Mohon tunggu...
Dita Tri Wahyuni
Dita Tri Wahyuni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya Dita sebagai mahasiswi Ekonomi Syariah Universitas Pamulang, dengan artikel ini saya ingin mengembangkan kemampuan saya sebagai mahasiswi dalam bidang ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Faktor Menentukan Kemitraan Bisnis untuk Menciptakan Keuntungan

4 Januari 2025   17:49 Diperbarui: 4 Januari 2025   17:49 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Rasulullah menyoroti beberapa faktor penting dalam menentukan kemitraan bisnis untuk menciptakan kemitraan yang kuat dan menguntungkan. Prinsip-prinsip ini tidak hanya berfokus pada kekayaan materi tetapi juga pada etika dan moralitas dalam berbisnis. Berikut adalah beberapa penjelasan tentang syarat-syarat tersebut, contoh, dan referensi.
Syarat Kemitraan Bisnis Rasulullah
1. Kesepakatan yang jelas
Kemitraan harus didasarkan pada kerja sama semua pihak yang terlibat. Ini mencakup tujuan kemitraan, peran masing-masing mitra, serta hak dan kewajiban yang harus dipatuhi. Ini adalah langkah penting untuk mencegah konflik di masa mendatang.
2. Modal yang disediakan
Setiap mitra harus menunjukkan modal, baik dalam bentuk uang, barang, atau aset lainnya. Modal ini harus dinyatakan dengan jelas dalam kesepakatan kemitraan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.

3. Keuntungan dan Kerugian Pembagian
Dalam kemitraan, keuntungan dan kerugian harus dialokasikan sesuai dengan kesepakatan awal. Untuk memastikan bahwa semua pihak diperlakukan secara adil, pembagian ini harus transparan dan adil.
4. Sama Aktif Kerja
Setiap saat dimaksudkan untuk menjadi aktif dalam usaha bisnis. Kerja tim yang baik dan komunikasi yang efektif di antara mitra merupakan komponen penting dari kemitraan yang sukses.
5. Menetapkan Maysir dan Unsur Riba
Kemitraan harus didasarkan pada maysir (perjudian) dan unsur riba (bunga). Setiap keuntungan harus berasal dari bisnis yang secara moral lurus dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.


Contoh Penerapan
Misalnya, ada dua orang, Ahmad dan Budi, yang ingin memulai bisnis bersama di industri makanan. Mereka bersedia membayar satu sama lain dengan total Rp 50 juta.

Dalam kesepakatan mereka, 60% uang akan diberikan kepada Ahmad dan 40% kepada Budi, tergantung pada aktivitas Ahmad sebagai pengelola utama.
Mereka berkomitmen untuk tidak menggunakan bahan makanan haram dan menerapkan praktik riba dalam operasi bisnis.

Setiap keputusan penting akan dibahas dengan cara yang terhormat.
Kemitraan yang adil dan sangat menguntungkan dapat dibangun oleh Ahmad dan Budi dengan memegang teguh prinsip-prinsip ini.
Kesimpulan
Prinsip-prinsip yang digariskan Rasulullah dalam kemitraan bisnisnya sangat relevan dalam lingkungan bisnis saat ini. Dengan memberikan pedoman yang jelas, kesepakatan yang jelas, dan keuntungan yang adil, kemitraan dapat berjalan lancar dan menguntungkan semua pihak yang terlibat.

Daftar Pustaka

  1. An-Nur. (n.d.). Etika Bisnis Berdasarkan Teladan Rasulullah SAW: Menghasilkan Keberkahan dalam Usaha. Diakses dari https://an-nur.ac.id/esy/etika-bisnis-berdasarkan-teladan-rasulullah-saw-menghasilkan-keberkahan-dalam-usaha.html
  2. Kumparan. (2022). Etika dan Strategi Bisnis Ajaran Rasulullah SAW. Diakses dari https://kumparan.com/user-11112022064521/etika-dan-strategi-bisnis-ajaran-rasulullah-saw-1zHn8fMB8CA
  3. Sharia Knowledge Centre. (2024). Pengertian Syirkah dan Jenis-Jenisnya: Memahami Konsep Kemitraan dalam Bisnis Islam. Diakses dari https://www.shariaknowledgecentre.id/id/news/pengertian-syirkah/
  4. UII FIAI. (2009). Refleksi Sifat Rasulullah SAW dalam Bisnis dan Marketing. Diakses dari https://fis.uii.ac.id/blog/2009/06/26/refleksi-sifat-rasulullah-saw-dalam-bisnis-dan-marketing/

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun