Mohon tunggu...
Dita Triyana
Dita Triyana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah AR.FAchruddin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Analisis Sudut Pandang Sosial pada cerpen " Orang-orang aneh dari Selatan" karya Ni Komang Ariani

9 Januari 2025   12:27 Diperbarui: 9 Januari 2025   12:27 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1.1 sumber: ruangsastra.com

Cerpen "Orang-orang aneh dari Selatan" karya Ni Komang Ariani, menggambarkan sudut pandang sosial yang kompleks melalui kisah seorang tokoh yang berusaha mencari harapan di tengah kesulitan hidup bertempat di Selatan kota Sanya dan desa Rembulan, cerita pendek ini memberikan kritik tajam terhadap kemiskinan, dan harapan kosong. Kota Sanya digambarkan sebagai simbol kemajuan dan kemewahan, namun juga sebagai tempat yang menindas jiwa manusia penduduknya  terjebak dalam persaingan tanpa akhir dan menjalani rutinitas sehari-hari yang membosankan satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah dengan meninggalkan kota dan pergi ke tempat lain begitu pula dengan desa Rembulan, yang dipandang oleh penduduk selatan sebagai tempat yang penuh harapan Desa ini tandus, miskin dan terpencil. Penduduknya sudah terbiasa dengan kemiskinan dan akibatnya kehilangan banyak keinginan selain sekadar makan untuk bertahan hidup. Kedatangan masyarakat dari arah Selatan ke Desa Rembulan mencerminkan fenomena mobilitas sosial akibat kesenjangan ekonomi mereka adalah sekelompok orang yang tidak bisa mengikuti jalanan Sanya dan berusaha mencari kehidupan baru namun perjalanan mereka yang terus hidup dalam kondisi sulit hanya membawa kekecewaan masyarakat desa memandang para pendatang sebagai kelompok yang aneh dan mencurigakan, sedangkan para pendatang sendiri merasa terasing dari lingkungan barunya ketegangan ini mencerminkan ketimpangan sosial yang menimbulkan kesenjangan antar kelompok sosial. Cerpen ini  menunjukkan bagaimana pikiran mempengaruhi kebahagiaan seseorang masyarakat di wilayah Selatan, yang terus berharap bahwa keadaan normal akan kembali terjadi di Sanya, semakin menderita berbeda dengan warga Desa Rembulan yang sudah belajar menerima keadaan tanpa banyak keinginan, keinginan mereka yang tidak realistis justru menjebak mereka dalam siklus ketidakpuasan hal ini menekankan bahwa kebahagiaan bukan hanya soal lokasi, tapi juga cara memandang hidup dalam cerpen ini mengkritisi masyarakat yang cenderung terjebak pada harapan palsu baik itu kota, wilayah Selatan, atau desa Rembulan, semuanya mewakili realitas sosial yang keras dan ironis sebenarnya tidak ada tempat yang ideal cerpen ini menantang pembaca untuk mempertimbangkan batas-batas harapan, kesenjangan, dan makna kebahagiaan di dunia yang seringkali tidak adil bagaimanapun, manusia hanya bisa bertahan jika mereka belajar menerima kenyataan hidup, meski harus hidup dalam keterbatasan.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun