Kedua bola mataku mengikuti langkah orang-orang di sekitarku, menatap ke arah raut wajah mereka, ada yang tertawa, ada yang asik berbicara, ada yang sangat terlihat gembira dengan keluarganya, ada yang hanya duduk diam sama seperti yang ku lakukan saat ini. Yang menjadi bahan perbincangan antara hati dan pikiranku adalah :
- apakah mereka yang terlihat bahagia, sungguh bahagia? apakah mereka baik-baik saja? atau mereka hanya berusaha menutupi kesedihannya?
- apakah mereka yang saat ini bersama keluarganya baik-baik saja? apakah semua keluarga memiliki masalah? kira-kira keluarga itu ada masalah gak ya sama seperti keluargaku? apakah kebahagiaan mereka juga hanya sandiwara?
-mereka yang terlihat hanya duduk diam melamun, kira-kira mereka sedang memikirkan apa ya? mereka ada masalah apa ya? apa mereka juga merasakan hal yang sama denganku?
Dan pada akhirnya, aku hanya bisa membanding-bandingkan diriku dengan orang disekitarku, dengan segala keributan yang ada di dalam kepalaku. Hingga pada akhirnya, semua keributan itu buyar setelah melihat Ryan berdiri dihadapanku menghalangi sang mentari yang kian mulai memudar.
"Ryan? Kok kamu disini?" tanyaku, belum menjawab pertanyaanku, Ryan duduk disebelahku lalu merangkul pundakku.
"What's going on bby? are u okay?" menjadi pertanyaan pertama Ryan.
"Everything's okay Yan, im okay" jawabku.
"Kamu ngga usah bohong ke aku Rayaaaaa, kamu cerita ke aku, aku siap mendengar semuanya. aku tau kamu gak baik-baik aja, kamu gak akan menghindar gini. atau aku ada salah sama kamu?"
"Ngga Yan, kamu gak salah kok."
"Kamu cerita ke aku, aku mau menjadi tempat kamu bercerita, seperti yang biasa kamu lakukan. I will always be there for you bby"