Penerapan Keadilan Distributif dalam Manajemen Keuangan Perusahaan Syariah
Keadilan distributif dalam sistem ekonomi Islam mengacu pada distribusi kekayaan dan sumber daya yang adil di antara masyarakat. Prinsip ini sangat relevan dalam manajemen keuangan perusahaan berbasis syariah untuk memastikan bahwa keuntungan tidak hanya dinikmati oleh beberapa pihak, tetapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat luas, termasuk karyawan, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya. Berikut ini adalah beberapa cara penerapan konsep keadilan distributif dalam manajemen keuangan perusahaan syariah:
- Pembagian Keuntungan yang Adil
Dalam perusahaan syariah, pembagian keuntungan dilakukan secara adil dan transparan berdasarkan kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat, seperti pada akad mudharabah atau musyarakah. Dalam akad ini, pemodal dan pengelola usaha berbagi keuntungan sesuai dengan rasio yang disepakati sebelumnya. Ini berbeda dengan sistem konvensional yang sering kali lebih menguntungkan satu pihak.
Contoh: Dalam perusahaan investasi syariah, keuntungan investasi dibagi berdasarkan rasio yang disepakati, misalnya 70% untuk investor dan 30% untuk pengelola, yang mencerminkan keadilan distributif.
- Pembayaran Zakat oleh Perusahaan
Perusahaan berbasis syariah wajib membayar zakat sebagai bentuk redistribusi kekayaan kepada yang membutuhkan. Pembayaran zakat ini menunjukkan komitmen terhadap keadilan distributif, di mana sebagian keuntungan perusahaan dialokasikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Contoh: Bank Syariah XYZ menyisihkan 2,5% dari keuntungannya untuk zakat, yang kemudian disalurkan kepada yang berhak, membantu mengurangi ketimpangan ekonomi.
- Upah dan Gaji yang Layak
Keadilan distributif juga tercermin dalam pemberian upah yang adil kepada karyawan. Perusahaan syariah harus memastikan bahwa karyawan menerima gaji yang sesuai dengan pekerjaan mereka, sesuai dengan prinsip Islam yang mengajarkan upah harus dibayar tepat waktu dan tanpa eksploitasi.
Contoh: Sebuah perusahaan manufaktur syariah membayar karyawannya dengan upah yang layak dan sesuai standar hidup yang baik, serta memastikan pembayaran dilakukan tepat waktu.
- Transparansi Laporan Keuangan
Transparansi dalam pelaporan keuangan penting untuk memastikan bahwa pemegang saham, investor, dan pemangku kepentingan lainnya memahami bagaimana perusahaan mengelola kekayaan dan mendistribusikan keuntungan.
Contoh: Sebuah perusahaan syariah mempublikasikan laporan keuangan secara rutin, mencakup pembagian keuntungan, pembayaran zakat, dan rincian investasi yang dilakukan, sehingga semua pihak mendapatkan informasi yang jelas.
- Penghindaran Riba dan Maisir
Perusahaan syariah berkomitmen untuk menghindari riba (bunga) dan maisir (perjudian), yang dianggap tidak adil dalam Islam. Dengan menghindari riba, perusahaan memastikan bahwa keuntungan diperoleh melalui cara yang adil dan tidak merugikan pihak lain.
Contoh: Bank syariah tidak menawarkan pinjaman berbunga, tetapi menggunakan akad murabahah (jual beli dengan margin keuntungan), yang lebih adil bagi nasabah dan perusahaan.
Referensi
- Al-Qardhawi, Yusuf. (1995). Peran Zakat dalam Mengatasi Kemiskinan. Jakarta: Pustaka Kautsar.
- Hasan, Zubair. (2009). Corporate Governance in Islamic Financial Institutions: An Ethical Perspective. Journal of Islamic Economics, 3(2), 12-28.
- Karim, Adiwarman Azwar. (2016). Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
- Muhammad, M. (2005). Prinsip-prinsip Ekonomi Syariah. Jakarta: Gema Insani.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI