Pendidikan merupakan faktor utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu negara. Sumber daya manusia yang hebat tidak hanya membentuk karakter berdasarkan nilai-nilai pendidikan yang sudah mendarah daging dalam masyarakat, namun juga mengembangkan kemampuan pribadi untuk bersaing di kancah dunia (Sanga & Wangdra, 2023). Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam upaya pembangunan pendidikan (Sarafati & Septyana, 2023). Pendidikan yang berkualitas juga menjadi landasan pembangunan ekonomi, sosial dan budaya, membantu individu memahami perubahan global yang dinamis dan menumbuhkan kemampuan beradaptasi yang tinggi (Wijaya, 2021). Oleh karena itu, untuk menciptakan SDM yang cerdas, berkarakter dan siap menghadapi tantangan global dan dunia modern maka perlu pendidikan yang komprehensif dan inklusif. Selain itu, pendidikan adalah pedoman tumbuh kembang anak, mengarahkan seluruh kemampuan bawaannya agar anak dapat mencapai tingkat keselamatan  dan  kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat (Ki Hadjar Dewantara dalam Santika & Khoiriyah, 2023). Seluruh jenjang pendidikan harus terus ditingkatkan guna memenuhi tuntutan masa depan. Hal ini penting karena pendidikan yang mendorong pertumbuhan di masa depan adalah pendidikan yang dapat membantu peserta didik mengembangkan bakatnya sehingga mampu menghadapi dan menyelesaikan tantangan hidup (Ambarita et al., 2023).
Satuan pendidikan melakukan penyesuaian dengan  keleluasaan  memilih  kurikulum  yang  lebih  tepat  digunakan. Hal ini diupayakan untuk melakukan perbaikan dengan bergantian kurikulum yang diharapkan dapat  terus  mengembangkan  pola  pendidikan  agar  tetap  relevan (Latifah, 2023). Sebagai seorang guru pada zaman abad 21, memiliki peran sebagai seorang yang menyampaikan sebuah ilmu pengetahuan juga sebagai fasilitator dalam membimbing serta menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga peserta didik mendapat dorongan yang positif, termotivasi, merubah perilaku sehingga dapat berkembang dengan maksimal (Daryanto & Karim, 2017). Salah satu pendekatan yang efektif dalam menghadapi tantangan ini adalah pembelajaran berdiferensiasi. Pendekatan ini memungkinkan guru untuk mengakomodasi perbedaan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik, sehingga setiap individu memiliki peluang yang sama untuk mencapai potensi maksimalnya.
Pembelajaran diferensiasi adalah upaya mengadaptasi pengajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan masing-masing pelajar. (Suwandi et al., 2023). Diferensiasi digunakan untuk memastikan bahwa setiap anak memenuhi tujuan pembelajaran yang diharapkan (Ibrahim & Haerudin, 2024). Tiga komponen pembelajaran berdiferensiasi adalah diferensiasi konten, proses, dan produk. Kebutuhan peserta didik menjadi pedoman penyusunan ketiga komponen tersebut. Diferensiasi konten mencakup kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik, dengan guru berperan penting dalam menggali minat untuk menunjang pembelajaran yang bermakna; dalam diferensiasi proses, guru menganalisis pembelajaran, baik yang dilakukan secara mandiri maupun berkelompok; dan pada diferensiasi produk, pemahaman peserta didik terhadap materi ditunjukkan kepada guru sebagai bukti pembelajaran (Naibaho, 2023).
Diferensiasi konten dapat dilakukan melalui observasi langsung, diskusi individu, atau survei minat yang terstruktur untuk membantu guru memahami kebutuhan unik setiap peserta didik secara mendalam. Dalam diferensiasi proses, pembelajaran disesuaikan menggunakan strategi seperti pembelajaran berbasis proyek, eksperimen, atau simulasi yang dirancang agar peserta didik dapat belajar sesuai dengan gaya dan kemampuan masing-masing. Sementara itu, diferensiasi produk diwujudkan melalui hasil karya seperti esai, presentasi, atau karya seni yang tidak hanya menunjukkan pemahaman peserta didik, tetapi juga menggambarkan kreativitas mereka. Umpan balik spesifik dari guru dapat diberikan untuk mendorong pengembangan peserta didik lebih lanjut. Melalui penerapan diferensiasi konten, proses, dan produk, pembelajaran tidak hanya menjadi lebih relevan tetapi juga memberikan ruang bagi peserta didik untuk belajar dengan cara yang paling sesuai dengan kebutuhan dan gaya belajar mereka.
