial tidak ada gunanya. Begitu banyak contoh bahwa kebencian itu tidak ada manfaatnya. Bahkan Rasullah SAW tidak pernah membenci musuh-musuhnya. Lalu kenapa masih saja ada sebagian orang, yang mengklaim menegakkan ajaran Allah SWT, tapi perilakunya seringkali merugikan orang lain.

Jika untuk urusan social semua orang bias bersatu, kenapa untuk urusan politik atau kepentingan bangsa tidak bias bersatu? Karena itulah, mari ramaikan media social dengan berbagai pesan positif yang menyejukkan. Jauhkan informasi menyesatkan  Jangan menjadi orang yang ikut-ikutan menyebarkan konten provokatif. Konten negative harus dilawan dengan pesan damai. Mari aktif menjadi pengingat dan pemersatu. 

Selalu ingatkan tentang kearifan lokal yang kita punya. Ingatkan pula, keberagaman Indonesia dari Aceh hingga Papua merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita. Karena itulah, menjaga keberagaman itu mutlak dilakukan. Jangan sampai keragaman ini semua rusak atau hancur, hanya karena provokasi di media sosial. Yuk, jadikan media sosial sebagai media pemersatu keberagaman umat.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun