Hembusan angin malam ini berhasil melewati rongga-rongga kulitku, sangat terasa ia menerobos masuk sampai ke tulang. Secangkir kopi menemaniku mengejar deadline yang tak kunjung selesai, aku harus kerja lembur bagai kuda.
*2 panggilan tak terjawab
Terpampang jelas di layar handphoneku panggilan tak terjawab dari Ryan, setelah beberapa minggu aku berusaha menghindarinya. Siapa sangka akan jadi seperti ini, aku yakin banyak pertanyaan yang akan dilontarkan Ryan kepadaku jika ia ada di hadapanku saat ini, namun membayangkannya saja aku tidak yakin aku bisa menjawab semua pernyataan itu.
"Maafin aku yan, aku egois, aku mengabaikanmu bahkan saat kamu gak ada salah" gumamku dalam hati setelah membaca isi pesannya dari notifikasi handphone ku.
"tapi ini yang terbaik untuk saat ini." gumamku lagi.
Ini sudah hampir satu bulan setelah aku mendapat kabar tentang perpisahan kedua orangtuaku, yang berhasil membuatku berubah, dunia terasa melelahkan, membuat aku mengabaikan segalanya, pekerjaanku, sahabatku, bahkan Ryan yang masih tetap setia menungguku untuk bercerita.
Satu bulan terasa masalah datang silih berganti, baik masalah kecil maupun masalah yang bagaikan badai topan.
"Jujur saya sedikit kecewa sama kamu Raya, belakangan ini saya lihat kinerja kamu turun drastis" ucap pak Budi atasanku yang sebenarnya tidak pernah berkomentar jelek dengan kerjaku dan aku akui perkataannya tidak ada yang salah, aku hanya bisa menundukkan kepala.
"Saya tidak tahu pasti apa yang terjadi sama kamu, tetapi inget kamu disini bekerja, apapun masalah kamu jangan sampai mempengaruhi kinerjamu. Saya masih menghargai kamu karena kerja keras kamu selama ini, kinerja kamu yang tidak pernah mengecewakan saya, saya masih beri kamu kesempatan untuk kembali seperti sebelumnya, saya tidak akan memberikan kamu surat peringatan, tetapi sebagai gantinya ada perubahan setelah ini." ucap pak Budi.
"Baik pak. Terimakasih." aku meninggalkan ruangan pak Budi dengan emosi yang bercampur aduk, rasa sedih, marah dan kecewa atas diri sendiri.
"I have to refresh my mind" aku putar balik arah kendaraanku menuju pantai menikmati senja dan menghirup udara segar. Sudah cukup hirup pikuk yang menyelengit di dadaku.