Pada pembelajaran berdiferensiasi guru dapat mengajar peserta didik berdasarkan tipe karakter masing-masing dengan menggunakan pengajaran yang berbeda seperti yang dijelaskan di atas. Â Sekolah dapat memberi anak-anak fleksibilitas untuk belajar dengan menggunakan prosedur pembelajaran yang beragam, yang memungkinkan mereka melakukannya (Jumrawarsi, 2024). Ada beberapa prinsip pembelajaran yang menjadi Prinsip dasar pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi adalah: (1) perbedaan peserta didik; (2) materi pembelajaran esensial; (3) penilaian secara berkesinambungan dan terpadu dalam pembelajaran; (4)modifikasi unsur kurikulum; (5) studi individu dan kelompok; (6) memotivasi dan menilai diri sendiri; (7) pengembangan aktivitas dan kreativitas; (8) kolaborasi guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik; (9) pembelajaran tuntas; (10) kondisi pembelajaran dalam konteks kelompok kolaboratif; (11) lingkungan atau kondisi belajar yang efektif; (12) belajar sebagai suatu proses yang komprehensif dan terpadu; (13) pemberdayaan Sumber daya pemrosesan maksimum (Purwowidodo & Zaini, 2023). Dengan pembelajaran berdiferensiasi, guru juga dapat menciptakan suasana kelas yang lebih inklusif, di mana setiap peserta didik merasa dihargai dan didukung. Pendekatan ini tidak hanya membantu mengatasi kesenjangan pembelajaran tetapi juga mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi tantangan dunia nyata dengan keterampilan yang lebih adaptif dan holistik.
Pembelajaran diferensiasi sangat penting dalam proses belajar mengajar di abad 21. Memetakan kebutuhan belajar peserta didik adalah langkah pertama dalam mempraktikkan pembelajaran berdiferensiasi. Tiga faktor dapat digunakan untuk mengkategorikan kebutuhan belajar peserta didik: profil pembelajaran, minat, dan kesiapan belajar (Rintayati, 2022). Setiap anak adalah unik dan luar biasa, maka dari itu, semua peserta didik harus menerima pengajaran yang disesuaikan. Untuk memenuhi kebutuhan belajar unik setiap peserta didik, penting bagi pendidik untuk menerapkan pengajaran yang berbeda. Sebelum memulai pembelajaran, guru perlu melakukan penilaian awal untuk mengetahui kemampuan, minat, dan gaya belajar peserta didik. Penilaian ini dapat dilakukan melalui tes diagnostik, angket, atau observasi. Informasi yang diperoleh digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan rencana pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan peserta didik belajar dengan cara yang paling sesuai bagi mereka, sehingga mencapai kemandirian dalam belajar. Mereka belajar mengambil tanggung jawab atas proses belajar mereka sendiri dan mengembangkan keterampilan belajar seumur hidup. Selain itu, mereka juga belajar memahami serta menghargai perbedaan individu, keterampilan penting dalam masyarakat yang semakin beragam (Sutrisno et al., 2023). Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, guru akan menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Namun, guru perlu tetap bersikap positif agar bisa terus beradaptasi dan mengoptimalkan pembelajaran.
Beberapa cara untuk menjaga sikap positif di tengah tantangan adalah dengan terus belajar, berbagi pengalaman dengan rekan sejawat yang menghadapi kendala serupa, membentuk komunitas belajar (Learning Community) untuk saling mendukung, serta menerapkan metode pembelajaran yang telah dipelajari meskipun belum sempurna, sambil konsisten mengevaluasi dan memperbaiki proses pembelajaran yang berlangsung (MS, 2023). Dalam hal ini, kolaborasi dan diskusi yang dilakukan secara rutin dalam komunitas belajar dapat menciptakan ruang refleksi dan pengayaan pemikiran, yang membantu pendidik menghadapi tantangan dengan lebih optimis dan solutif. Ketika pendidik memahami peran dan permasalahan dalam pendidikan kontemporer, mereka dapat mendorong perubahan pendidikan dengan lebih baik dalam upaya mereka memenuhi beragam kebutuhan peserta didik dan mempersiapkan mereka untuk sukses dalam masyarakat yang semakin kompleks dan beragam (Desiana et al., 2023). Pemahaman ini juga membantu pendidik mengidentifikasi peluang untuk mengintegrasikan teknologi dan pendekatan pedagogi modern agar proses pembelajaran lebih relevan dengan dunia nyata. Hal ini akan memungkinkan para pendidik untuk memperkenalkan strategi pembelajaran yang lebih inovatif dan responsif, membantu peserta didik mengembangkan keterampilan kritis dan kreatif yang dibutuhkan di era globalisasi. Selain itu, mengembangkan keterampilan sosial dan emosional melalui pembelajaran berbasis proyek dan kolaboratif adalah cara untuk membekali peserta didik dengan keterampilan yang mereka perlukan untuk beradaptasi dan berinovasi dalam menghadapi tantangan global yang semakin meningkat.
DAFTAR RUJUKAN
Ambarita, Jenri, & Simanullang. (2023). Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi. CV Adanu Abimata.
Daryanto, & Karim, S. (2017). Pembelajaran Abad 21 (I). Gava Media.
Desiana, C., Rahmatika, R., & Dewi, R. S. (2023). Analisis Kajian Diferensiasi dan Diversifikasi Kurikulum di Indonesia. 06(01), 10090--10096.
Ibrahim, S., & Haerudin. (2024). Pembelajaran Berbasis Pendekatan Diferensiasi. Lingua Rima: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 13(2), 277--290.
Jumrawarsi. (2024). ANALISIS PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH PENGGERAK SMP KAB. PESISIR SELATAN. Jurnal Review Pendidikan Dan Pengajaran, 7(3), 1--9.
Latifah, D. N. (2023). Analisis Gaya Belajar Peserta didik Untuk Pembelajaran Berdiferensiasi di Sekolah Dasar. LEARNING: Jurnal Inovasi Penelitian Pendidikan Dan Pembelajaran, 3(1), 433.
MS, M. (2023). Pembelajaran Berdiferesiasi Dan Penerapannya. Mahfudz, MS, 2(2), 533--543. https://doi.org/10.55681/sentri.v2i2.534
Naibaho, D. P. (2023). Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi Mampu Meningkatkan Pemahaman Belajar Peserta Didik. Journal of Creative Student Research, 1(2), 81--91.
Purwowidodo, A., & Zaini, M. (2023). Teori dan Praktik Model Pembelajaran Berdiferensiasi Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar. In M. Fathurrohman (Ed.), Sustainability (Switzerland) (1st ed., Vol. 11, Issue 1). Penebar Media Pustaka. http://scioteca.caf.com/bitstream/handle/123456789/1091/RED2017-Eng-8ene.pdf?sequence=12&isAllowed=y%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.regsciurbeco.2008.06.005%0Ahttps://www.researchgate.net/publication/305320484_SISTEM_PEMBETUNGAN_TERPUSAT_STRATEGI_MELESTARI
Rintayati, P. (2022). Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi. Eureka Media Aksara.
Sanga, L. D., & Wangdra, Y. (2023). Pendidikan Adalah Faktor Penentu Daya Saing Bangsa. Prosiding Seminar Nasional Ilmu Sosial Dan Teknologi (SNISTEK), 5(September), 84--90. https://doi.org/10.33884/psnistek.v5i.8067
Santika, I. D., & Khoiriyah, B. (2023). Pembelajaran Berdiferensiasi dan Relevansi Visi Pedagogis Ki Hajar Dewantara dalam Mewujudkan Merdeka Belajar. Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 5(1), 1707--1715.
Sarafati, & Septyana, W. (2023). Literature Review: Pembelajaran Berdiferensiasi di Sekolah Menengah. Jurnal Pendidikan Tambusai, 14(1), 16.
Sutrisno, L. T., Muhtar, T., & Herlambang, Y. T. (2023). Efektivitas Pembelajaran Berdiferensiasi Sebagai Sebuah Pendekatan untuk Kemerdekaan. DWIJA CENDEKIA: Jurnal Riset Pedagogik, 7(2). https://doi.org/10.20961/jdc.v7i2.76475
Suwandi, F. P. E., Rahmanigrum, K. K., Mulyosari, E. T., Mulyantoro, P., Sari, Y. I., & Khosiyono, B. H. C. (2023). Strategi Pembelajaran Diferensiasi Konten Terhadap Minat Belajar Peserta didik dalam Penerapan Kurikulum Merdeka. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar, 1(1), 57--66.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H